Sukses

Kisah 2 Orang yang Selamat dari Kecelakaan Pesawat di Kolombia

Orang-orang ini terhindar dari maut saat pesawat menabrak bukit dan terbelah dua di area pegunungan terpencil di Kolombia.

Liputan6.com, Bogota - Dunia sepak bola Brasil berduka atas kecelakaan yang menimpa pesawat sewaan LAMIA Penerbangan 2933.

Pesawat sewaan yang membawa tim sepak bola Brasil Chapecoense itu jatuh di luar Kota Medellin, menewaskan 75 orang -- sebelumnya disebut 71. Hanya enam korban selamat, tiga di antaranya pemain dalam klub tersebut.

Sementara itu, sejumlah orang berhasil lolos dari maut berkat "suratan takdir". Salah satunya putra manajer Chapecoense.

Ia mengungkapkan bahwa dirinya gagal naik penerbangan nahas tersebut karena lupa paspor.

Matheus Saroli mengungkapkan kisah pilunya di Facebook dan meminta keluarganya diberi kesempatan berduka untuk ayahnya, Caio Junior.

"Teman, saudaraku dan ibuku saat ini dalam kondisi yang baik. Kami meminta diberi sedikit privasi, terutama kepada ibuku. Terima kasih kepada semua yang telah mengirim pesan," tulis Saroli seperti dikutip dari Daily Mail, Rabu (30/11/2016).

"Saya berada di Sao Paulo hari ini dan tidak naik penerbangan karena lupa paspor. Kami kuat, pasti bisa melewati ini. Terima kasih semuanya," kata Saroli.

Caio Junior, salah satu korban pesawat jatuh itu adalah pemain terkenal dan berkarier di manajerial klub sepak bola di Brasil selama lebih dari tiga dekade.

Setelah bermain di Portugal dan negara asalnya, ia melanjutkan menjadi pelatih di Brasil, Dubai, Abu Dhabi, Qatar, dan Jepang.

Tim SAR mengevakausi jenazah korban jatuhnya pesawat yang membawa 77 orang, termasuk tim sepak bola Brasil di dekat Kota Medellin, Kolombia, Selasa (29/11). Sedikitnya 71 orang tewas dan enam selamat dalam insiden tersebut. (REUTERS/Jaime Saldarriaga)

Anggota tim Chapecoense itu sempat berpose bersama-sama di Bolivia menjelang take-off.

Kala itu, mereka siap bertolak menuju Kolombia untuk pertandingan terbesar dalam sejarah klub, final Copa Sudamerica.

Namun, awal perjalanan mereka meraih mimpi justru menjadi akhir segalanya. Impian mereka kandas, saat pesawat menabrak bukit, jatuh dan terbelah dua di pegunungan terpencil pada Senin sekitar pukul 10.15 pagi.

Pesawat Avro RJ85 yang membawa sembilan awak itu diduga mengalami gangguan listrik, saat terbang di atas Antioquia.

Pilot diyakini sempat membawa pesawatnya berputar-putar, untuk menghabiskan bahan bakar, untuk menghindari ledakan dalam upaya pendaratan darurat.

Sebelumnya, 20 hari yang lalu, pesawat yang sama mengangkut tim sepak bola Argentina, termasuk bintang Lionel Messi dan Angel Di Maria menuju Belo Horizonte di Brasil, di mana mereka bermain dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia.

Cedera Menyelamatkanku dari maut...

Sehari setelah kecelakaan pesawat di Kolombia, muncul gambar memilukan yang menunjukkan pemain lain skuat Chapecoense tengah duduk di ruang ganti yang kosong.

Salah satu pemain yang tak berangkat itu adalah Alejandro Martinuccio. Ia selamat dari maut karena mengalami cedera.

"Saya diselamatkan karena cedera. Saya merasakan kesedihan yang mendalam. Satu-satunya hal yang bisa saya ucapkan adalah doa untuk para sahabat yang berada di dalam pesawat tersebut," ucap pemain berusia 28 tahun yang juga bermain untuk Villarreal di Spanyol kepada radio La Red Argentina.

Foto pilu pemain di kamar ganti tim Chapecoense. (Daily Mail)

Identitas kedelapan pemain lain yang tidak ikut dalam perjalanan itu telah dimuat di media lokal, yaitu Neném, Demerson, Marcelo Boeck, Andrei, Hyoran, Nivaldo, Moisés, dan Rafael Lima.

Banyak warga Brasil merasa sedih atas kehilangan tim sepak bola tersebut. Klub dari kota kecil Chapeco saat ini berada di puncak.

Mereka bergabung di divisi pertama Brasil pada 2014 untuk pertama kalinya sejak 1970-an. Mereka berangkat ke final Copa Sudamericana - setara dengan turnamen UEFA Liga Europa - setelah mengalahkan Argentina San Lorenzo.

"Semoga Tuhan bersama atlet kami, pejabat, wartawan dan tamu lain yang bepergian dengan delegasi kami," ucap pihak Chapecoense dalam pernyataan singkatnya.

Pilot dan awak kabin di dalam pesawat semua berasal dari Bolivia, sementara sebagian besar penumpang adalah warga Brasil dan sekitar 40 lainnya adalah delegasi klub Chapecoense.

Mereka termasuk 20 pemain, manajer, dan empat anggota lain dari tim kepelatihan termasuk asisten manajer, pelatih pribadi, kinesiologist dan tukang pijat.

Presiden klub dan wakil presiden klub Chapecoense juga di pesawat nahas itu, bersama manajer klub lain. Tim hanya berada sekitar lima menit dari tujuan mereka ketika pesawat jatuh.

Menurut pihak berwenang Civil Aviation Kolombia, salah satu yang selamat telah dikonfirmasi sebagai bek Chapecoense Alan Ruschel, Jakson Follman dan Zampier Neto. Sementara dua awak selamat diidentifikasi sebagai Ximena Suárez dan Erwin Tumiri dan wartawan Rafael Valmorbida.

Alan Ruschel dan Danilo Padilha. (Instagram @alanruschel)

Ini adalah pertama kalinya klub kecil dari Chapeco pernah mencapai final kompetisi besar klub Amerika Selatan, setelah menang Copa Libertadores pada bulan Juli.

Menurut wartawan olahraga Brasil, Thiago Suman Colombia, Atletico Nacional mempersiapkan untuk memberikan penghormatan kepada para pemain Chapecoense yang menjadi korban.

Wali Kota Chapeco, Luciano Buligon, menyatakan kesedihannya terhadap kehilangan tim Chapecoense.

"Kami telah berpindah dari meraih mimpi ke mimpi buruk," kata Luciano Buligon sambil menitikkan air mata dalam siaran yang ditayangkan TV Globo.

"Ini adalah momen berkabung, kesedihan, dan penghiburan bagi keluarga," ucap Buligon.

Sementara itu, Presiden Brasil, Michel Temer, menyatakan tiga hari berkabung atas tragedi itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini