Sukses

Membungkuk, Presiden Korsel Minta Maaf dan Mengaku Siap Diperiksa

Presiden Park dihantui skandal politik yang melibatkan sejumlah orang dekatnya. Salah satunya, sang sahabat, Choi Soon-sil.

Liputan6.com, Seoul - Dengan berurai air mata, Presiden Korea Selatan (Korsel), Park Geun-hye mengatakan, hatinya terluka atas skandal politik yang melanda pemerintahannya. Presiden perempuan pertama Korsel itu menegaskan akan bekerja sama dengan otoritas terkait dalam proses penyelidikan.

Korsel tengah diguncang skandal politik yang melibatkan seorang teman lama Park, Choi Soon-sil (60). Ia dituduh memanfaatkan kedekatannya dengan Park untuk mencampuri urusan negara.

Tak hanya itu, ia disebut-sebut juga 'menjual' hubungan baiknya dengan Park untuk mendatangkan keuntungan materi terhadap dua yayasan di mana ia terlibat.

Tampil berpidato di televisi, Park mengatakan, jaksa harus menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan memastikan setiap orang yang terlibat termasuk dirinya bertanggung jawab jika terbukti bersalah.

"Sulit untuk memaafkan diriku sendiri dan tidur di malam hari dengan hati yang pilu," ujar Park dengan suara bergetar seperti dikutip dari Reuters, Jumat (4/11/2016).

"Sangat menyedihkan dan disesalkan bahwa ada individu tertentu yang telah mengambil keuntungan dan melakukan tindakan melanggar hukum, sementara kami bekerja dengan harapan membantu perekonomian nasional dan kehidupan masyarakat," ungkapnya.

Orang nomor satu di Korsel itu mengaku ceroboh terkait hubungannya dengan Choi yang disebutnya telah membantunya dalam melewati masa-masa sulit.

"Memang benar saya telah ceroboh mengingat dia mendampingi saya dalam masa-masa sulit hidup saya," kata Park.

Presiden Park menutup pidatonya dengan membungkuk sebagai wujud permintaan maaf. Dan ia tak melayani satu pun pertanyaan wartawan.

Salah seorang pejabat kejaksaan menolak mengomentari pernyataan Park yang mengatakan ia siap diperiksa. Jika hal tersebut benar-benar terjadi maka Park akan menjadi presiden Korsel pertama yang diinterogasi penyidik.

Sementara itu, Kepala Akademi Politik dan Kepemimpinan Korea, Kim Man-heum mengatakan, melalui pidatonya Park bukan tidak mungkin akan mendapatkan kembali simpati publik.

"Saya pikir dia akan berhasil mendapatkan kembali sedikit simpati dari orang-orang yang dulu menyukainya. Namun pidato itu sendiri tidak cukup untuk menangani krisis," ujar Man-heum.

Popularitas Park saat ini sangat rendah. Bahkan disebut-sebut terendah sejak jajak pendapat bergulir di negara asal budaya K-Pop itu pada 1988. Survei yang dilakukan Gallup menunjukkan, kini ia hanya memiliki lima persen setelah pekan lalu kehilangan 12 persen dukungan. 

Skandal politik yang menyeret Park mencuatkan seruan dari lawan politiknya agar ia segera mengundurkan diri. Dalam sejarah politik Korsel, tidak pernah ada presiden yang gagal menyelesaikan masa jabatan lima tahun.

Choi sendiri sejak Senin waktu setempat telah ditahan. Kepada surat kabar Korsel, Segye Ilbo membantah semua tuduhan yang diarahkan kepadanya.

Ayah Choi, Choi Tae-min adalah seorang pemimpin sekte keagamaan. Kedekatan Choi Tae-min dengan Park Chung-hee, presiden ke-3 Korsel yang juga merupakan ayah Park mengawali persahabatan dua perempuan tersebut.

Pada 1970-an, Park harus mendampingi ayahnya sebagai First Lady Korsel setelah sang ibu tewas secara tragis dalam sebuah misi pembunuhan yang sebenarnya ditujukan kepada ayahnya. Lantas, pada 1979, ia pun harus rela kehilangan sang ayah yang tewas dibunuh mantan kepala badan intelijennya yang disebut-sebut tidak puas dengan kepemimpinannya.

Kedekatan Park dengan Choi serta ayahnya terus terjalin pasca-kematian Park Chung-hee. Oleh media lokal, Park juga dituding mengadakan ritual perdukunan di kompleks kepresidenan. Ini terkait dengan sekte keagamaan yang dipimpin ayah Choi.

Tuduhan ini ditolak Park. "Bahkan ada yang mengatakan bahwa saya masuk ke sekte tertentu atau mengadakan ritual perdukunan di Blue House. Saya tegaskan bahwa semua itu tidak benar."

Skandal politik yang menguncang Negeri Ginseng itu telah menyebabkan mata uang won terpukul sejak pekan lalu sementara investor dilanda kecemasan tentang ketidakpastian politik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini