Sukses

AS Tak Ikut Serta Kerja Sama Intelijen Terbaru Jepang-Korsel

Jepang dan Korsel memilih untuk me mbangun kerja sama intelijen baru tanpa melibatkan sekutu dekat mereka, AS. Ada apa gerangan?

Liputan6.com, Seoul - Korea Selatan (Korsel) sepakat berbagi data intelijen terkait Korea Utara (Korut) secara langsung dengan Jepang. Sebelumnya, kedua negara berbagi informasi intelijen via Amerika Serikat (AS).

Capaian terbaru ini dipandang sebagai sebuah proses rumit dalam menghadapi ancaman yang berpotensi mendesak. Kesepakatan terkait pertukaran data intelijen tersebut kabarnya akan disahkan akhir pekan ini, meski waktu pastinya belum dikonfirmasi oleh kedua belah pihak.

Seperti dilansir BBC, Selasa, (22/11/2016), perjanjian informasi militer antara Korsel dan Jepang, yang dikenal dengan GSOMIA ini, dirancang untuk mengambil keuntungan dari kekuatan intelijen masing-masing negara.

Selama ini, Jepang diketahui memiliki pengawasan berteknologi tinggi, sementara Korsel memiliki sumber daya manusia atau mata-mata di Korut. Meski demikian, perjanjian ini ditentang oleh sejumlah pihak.

Pada Senin malam berlangsung protes anti-Jepang di luar istana presiden di Seoul. Mereka yang berdemonstrasi meyakini bahwa Jepang belum benar-benar meminta maaf atas kekejaman mereka selama menduduki Korea antara tahun 1910 dan 1945.

Pengalaman buruk semasa pendudukan Jepang ini masih membayang-bayangi hubungan kedua negara. Bahkan, kerenggangan dua sekutu AS di Asia ini sempat membuat Washington "ketar-ketir" mengingat ancaman yang datang dari Korut kian mengkhawatirkan.

Pihak oposisi Korsel telah menyarankan agar perjanjian tersebut ditunda menyusul skandal politik yang melibatkan Presiden Park Geun-hye.

Pada September lalu, Pyongyang telah melakukan uji coba nuklir kelima mereka. Negeri pimpinan Kim Jong-un itu mengklaim telah membuat kemajuan pesat dalam pengembangan roket meski diyakini belum memiliki bom nuklir.

Sebelumnya pada 2014, AS, Jepang dan Korsel telah menandatangani perjanjian pembagian informasi trilateral. Dan perjanjian baru ini nantinya akan menghapus AS sebagai perantara dan merampingkan pertukaran informasi ini dengan hanya melibatkan Tokyo dan Seoul. 

Perjanjian Jepang-Korsel ini juga menuai sejumlah pertanyaan. Pasalnya, tidak melibatkan sekutu utama mereka, AS. Terlebih, saat ini di Negeri Paman Sam tengah berlangsung transisi kekuasaan dari Presiden Barack Obama ke Donald Trump.

Trump, yang kelak akan menjadi orang nomor satu di AS, sempat beberapa kali melontarkan pujian terhadap diktator Korut, Kim Jong-un. Ia pernah menyanjung Kim Jong-un sebagai pemuda luar biasa karena di usianya ia telah memerintah sebuah negara. 

Presiden terpilih AS itu juga memuji cara Kim Jong-un menyingkirkan lawan politik, salah satunya dengan cara dieksekusi mati. Ia juga menegaskan tak seharusnya dunia menyepelekan pemimpin Korut itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini