Sukses

Warga Mosul Terancam Kelaparan di Musim Dingin

Nyaris sepekan terakhir tak ada makanan atau bahan bakar yang datang ke Kota Mosul.

Liputan6.com, Baghdad - Tak ada makanan dan bahan bakar yang tiba di Kota Mosul, Irak nyaris selama sepekan terakhir sementara musim dingin yang parah mengancam sekitar 1 juta warga yang masih di bawah kendali ISIS itu.

Perang ofensif melawan ISIS yang dilancarkan pasukan Irak telah memasuki usia enam minggu. Mereka telah mengalami kemajuan dengan mencapai ke distrik timur sementara sebagian lainnya mengepung wilayah selatan dan utara. Kurang lebih 10 hari lalu pasukan Irak dilaporkan telah memblokir akses jalan di barat Mosul.

Perlawanan pun dilakukan ISIS yang telah menguasai Mosul sejak 2014 silam. Kelompok itu diketahui telah membangun jaringan terowongan sebagai taktik pertahanan mereka.

Dengan adanya perlawanan balik tersebut membuat kemajuan di pihak pasukan Irak melambat dan ini menandai perang akan semakin berlarut-larut di sepanjang musim dingin. Peringatan pun datang terkait dengan nasib warga sipil yang ikut terkepung di wilayah itu.

Seorang pedagang di Mosul melalui sambungan telepon mengatakan sudah tidak ada pasokan makanan atau bahan bakar yang datang dalam sepekan terakhir.

Meski kelompok ISI berupaya menjaga harga kebutuhan pokok tetap stabil dan terjadi penangkapan terhadap puluhan pemilik toko yang dituduh menaikkan harga, namun harga makanan masih tetap saja mahal. Harga bahan bakar bahkan meningkat menjadi tiga kali lipat.

"Kami hidup di bawah kondisi nyata pengepungan selama sepekan terakhir. Dua hari lalu, pembangkit listrik berhenti beroperasi karena kurangnya bahan bakar. Air mati dan harga makanan naik tajam sementara cuaca sangat dingin. Kami takut hari-hari ke depan kondisi akan jauh lebih buruk," ujar salah seorang Mosul barat, yang tinggal beberapa kilometer dari garis depan pertempuran di tepi timur Sungai Tigris seperti dikutip dari Reuters, Minggu (4/12/2016).

Sebuah pipa pemasok air bagi sekitar 650.000 warga Mosul "jadi korban" pertempuran antara pasukan Irak dan ISIS. Seorang pejabat setempat mengatakan, pipa tersebut tak dapat diperbaiki karena perang masih melanda kawasan tersebut.

Kondisi musim dingin juga akan berdampak bagi kurang lebih 80.000 orang yang terdaftar sebagai pengungsi PBB sejak pertempuran di Mosul bergulir. Jumlah tersebut belum termasuk ribuan lainnya yang dipaksa pindah oleh ISIS atau melarikan diri.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Upaya ISIS Menormalkan Situasi

Berbanding terbalik dengan pemberitaan di berbagai media asing, ISIS justru berusaha menggambarkan situasi normal di Mosul. Mereka merilis foto yang disebut-sebut merupakan suasana di pasar Mosul pada hari Jumat lalu.

Foto tersebut menunjukkan pasar dipenuhi banyak orang di mana beberapa kios menjual minyak sayur dan makanan kaleng. Namun tak ada produk segar yang dijajakan.

Kelompok teroris itu juga mengatakan telah melancarkan serangan balasan dalam 24 jam terakhir kepada tentara Irak di Mosul timur dan ke pasukan Syiah di bagian barat.

Kantor berita Amaq memuat pernyataan ISIS yang mengklaim telah merebut kembali sebagian Distrik Shaimaa di bagian tenggara Mosul pada Jumat lalu. Mereka mengaku menghancurkan empat pangkalan militer di timur al-Qadisiya al-Thaniya dan menyita sejumlah amunisi dari pasukan yang melarikan diri di Distrik al-Bakr.

Sebuah sumber di Layanan Konter Terorisme yang menjadi ujung tombak serangan militer mengatakan ISIS "mengeksploitasi" cuaca buruk yang mencegah dukungan serangan udara dari koalisi internasional yang dipimpin Amerika Serikat.

Sumber yang sama mengaku, ISIS berhasil merebut kembali sebagian wilaya. Namun hal tersebut ditegaskan tidak akan berlangsung lama.

"Bukan pertama kali terjadi. Kami mundur demi menghindari kerugian di warga sipil dan kemudian kami akan kembali merebut kendali. Kemenangan mereka tidak akan bertahan lama," ujar sumber tersebut.

Serangan untuk merebut kembali Kota Mosul dari kelompok ISIS dimulai pada 17 Oktober lalu. Kurang lebih 100.000 pasukan terlibat mulai dari pasukan koalisi yang dipimpin AS, pasukan khusus Irak, polisi federal, militan Kurdi dan ribuan gerilyawan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.