Sukses

Menderita Akibat Kecanduan Alkolhol, Pria Ini Pilih Disuntik Mati

Support and Consultation on Euthanasia di Belanda mengizinkan Mark Langedijk menjalani eutanasia karena menderita akibat kecanduan alkohol.

Liputan6.com, Amsterdam - Seorang pria di Belanda bernama Mark Langedijk diizinkan untuk mendapat eutanasia karena ia tak dapat lagi hidup sebagai pecandu alkohol.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) IV Daring, eutanasia merupakan tindakan mengakhiri dengan sengaja kehidupan makhluk (orang ataupun hewan piaraan) yang sakit berat atau luka parah dengan kematian yang tenang dan mudah atas dasar perikemanusiaan.

Mark memilih hari kematiannya sendiri. Ia juga sempat menceritakan lelucon, minum bir, dan makan sandwich dengan keluarga hanya beberapa jam sebelum meninggal.

Menurut laporan yang ditulis oleh saudara laki-lakinya dan dimuat di majalah Linda, Mark mendapat suntikan mati di rumah orangtuanya pada 14 Juli.

Dikutip dari Independent, Kamis (1/12/2016), Belanda memperkenalkan hukum eutanasia sejak 16 tahun yang lalu, di mana ditujukan untuk orang-orang yang mengalami penderitaan berat tanpa menunjukkan adanya tanda-tanda kesembuhan.

Marcel Langedijk mengatakan bahwa saudaranya memiliki masa kanak-kanak yang bahagia dan dicintai kedua orangtuanya, namun ia mengalami kecanduan sejak delapan tahun lalu.

"Aku sangat marah kepada Mark," ujar Marcel. "Awalnya kami melakukan apa yang kebanyakan orang lakukan. Orangtua kami telah melakukan segala sesuatu untuk menyelamatkan Mark."

Orangtua Mark pun terus meyakini ada akhir yang bahagia, meski mereka telah menghadapi delapan tahun yang berat dan Mark menjalani 21 kali rehabilitasi. Namun, Mark memberi tahu keluarganya bahwa ia ingin mati.

Meski orangtuanya tak menanggapi itu dengan serius, namun aplikasi eutanasianya telah disetujui oleh dokter dari Support and Consultation on Euthanasia di Belanda.

Dokter yang melakukan tindakan eutanasia datang pukul 15.15 pada 14 Juli lalu. Ia menjelaskan prosedur yang akan dijalankannya, sebelum memberitahu Mark untuk berbaring di tempat tidur dan tetap tenang.

"Pada titik ini, mereka mulai menangis, orangtua, semua orang, bahkan Mark," ujar Marcel.

"Kami menangis, berkata bahwa kami saling mencintai, bahwa itu akan baik-baik saja, bahwa kami akan memperhatikan satu sama lain, bahwa kami akan bertemu lagi, kami saling berpengangan."

"Mark menghela napas terakhirnya. Dr Marijke menyuntikan jarum ketiga. Wajahnya berubah, pucat. Adik laki-lakiku telah meninggal," imbuh dia.

Lebih dari 5.500 orang memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan hukum eutanasia Belanda pada tahun lalu. Salah satu di antaranya adalah korban kekerasan seksual yang menderita anoreksia akut, depresi kronis, dan halusinasi.

Menanggapi kabar tersebut, Anggota Parlemen Konservatif Inggris, Fiona Bruce menyebut bahwa kasus Mark sangat mengkhawatirkan dan merupakan alasan lain mengapa eutanasia tidak pernah diperkenalkan di Inggris.

"Apa yang dibutuhkan seseorang yang menderita kecanduan alkohol adalah dukungan dan pengobatan untuk membuatnya menjadi lebih baik -- tidak untuk dieutanasia," ujar Bruce.

Menanggapi pendapat Bruce, Marcel mengatakan bahwa tidak semua orang dapat disembuhkan.

"Saudara laki-lakiku menderita depresi dan cemas, ia mencoba untuk menyembuhkannya dengan alkohol. Dia berasal dari keluarga normal, tak ingin ini terjadi. Dia tak mengambil jalan keluar yang mudah. Hanya manusiawi," ujar Marcel.

"Jika itu mengganggu untuk Bruce, patut disayangkan. Aku lega bahwa saudaraku tak harus loncat di depan kereta atau tinggal beberapa tahun lagi dalam kesakitan sebelum meninggal karena penyalahgunaannya."

"Kecanduan alkohol dan depresi adalah penyakit, seperti kanker. Orang-orang yang menderita penyakit itu perlu jalan keluar yang manusiawi."

"Ini bukan berarti berjalan berkeliling dan membunuh orang di Belanda. Saudaraku butuh satu tahun setengah dan banyak perjuangan untuk mendapatkannya," ungkap Marcel.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini