Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Pengakuan Gadis AS yang Menjual Keperawanan 'Atas Nama Cinta'

Katherine Stone nekat menjual keperawanannya di sebuah rumah bordil di Nevada. Namun, ia menolak disebut PSK.

Liputan6.com, Seattle - Sebuah rumah bordil legal di Nevada didatangi oleh seorang gadis berusia 20 tahun. Katherine Stone, namanya, mengatakan kepada sang pemilik tempat pelayanan seks itu bahwa dia ingin bekerja untuknya. Tapi, bukan berhubungan seksual.

Seperti dikutip dari CNN, Selasa (25/10/2016), Katherine yang bercita-cita ingin menjadi seorang pengacara itu berencana menjual sesuatu yang perempuan lain di rumah bordil itu tak bisa suguhkan: keperawanannya.

Keputusan perempuan 20 tahun itu untuk menjual keperawanan menjadi pro-kontra di mata beberapa kelompok orang. Terutama mereka yang menganggap bahwa 'kesucian' itu hanya bisa diberikan atas nama cinta.

Namun bagi Katherine, itulah yang kini tengah ia lakukan, 'memberikan keperawanannya atas nama cinta'.

Keluargaku, Cintaku

Pada 2014 Katherine dan keluarganya hampir menjadi tunawisma ketika rumahnya yang berada di kawasan Seattle, Washington, ludes dilahap si jago merah.

Tanpa memiliki asuransi bangunan, Katherine bersama dengan keluarganya terpaksa tetap menghuni rumah hangus mereka.

Hingga pada suatu hari Katherine menemukan sebuah artikel menarik mengenai prostitusi legal dari halaman utama media sosial Facebook-nya.

Setelah membaca dan mempelajari tempat tersebut, perempuan yang kala itu terpaksa menghuni rumah gosong tersebut akhirnya memutuskan untuk menghubungi salah satu rumah bordil di wilayahnya.

Ilustrasi Pekerja Seks Komersial (PSK). (iStockphoto)

"Aku mengetahui semua hal mengenai rumah bordil dan uang yang mereka hasilkan membuatku berpikir 'Wow, ini kesempatan untuk memperbaiki semua yang harus diperbaiki'," kata Katherine menjelaskan keputusannya untuk menjual keperawanannya.

Prostitusi merupakan praktik seks yang tersebar luar di AS. Namun hanya di Nevada praktik itu diberi izin dan merupakan pekerjaan dan bisnis legal.

Wilayah bagian Nevada manapun dengan populasi kurang dari 700.000 dapat membangun tempat pelacurandan kini ada sekitar 19 rumah bordil di wilayah itu.

Salah satunya dimiliki oleh Dennis Hof yang merupakan pemilik rumah bordil tempat Katherine menjual keperawanannya pada 2015.

Dennis yang mengatakan menerima permintaan yang sama setiap minggunya itu setuju untuk menjual keperawanan Katherine setelah melalui persetujuan.

Kedua orang itu setuju untuk membagi keuntungan dengan perhitungan sebanyak 50 persen dipotong untuk Dennis. Setelah mencapai kesepakatan, Katherine mengemasi barangnya, bersiap untuk 'bekerja' demi menghasilkan uang untuk biaya renovasi rumahnya.

"Orang-orang mengatakan seks harusnya dilakukan dengan cinta. Terutama ide mengenai keperawanan. Tapi jika dipikirkan kembali, aku melakukan hal ini karena aku mencintai keluargaku," kata Katherine menjelaskan keputusannya.

"Ketika aku membaca artikel mengenai diriku online, aku menangis. Ada seorang perempuan yang mengatakan aku tidak menghargai diriku sendiri, aku tidak setuju. Maksudku, aku sangat menghargai diriku sendiri," kata Katherine.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kemauan sendiri

Pilihan Sendiri

Katherine juga menambahkan bahwa kala itu keperawanannya dihargai sebesar US$ 400 ribu
atau setara degan Rp 5,2 miliar. Namun saat itu perempuan yang berusia 20 tahun tersebut tidak langsung menyetujui tawaran itu.

"Aku masih menunggu seseorang yang aku rasa bisa 'terhubung' denganku sehingga pengalaman ini bisa menjadi pengalaman spesial untuk kami berdua. Ini bukan tentang uang semata," ujar perempuan itu.

Ilustrasi Pekerja Seks Komersial (PSK). (iStockphoto)

Sementara katherine menanti pria yang akan membeli keperawanannya, dia mengatakan bahwa dia masih dalam 'pelatihan' bersama Dennis, mengenai bagaimana caranya memberikan pelayanan kepada para lelaki lelaki hidung belang secara legal.

"Aku telah melakukan beberapa hal sederhana seperti pijat dan beberapa hal dewasa lainnya. Pengalaman pertama yang mengerikan, sesuatu yang benar-benar baru bagiku," ujar perempuan yang menjual keperawanannya untuk renovasi rumah itu.

Setelah keperawanannya dilelang, Katherine mengatakan bahwa dia tidak akan berhenti bekerja di rumah bordil itu.

"Aku mungkin akan bekerja di sini untuk 5 tahun ke depan. Aku berencana untuk sekolah hukum," ujar Katherine.

Dennis sendiri mendapatkan kritik pedas terkait dengan kasus tersebut. Beberapa orang mengatakan bahwa pemilik beberapa rumah bordil itu 'memanfaatkan' perempuan yang sedang kesulitan.

Pria yang berprofesi sebagai pebisnis dan staf TV itu memiliki 500 perempuan yang bekerja padanya di beberapa klub miliknya yang tersebar di Nevada.

"Ini adalah kasus kontroversial. Tidak ada pertanyaan apapun mengenai itu. Itu pilihan Katherine. Aku tidak pernah berpikir mabuk dan kehilangan perawan di kamar mandi merupakan hal yang baik...jika dia mau menjualnya, ya aku pikir itu bagus," kata Dennis yang tak keberatan dipanggil germo.

'Ya aku germo, bedanya aku memiliki sertifikat," ujar pria itu.

Sementara itu Katherine juga mengatakan hal yang sama. "Aku bebas memilih apa yang ingin kulakukan terhadap tubuhku. Dan dalam keadaan ekonomi seperti ini, kalian masih ingin menyalahkanku?" kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini