Sukses

Tentara Suriah Rebut Dua Distrik Penting di Aleppo

Direbutnya sejumlah wilayah tertentu dari tangan pemberontak memiliki efek domino bagi kota lain yang masih terkepung.

Liputan6.com, Aleppo - Tentara Suriah mengatakan, dalam dua hari pihaknya telah merebut dua distrik yang dikuasai oleh pemberontak di Aleppo timur, yakni Jabal Badro dan Baadeen.

Tentara Suriah telah megontrol penuh dua distrik itu pada 27 November waktu setempat, yakni satu hari setelah mereka mengambil alih Hanano. Saat ini pertempuran telah bergerak ke distrik tetangga, termasuk Haidariya dan Sakhur.

Aleppo yang merupakan kota terbesar di Suriah, terbagi atas wilayah sebelah barat yang dikontrol pemerintah dan wilayah sebelah timur yang dikuasai pemberonak.

Jurnalis Al Jazeera, Osama bin Javaid, mengatakan bahwa strategi "kekerasan" yang dilakukan Pemerintah Suriah tampaknya telah bekerja. Dia menambahkan, jatuhnya Jabal Badro dan Hanano memiliki efek domino bagi kota lain yang terkepung.

Selama pemerintah terus melakukan serangan di wilayah oposisi, sekitar 400 orang telah melarikan diri ke daerah-daerah yang berada di bawah kendali pemerintah. Demikian menurut kelompok pengamat seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (28/11/2016).

Sebagai tambahan, 30 keluarga melarikan diri ke Sheikh Maqsud yang saat ini berada di bawah kendali Kurdi. Media pemerintah Suriah juga melaporkan terdapat ratusan keluarga mengosongkan daerah yang dikuasasi pemberontak.

"Ratusan orang telah meninggalkan Hanano dan daerah lainnya di dekat garis depan menuju bagian tengah," ujar Javaid.

"Namun serangan udara dalam 13 hari terkahir telah menargetkan apa pun yang bergerak, baik itu ambulans atau petugas penyelamat. Rumah sakit telah hancur dan orang-orang memiliki makanan dan obat-obatan dengan jumlah yang sangat sedikit," imbuh dia.

UNICEF telah memperingatkan, hampir 500.000 anak-anak yang tinggal di wilayah yang dikuasai pemerintah, hidup di bawah pengepungan dan tak memiliki akses makanan maupun obat-obatan.

Angka tersebut telah meningkat dua kali lipat dalam waktu kurang dari satu tahun. Banyak dari mereka menghabiskan waktunya di bawah tanah, rumah sakit, sekolah, dan rumah.

"Anak-anak juga turut tewas dan terluka, terlalu takut untuk pergi ke sekolah atau bermain, bertahan hidup dengan sedikit makanan, dan nyaris tak ada obat," ujar Direktur Eksektif UNICEF, Anthony Lake.

"Tidak ada cara untuk hidup---dan terlalu banyak yang tewas."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini