Sukses

Duel Jet Tempur AS Vs Soviet yang Nyaris Picu Perang Dunia III

Kejadian berlangsung di atas Laut Barents, dekat perairan Soviet, pada puncak Perang Dingin.

Liputan6.com, Washington, DC - Sebuah pertempuran di langit kala Perang Dingin yang sebelumnya tersimpan tersimpan rapat-rapat akhirnya terkuak. Insiden itu mampu memicu krisis diplomatik besar antara negara Barat dan Uni Soviet yang mungkin bisa membuat Perang Dunia III pecah lebih cepat.

Fakta sejarah tersebut terkuak lewat sebuah buku baru. Demikian seperti Liputan6.com kutip dari Daily Mail, Minggu (4/12/2016).

Kejadian berlangsung di atas Laut Barents, dekat perairan Soviet, antara SR-71 Blackbird milik AS dan MiG-31, pesawat pencegat Soviet , pada puncak Perang Dingin 30 tahun yang lalu.

Hal itu tercatat dalam dokumen yang baru dibuka untuk publik yang dianalisis dalam sebuah buku baru.

Sebuah tembak-menembak di langit - yang bisa saja membuat ekskalasi tensi meningkat, nyaris mengenai sasaran.

Episode mengkhawatirkan terungkap dalam buku baru sejarawan Inggris Paul Crickmore berjudul Lockheed Blackbird, Beyond the Secret Mission.

Pada tanggal 6 Oktober 1986, SR-71 Blackbird sedang melakukan misi pengintaian di luar wilayah perairan pantai wilayah Murmansk Rusia. Mereka bertugas mengawasi sebuah balistik armada kapal selam rudal Soviet.

Namun, Blackbird tidak sendirian di langit - ada interceptor Soviet pada jejak mereka.

Dalam buku Crickmore ini, pilot AS Letnan Kolonel Ed Yeilding menggambarkan insiden menakutkan.

Sang pilo menyatakan: "Dalam jarak jauh ke depan mungkin 100 mil, aku bisa melihat contrail --ekor asap - panjang, putih cerah pesawat Rusia ke arah kami, tapi yang jauh lebih rendah dari ketinggian,"

"Aku tahu itu harus itu pasti jet Soviet, mungkin MiG-31, interceptor Soviet terbaru. Aku mengangkat periskop dan melihat juga bahwa kami meninggalkan contrail --ekor asap-- yang panjang. Aku tahu jet tempur itu bisa melihat contrail kami semudah aku bisa melihatny," kata pilot itu.

"Aku membayangkan pilot Soviet juga seperti aku, mencintai penerbangan dan berusaha keras untuk menjadi salah satu yang terbaik," lanjutnya.

Menurut sang pilot, pengintainya pasti juga dapat perintah untuk menembakkan rudalnya kepada mereka.

Tapi ia percaya percaya jet tempur Soviet tidak akan menembakkan rudal-rudalnya selama mereka tetap pada jalur.

"Meski demikian, tapi aku juga tahu dia atau pengendali di darat bisa saja salah memperhitungkan posisi kami," ujar Ed.

Ed tahu bahwa jetnya tak memiliki pertahanan melawan misil pencari panas.

Ia memutuskan untuk berbalik dan menghadapi pesawat supersonik itu. Yang Ed ingat, jet tempurnya tak memiliki senjata sama sekali.

Agar bertahan hidup, ia dan navigatornya Curt Osterheld bergantung dengan akurasi navigasi menjaga mereka di luar perairan teritorial Soviet untuk mencegah peluncuran misil. Keduanya juga bergantung pada kecepatan jet tempur yang jauh lebih unggul.

Blackbird berhasil menyingkirkan pesawat musuh dan menyelesaikan misinya. Perang Dunia III pun tak jadi meletus. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Neraka yang Harus Dibayar

Sang penulis, Crickmore juga seorang mantan pengendali lalu lintas udara dari Worcstershire, mengatakan akan ada 'neraka yang harus dibayar; jika pesawat itu ditembak jatuh.


Dia mengatakan: 'Jika mereka harus menembak ke bawah, Anda melihat sebuah insiden internasional yang sangat, sangat serius, terutama jika melibatkan kematian dari awak. 'Akan ada neraka yang harus dibayar."

Bukan tanpa alasan ia Crickmore menyebut begitu. Karena, hal yang sejenis terjadi saat Korea Utara menembak SR-71 yang terbang di zona demiliterisasi (pada tahun 1967).

"Meskipun meleset, mereka telah melakukan hal fatal." 

Blackbird adalah tercepat dan tertinggi di masa itu. Burung besi itu bisa terbang di atas 80,000 kaki dengan kecepatan lebih dari 2.000 mil per jam, sehingga cocok untuk misi pengintaian selama Perang Dingin.

Pada tahun 1960, pesawat mata-mata pilot AS Gary Powers ditembak jatuh di atas kota Rusia Sverdlovsk. Pesawat mata-mata U-2 malang itu berada lebih dari 70.000 kaki di atas tanah sebelum dihantam rudal Soviet. Powers berhasil kabur, namun tertangkap. 

Akhirnya, ia kembali ke AS sebagai bagian dari pertukaran tawanan Perang Dingin.

Cerita itu telah difilmkan oleh Steven Spielberg berjudul Bridge of Spies.

Sebagai seorang mantan pengendali lalu lintas udara, Crickmore memberikan pengenalan yang unik ke dalam SR-71 Blackbird operasi Lockheed dari RAF Mildenhall, Suffolk.

Untuk edisinya diperbarui, ia berbicara kepada AS dan pilot Soviet dan membajak file dokumen yang baru dibuka untuk publik.


Dia mengatakan: "Ketika saya pertama kali menulis buku (tentang Lockheed Blackbird SR-71, tahun 1986) ada begitu banyak informasi yang sangat rahasia. Sejak program ini ditutup, file telah dideklasifikasi dan kru yang berbicara dengan saya dengan sangat kooperatif memberikan kontribusi informasi yang fantastis. "

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini