Sukses

Berdesakan dalam Truk, Pengungsi Mosul Terlihat Seperti 'Ternak'

Pasukan Irak terus mendesak ISIS untuk keluar dari Mosul, bersamaan dengan ratusan warga yang mencoba menyelamatkan diri dari pertempuran.

Liputan6.com, Mosul - Orang-orang berlarian menuju truk yang baru saja datang. Anak-anak menangis saat mereka 'dipaksa' berada di pelukan dan pangkuan pria atau wanita yang tak mereka kenal di bak kendaraan roda empat itu.

Ibu, kakak, dan nenek memanjat dengan susah payah ke atas truk, membawa sedikit barang 'berharga' mereka yang tersisa.

Ruangan bak mobil barang tersebut hanya bisa dijadikan tempat berdiri. Tak cukup ruang untuk duduk, sempit, dan penuh sesak. Jika dilihat, orang-orang yang berada di dalam truk itu terlihat seperti 'ternak'.

Walaupun berdesakan dan tak bisa duduk, warga sipil itu kini aman. Mereka baru saja selamat, setelah berjalan selama beberapa jam menelusuri timur Mosul, menghindar dari pertempuran antara tentara Irak melawan ISIS.

Salah seorang dari warga sipil itu adalah Hasnaah Mohammed, yang duduk di kursi roda sebelum ditolong menaiki truk.

"Aku kelelahan dan merasakan sakit di seluruh tubuhku setelah menyelamatkan diri dengan keempat anakku," ujar perempuan 56 tahun itu, seperti dikutip dari CNN, Selasa (15/11/2016).

"Aku berlari di antara baku tembak, berjalan dan menangis. Berlari dan menangis," kata Hasnaah.

Hasnaah duduk di kursi roda sebelum dibantu naik ke dalam truk (CNN)

"Kami menderita selama 8 hari belakangan, ledakan terjadi setiap hari. Aku berdoa kepada Tuhan untuk menyelamatkanku. Dan mortir yang berada di sekitar rumah mulai menghancurkan kediaman kami," ujar perempuan 56 tahun itu.

Sementara perempuan dan anak-anak yang berada di dalam truk menuju kamp pengungsi yang aman, para pria dewasa dari keluarga mereka tinggal untuk melakukan pemeriksaan.

Mereka diperiksa secara keseluruhan untuk memastikan salah satu dari pria-pria itu bukan militan ISIS yang menyamar menjadi warga sipil.

"Kami satu keluarga berjuang bersama dan menyelamatkan diri dari Mosul dan Danesh. Aku tak ingin menghabiskan malam di kamp hanya bersama anak-anakku," kata Um Noor, ibu tiga anak yang tidak ingin pergi tanpa suaminya.

Para pria diminta duduk berbaris untuk melakukan pemeriksaan, memastikan tidak ada anggota ISIS di antara mereka (CNN)

Ketidakpercayaan Um Noor terhadap pasukan Irak bukannya tak beralasan. Dia khawatir tentara yang kabur saat ISIS menjajah Mosul pada 2014 itu akan menangkap suaminya.

"Tentu saja aku khawatir. Bagaimana jika mereka menangkapnya tanpa alasan?" ujar ibu tiga anak itu.

Tak lama setelah para wanita dan anak-anak meninggalkan lokasi tersebut, prajurit Irak mulai mengatur para pria untuk duduk berbaris.

Mereka mengikuti apa yang disuruh oleh 'penyelamat' dengan tertib. Membentuk barisan di depan sebuah toko terbengkalai.

Salah satu dari deretan pria yang tampak cemas itu terlihat sosok yang terlalu muda untuk dimasukkan ke dalam kategori barisan pria.

Ali yang masih berusia 11 tahun mendapat pengalaman buruk dari ISIS (CNN)

Dawood Ali masih berusia 11 tahun dan 'dicurigai' menjadi militan ISIS. Ali mengatakan dia tidak akan pernah bergabung dengan kelompok teror itu, setelah melihat apa yang mereka lakukan.

"Mereka membunuh tiga orang pria dan memanggil kami untuk menyaksikannya. Salah satu dari korban, dia malang sekali, tidak dipenggal dengan sempurna. Jadi anggota ISIS lainnya datang dengan membawa pisau dan menyelesaikan pekerjaan temannya," kata Ali mengenang apa yang ISIS perbuat.

Menurut laporan pasukan Irak, mereka hanya menemukan sedikit militan ISIS yang mencoba melarikan diri dari Mosul. Penangkapan itu biasanya dibantu oleh warga sipil yang mengenali wajah teroris.

Organisasi Internasional Migrasi mengatakan lebih dari 54 ribu orang telah dipindahkan sejak operasi pengusiran ISIS dari Mosul dan sekitar Provinsi Nineveh dimulai pada 17 Oktober lalu.

Setidaknya 1,5 juta warga Mosul masih berada di dalam kota yang telah berubah menjadi medan perang.

Sementara itu di timur Mosul, Gogjali, terlihat sekitar 20 truk sipil mengangkut perbekalan dari Program Pangan Dunia dan Unicef. Namun tak lama kemudian mereka berbalik arah dan diminta kembali menuju medan pertempuran.

Setiap truk memasang bendera putih di kendaraan mereka dengan harapan hal tersebut dapat melindungi mereka dari kekerasan berkecamuk di kota.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini