Sukses

Top 3: Menelusuri Asal-Usul Muslim Rohingya di Myanmar

Terasing di negeri sendiri, tak memiliki kewarganegaraan, serta didiskriminasi, itulah yang dirasakan oleh muslim Rohingya di Myanmar.

Liputan6.com, Naypyidaw - Perang kini tengah berkecamuk di berbagai belahan dunia. Perselisihan antar saudara, terorisme, perebutan wilayah, serta penindasan pada kaum yang lemah. 

Seperti salah satunya yang dialami oleh Muslim Rohingya di Myanmar. Tidak memiliki kewarganegaraan, diasingkan di negeri sendiri, didiskriminasi, dan menjadi sasaran kekerasan serta ketidakadilan, itulah yang harus dilalui oleh kaum minoritas di negara yang dulu dikenal dengan sebutan Burma. 

Namun, siapa sebenarnya Rohingya? Bagaimana mereka bisa tinggal di wilayah yang mayoritas masyarakatnya Buddha?

Artikel mengenai asal-usul muslim Rohingya tersebut menarik perhatian pembaca Liputan6.com kanal Global edisi Jumat (25/11/2016) pagi. 

Dua artikel lainnya yang juga menarik perhatian pembaca adalah patahan misterius yang bisa menghancurkan AS dan gempa yang diramalkan akan terjadi pada 2017. 

Berikut Selengkapnya Top 3 Global:

1. Melacak Jejak Sejarah Muslim Rohingya di Myanmar

Tentara Banglades mengamankan puluhan muslim Rohingya yang dianggap memasuki Bangladesh secara ilegal di Cox Bazar, perbatasan Myanmar-Bangladesh, Senin (21/11). (REUTERS/Mohammad Ponir Hossain)

Arakan atau Rakhine kini adalah sebuah negara bagian yang terletak di barat Myanmar. Di wilayah tersebut, selama bertahun-tahun kekerasan berulang kali terjadi antara warga mayoritas dengan muslim Rohingya. 

Pada 2012, Rakhine menjadi sorotan dunia setelah terjadi bentrok berdarah kedua kelompok yang menewaskan lebih dari 200 orang. Sementara 140.000 warga lainnya terpaksa mengungsi. Hingga saat ini kekerasan belum berhenti terjadi.

Penyerangan ke tiga pos perbatasan pada 9 Oktober 2016 lalu memicu dilaksanakannya operasi militer di Rakhine, tepatnya di wilayah yang menjadi permukiman warga muslim Rohingya. Versi otoritas setempat, kebijakan ini merupakan langkah pembersihan terhadap segelintir orang yang mereka sebut sebagai kelompok militan dari kalangan Rohingya.

Selengkapnya...

2. Patahan Misterius Ancam Picu Gempa 9,7 SR yang 'Hancurkan' AS?

Lagi heboh fenomena suara terompet dari langit. Mengingatkan kita akan prediksi gagal soal kiamat

Beberapa waktu lalu, seorang ahli matematika 'meramal' bahwa pada tahun 2017 --- yang tinggal menghitung waktu-- ada 1 dari 500 kemungkinan umat manusia akan musnah. 

Sang ahli adalah Dr Fergus Simpson, pakar matematika dari University of Barcelona's Institute of Cosmos Sciences. Ia mengatakan, ada 0,2 persen kemungkinan terjadinya 'bencana katastropik' pada suatu tahun tertentu selama Abad ke-21.

Perhitungan ini didasarkan pada Argumen Doomsday, yang diklaim dapat memprediksi jumlah anggota spesies manusia di masa depan dengan memperimbangkan perkiraan jumlah total manusia yang lahir sejauh ini.

Hal yang sama juga sudah diperhitungkan oleh Stephen Hawking. Menurut ilmuwan itu, manusia ternyata hanya memiliki kurang dari 1.000 tahun di Bumi sebelum binasa dalam peristiwa kepunahan massal.

Selengkapnya...

3. Gempa Dahsyat Ini 'Diramalkan' Terjadi Pada 2017

Bagunan di Selandia Baru masih belum diperbaiki akibat gempa 7,8 SR yang mengguncang pekan lalu (afr.com)

Lindu 7,4 skala Richter (SR) yang mengguncang timur laut Jepang, dekat Prefektur Fukushima pada Selasa 22 November 2016 pukul 06.00 waktu setempat membangkitkan 'horor' yang pernah terjadi pada 2011 lalu: Gempa Tohoku.

Perintah evakuasi pun dikeluarkan. "Tolong, jangan berpikir bahwa Anda aman. Pergilah ke tempat yang lebih tinggi," demikian pengumuman yang disampaikan media NHK.

Meski tak menjulang tinggi, tsunami mini terjadi pascagempa. Video detik-detik usai lindu mengguncang merekam penampakan gelombang aneh yang terbentuk di sungai. 

Kala itu pada Maret 2011, delapan hari sebelum supermoon, gempa dengan kekuatan 9 skala Richter mengguncang Negeri Sakura. Lebih dari 18 ribu orang tewas atau dilaporkan hilang.

Lindu dan tsunami juga bikin luruh PLTN Fukushima Dai-ichi, memicu krisis nuklir terparah setelah ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada penghujung Perang Dunia II.

Selengkapnya...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini