Sukses

Top 3: Gencatan Senjata Dadakan di Aleppo oleh Rusia, Ada Apa?

Presiden Vladimir Putin dari Rusia mendadak menyerukan gencatan senjata 10 jam di Aleppo, Suriah. Apa alasannya?

Liputan6.com, Jakarta - Dalam suasana pertempuran yang semakin sengit antara pasukan pemberontak melawan pasukan pemerintah Suriah dukungan Rusia, Presiden Vladimir Putin mendadak mengumumkan gencatan senjata 10 jam. Berita mengenai keputusan tersebut paling menyedot perhatian pembaca Liputan6.com pada Kamis (3/11/2016) sore.

Sementara itu, di Filipina, Presiden Rodrigo Duterte dikabarkan marah besar ketika pihak Amerika Serikat (AS) membatalkan penjualan 26.000 pucuk senjata kepada Filipina. Selama ini, presiden Filipina memang diketahui bersikap sengit kepada AS.

Masih terkait dengan AS, presiden Obama memberikan komentar tentang dampak pemilihan presiden AS bagi dunia. Menurut Obama, nasib dunia dipertaruhkan pada hasil pilpres AS.

Berikut adalah Top 3 Global selengkapnya:

 

1. Putin Tiba-Tiba Umumkan Gencatan Senjata 10 Jam di Aleppo

Presiden Rusia, Vladimir Putin memberikan keterangan saat konferensi pers usai pertemuan di St.Petersburg, Rusia, (9/8). Hubungan kedua negara sempat tegang akibat penembakan jet tempur Rusia oleh militer Turki. (AFP PHOTO/ALEXANDER NEMENOV)

Presiden Rusia Vladimir Putin secara sepihak mengumumkan gencatan senjata selama 10 jam di Aleppo. Menurut informasi yang disampaikan pejabat senior Rusia, gencatan senjata mulai diberlakukan pada Jumat waktu setempat.

"Sebuah keputusan dibuat untuk memperkenalkan gencatan senjata di Aleppo pada 4 November pukul 09.00-07.00 (03.00-01.00 ET)," kata Kepala Staf Umum Rusia, Valery Gerasimov dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu 2 November 2016, dikutip dari BBC.

Gencatan senjata terbaru terjadi setelah eskalasi pertempuran di kota itu semakin mematikan. Militer Suriah mengatakan, serangan pemberontak di Aleppo telah menelan 84 korban jiwa selama akhir pekan.

Selanjutnya...


2. AS Batalkan Penjualan 26 Ribu Senapan, Duterte Marah Besar

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte (Reuters)

Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengecam tindakan Amerika Serikat yang menghentikan rencana penjualan 26 ribu senapan ke negaranya.

Kesal, Presiden yang beberapa kali blak-blakan mengucapkan kata-kata kasar itu kembali mengatakan, para pengambil keputusan AS itu "bodoh" dan "monyet".

Dengan adanya pemutusan kesepakatan senjata itu, Duterte mengatakan mungkin akan beralih menggunakan senjata Rusia atau China.

Seperti yang dikutip dari CNN, Kamis 3 November 2016, Duterte mengirimkan pesan jelas kepada AS setelah muncul laporan yang menyebutkan adanya potensi pemblokiran penjualan senjata untuk Filipina.

Selanjutnya...


3. Obama: Nasib Dunia Sedang Dipertaruhkan dalam Pilpres AS

Obama mengatakan, nasib dunia sedang dipertaruhkan dalam Pilpres AS (Reuters)

Hari-hari jelang Pilpres 8 November 2016 yang kian dekat, Presiden Amerika Serikat Barack Obama meminta pendukung Partai Demokrat dari semua latar belakang etnis, untuk keluar dan memilih Hillary Clinton.

Obama memperingatkan, nasib AS sebagai negara republik, juga dunia kini sedang dipertaruhkan.

Ia mengatakan, rival kuat Hillary Clinton, Donald Trump adalah ancaman bagi kebebasan sipil di AS -- yang didapatkan secara susah payah, bagi Amerika Serikat, juga bagi dunia.

Hal tersebut disampaikan Obama dalam kampanye di North Carolina.

"Nasib republik ini ada di pundak Anda," kata Obama seperti dikutip dari BBC, Kamis 3 November 2016.

Selanjutnya...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.