Sukses

Festival Film Kolombia di Jakarta 'Hadirkan' Suku Kanibal Amazon

Colombia film Festival 2016 akan diselenggarakan pada 2-4 Desember 2016 di CGV Blitz Grand Indonesia, Jakarta Pusat.

Liputan6.com, Jakarta - Untuk kali pertamanya kedutaan Besar Kolombia untuk Indonesia di Jakarta, mengadakan acara Colombia Film Festival 2016'.

Festival film yang mengangkat kebudayaan, kekayaan alam, dan kehidupan masyarakat di negara yang berada di Amerika Latin itu akan akan diselenggarakan pada 2-4 Desember 2016 mendatang.

"Selamat siang, selamat datang, dan terima kasih telah menghadiri acara jumpa pers ini. Merupakan sebuah kebanggaan besar bagi Kedutaan Kolombia dapat menyelenggarakan 'Kolombia Film Festival'," ujar Duta Besar Kolombia untuk Indonesia, Jose Renato Salazar, dalam jumpa pers menjelang pembukaan KFF, Kamis (24/11/2016).

"Kini Kolombia menjadi salah satu pusat aktifitas budaya di Amerika Latin. Banyak produser, sutradara, artis dan aktor, mengunjungi negara kami karena tertarik dengan aktivitas budaya dan keindahan alam Kolombia," lanjut Dubes Jose.

Kolombia Film Festival akan diselenggarakan di CGV Blitz Grand Indonesia pada 2-4 Desember 2016 (Liputan6.com/Nurul Basmalah)

Dubes Jose menjelaskan secara singkat jenis film apa saja yang akan diputar pada KFF pada Desember 2016 mendatang.

Tayangan dokumenter alam Kolombia, kehidupan masyarakat, kebudayaan, dan juga sastra negara kelahiran penyanyi Shakira.

"Film yang akan kami putar merupakan garapan sutradara-sutradara terkenal, dan telah mendapatkan nominasi Film Bahasa Asing terbaik 2015. Kami sangat bangga dapat mempersembahkannya di Indonesia," kata Claudia Lopez yang menjabat di Consular Offairs di Kedubes Kolombia.

Akan ada 5 film yang akan ditampilkan dalam festival tersebut, Embrace of the Serpent, Clombia Wild Magic, The Wind Journeys, Gabo, dan Of Lover and Other Demons.

Salah satu dari film tersebut, Embrace of the Serpent, mendapatkan nominasi Film Berbahasa Asing Terbaik pada 2015.

Embrace of the Serpent

Embrace of the Serpent menceritakan kisah dua orang peneliti dari zaman berbeda, 1909 dan 1940, yang melakukan ekspedisi ke dalam hutan Amazon di Kolombia.

Perjalanan beda waktu itu mempertemukan Theo, seorang ilmuwan Jerman, dan Evan yang merupakan peneliti tumbuhan dari AS, dengan seorang dukun dari suku pedalaman Amazon, Karamakate.

'Kau bukan siapa-siapa melainkan Kulit Putih", itulah kata-kata pertama yang keluar dari mulut Karamakate, saat pertama kali bertemu dengan Theo pada 1909.

Kala itu Theo menderita sebuah penyakit dan Kamatake disebut-sebut menjadi satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan hidupnya.

Di sisi lain, Karamakate tidak menyukai kedatangan Theo yang merupakan orang kulit putih. Kebencian itu didasari oleh pembantaian dan perbudakan yang dilakukan kulit putih lainnya di sukunya, saat mereka menjajah wilayah Karamakate untuk mencari getah karet.

Karamante menjadi satu-satunya korban selamat dalam sukunya dan hidup menyendiri di dalam hutan.

Berkat bantuan seorang eks budak dari suku kanibal di dalam hutan, Manduca, Theo mencoba meyakinkan Karamakate untuk menolongnya mencari obat yang disebut Yakruna.

Embrace Of The Serpent (Wikipedia)

Setelah menyetujui beberapa perjanjian dan peraturan yang harus dijalani Theo, ketiga orang itu memulai perjalanan mereka untuk mencari Yakruna.

Berpuluh-puluh tahun kemudian seorang ahli tumbuhan dari Amerika Serikat, Evan, menelusuri belantara Amazon untuk mencari Karamakate yang sudah tua.

Setelah berhasil menemukan dukun Amazon itu, berkat buku catatan Theo yang telah dipublikasi di AS, Evan mengatakan bahwa dia ingin meneliti tumbuhan Yakruna. Namun hal itu merupakan kebohongan yang dibuat-buat oleh Evan.

Ahli tanaman itu sebenarnya ditugaskan untuk mencari pohon karet yang bebas dari penyakit. Kala itu pasokan karet AS krisis akibat adanya Perang Dunia II.

Ekspedisi kedua pun dimulai, tapi kali ini Karamakate tidak lagi muda, dan ingatannya akan arah dan letak tanaman obat tersebut telah kabur.

Perjalanan itu membawa Evan mengikuti 'jejak' petualangan Theo pada 1909, di mana kala itu mereka menemukan sebuah penampungan anak yang dikelola oleh seorang pemuka agama 'sadis'.

Dia memukuli setiap anak yang mencoba untuk berbicara dalam bahasa suku mereka, dan pada 1940 anak-anak itu telah tumbuh dewasa.

Penampungan mereka kini dikuasai oleh seorang keturunan Brasil yang percaya bahwa dirinya adalah Mesiah.

Evan dan Karamakate pun mendapatkan masalah di sana. Istri sang 'Mesiah' sakit dan mereka hanya akan diperbolehkan melanjutkan perjalanan jika dukun Amazon itu bisa menyelamatkannya.

Setelah menyembuhkan perempuan tersebut, Karamakate meracuni minuman kelompok tersebut dan membuat mereka berhalusinasi berlebihan.

Mabuk akibat terlalu banyak minum air racun, sang pemimpin meminta pengikutnya untuk memakan dagingnya. Ia pun dikerumuni dan dimangsa dengan buas oleh puluhan orang.

Evan dan Karamakate tua kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju tempat tumbuhan Yakruna terakhir berada.

Film itu diakhiri dengan adegan di mana Evan mengonsumsi Yakruna dan berhalusinasi berada di 'surga' yang dikelilingi kupu-kupu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.