Sukses

KTT APEC 2016 'Dibayang-Bayangi' Donald Trump

Pembicaraan soal Presiden AS terpilih Donald Trump mendominasi APEC 2016, termasuk soal nasib TPP.

Liputan6.com, Lima - Barack Obama masih mewakili Amerika Serikat dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC 2016. Namun, pembicaraan soal Presiden AS terpilih Donald Trump mendominasi  di antara para peserta sidang, CEO global, hingga para tokoh dunia dari 21 negara yang hadir di Lima, Peru.

Tak hanya soal kemenangan miliarder nyentrik itu yang dramatis atas rivalnya Hillary Clinton, tapi juga terkait kebijakan ekonomi Donald Trump.

Salah satu yang jadi fokus perhatian adalah soal nasib Kemitraan Strategis Trans-Pasifik atau  Trans-Pacific Partnership (TPP).  Kemenangan Trump memupuskan harapan AS akan mendukung blok perdagangan bebas yang baru diteken pada 5 Oktober 2016 lalu.

TPP beranggotakan 12 negara yakni, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Jepang, Selandia Baru, Meksiko, Chile, Peru,  Malaysia, Singapura, Brunei dan Vietnam.

Kemenangan Trump berpotensi menarik dukungan AS. Sebelumnya, dalam kampanyenya, capres Republik itu mengungkapkan, TPP juga North American Free Trade Agreement (NAFTA) berdampak jelek pada dunia kerja di AS.

Presiden ke-45 AS, Donald Trump mengepalkan tangan saat berpidato di hadapan para pendukungnya di Manhattan, New York, Rabu (9/11). Trump berhasil mendapat suara electoral votest lebih dari 270, sebagai syarat kemenangan Pilpres AS (REUTERS/Carlo Allegri)


Sementara, dalam pidatonya, Presiden Peru,  President Pedro Pablo Kuczynski, kembali mengingatkan tujuan sejati APEC.

"Tentunya, tidak hanya perdagangan yang penting. Ini adalah soal investasi. Pekerjaan. Juga tentang tenaga kerja -- mereka harus  menjadi bagian dari upaya kita.  Jika tidak, mereka akan merasa ditinggalkan, (padahal)  mereka merupakan bagian penting dari ini, "kata dia seperti dikutip dari Euro News, Minggu (20/11/2016).

Kuczynski juga mengingatkan, pertumbuhan perdagangan global yang sudah berhenti dalam dua tahun terakhir dan akan menjadi jauh lebih buruk, jika negara-negara menutup ekonomi mereka atau menerapkan proteksi.

Sementara, Obama berpesan kepada 1.000 pemimpin muda dari kawasan Amerika Latin dan Karibia agar jangan mengasumsikan yang terburuk mengenai presiden terpilih Donald Trump.

"Saya pikir penting sekali bagi siapapun di seluruh dunia agar tidak segera menghakimi, tetapi berikan kesempatan presiden terpilih ini untuk menyusun timnya, mempelajari berbagai isu, menentukan bagaimana kebijakan mereka nantinya," kata Obama seperti dikutip dari VOA. "Cara kampanye tidak selalu menentukan cara memerintah."

China Akan Geser Posisi AS?

Sejumlah pihak berpendapat, TPP  dibentuk AS untuk menghadapi China di Asia Pasifik.

Jika AS di bawah pemerintahan Donald Trump menyatakan mundur dari TPP dan membuat kemitraan itu berpotensi bubar jalan, bagaimana dengan China? Apakah itu berarti Tiongkok akan mendominawsi?

Dalam pidato di depan sejumlah pemimpin bisnis dunia, Presiden China Xi Jinping - -yang memimpin delegasi terbesar di APEC 2016 -- menjanjikan keterbukaan.

"China tidak akan menutup pintu terhadap dunia luar, justru akan membuka lebih," kata Presiden China,  menggema di ruang konferensi, demikian dikutip dari situs Selandia Baru, Stuff.

Sementara Presiden Meksiko Enrique Pena Neito, yang berselisih dengan Trump dalam hak kebijakan anti-imigrasi dan retorika anti-perdagangan bebas mengaku siap siap untuk berbicara Trump untuk 'memodernisasi' NAFTA.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.