Sukses

Teknologi Nirkabel Ini Bisa Hubung Otak dan Syaraf yang Putus

Suatu teknologi nirkabel (wireless) baru dapat menghubungkan otak dengan bagian syaraf yang terputus.

Liputan6.com, Lausanne - Pemakaian teknologi nirkabel (wireless) telah cukup meluas, misalnya dalam bidang telekomunikasi, transportasi, militer, dan perdagangan ritel. Namun, sebelum ini tidak ada penggunaan teknologi nirkabel untuk mengirimkan sinyal dari otak ke syaraf makhluk hidup ketika sambungan aslinya sudah tidak tersedia.

Untuk pertama kalinya di dunia, para ilmuwan berhasil menciptakan sambungan otak dengan syaraf dengan menggunakan teknologi nirkabel tersebut. Sistem demikian diistilahkan "protesis syaraf".

Dengan hubungan nirkabel, mereka berhasil mengembalikan kemampuan berjalan pada kaki-kaki primata bukan manusia. Para ilmuwan menyembuhkan lumpuh pada sepasang monyet jenis rhesus macaque.

Dikutip dari UPI pada Kamis (10/11/2016), David Borton mengatakan, "Sistem yang kami kembangkan menggunakan sinyal yang direkam dari bagian korteks motor di otak untuk memicu rangsangan eletrik terkoordinasi pada syaraf tulang belakang yang bertugas untuk berjalan."

Melalui berita terbitan universitas, salah satu pimpinan penulisan penelitian itu menjelaskan, “Ketika sistem dinyakan, hewan-hewan dalam penelitian kami memiliki pergerakan jalan (locomotion) yang hampir normal.”

Penerapan Pada Manusia, Kapan?

Penelitian itu dapat mengarah kepada pengembangan sistem serupa untuk manusia yang mengalami cedera syaraf tulang belakang, demikian ditambahkan oleh para peneliti.

Kata Borton, "Ada bukti yang menengarai bahwa sistem rangsangan syaraf tulang belakang yang dikendalikan otak dapat meningkatkan rehabilitasi sesudah cedera syaraf tulang belakang."

Ilustrasi monyet jenis rhesus macaque. (Sumber monkeyheaven.org)

Namun demikian, jalan masih panjang karena penelitian yang menjanjikan pada hewan kadang-kadang tidak berhasil pada manusia.

“Ada banyak tantangan di depan dan bisa memakan waktu beberapa tahun sebelum semua komponen untuk intervensi ini bisa berhasil diujikan pada manusia,” kata Gregoire Courine, pimpinan proyek sekaligus seorang profesor di Ecole Polytechnique Federale Lausanne, Swiss.

Ia telah memulai percobaan klinis di Swiss untuk menguji bagian syaraf tulang belakang bagi sistem ini.

Laporan ini telah diterbitkan pada 9 November dalam jurnal Nature.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini