Sukses

23-10-2011: Saat 2 Kota Turki Hancur Dikoyak Gempa Mematikan

Hiruk pikuk siang hari di dua kota Turki, yakni Ervis dan Van, terhentak sebuah guncangan dahsyat: gempa bumi.

Liputan6.com, Ervis - Siang itu, 23 Oktober 2011, hiruk pikuk siang hari di dua kota Turki, yakni Ervis dan Van, terhentak sebuah guncangan dahsyat. Dua kota di timur Turki itu dilanda gempa berkekuatan 7,2 skala Richter (SR) yang mengakibatkan sebagian besar bangunan hancur dan merenggut banyak korban jiwa.

Gempa berpusat di daratan, tepatnya di titik 16 km sebelah timur laut Kota Van. Dengan pusat gempa di darat, maka efeknya begitu dashyat. Ribuan bangunan, baik gedung maupun rumah runtuh. Lebih dari 570 orang tewas, ratusan lainnya terluka dan kehilangan tempat tinggal.

Lindu belum berhenti sampai di situ. Lindu kembali mengoyak bumi Turki pada malam harinya, tepatnya pada pukul 11.45 malam dengan pusat gempa yang terletak di titik 25 km dari pusat gempa yang pertama.

Selain di Turki, guncangan juga terasa hingga negara tetangga, yakni Yordania dan Rusia Selatan. Demikian seperti dimuat Britannica.

Kementerian Kesehatan Turki dan Palang Merah Turki mengerahkan sejumlah tim untuk mengevakuasi para korban. Pemerintah juga menetapkan status berduka dan darurat negara.

Peta gempa bumi di 2 kota Turki. (USGS)

Negara luar juga turun tangan untuk membantu Turki. Sejumlah relawan datang untuk memberikan bantuan makanan, obat-obatan, dan pakaian untuk para korban, termasuk pengungsi.

Gempa dahsyat ini bukan yang kali pertama di Turki. Sebelumnya, pada tahun 1939, gempa berkekuatan 7,8 SR mengguncang kawasan Erzincan, Turki, mengakibatkan 33.000 orang tewas. Kemudian pada 1976, gempa 7,3 SR melanda kawasan perbatasan Turki dan Iran, menyebabkan sekitar 3.000-5.000 orang tewas.

Terakhir, pada 1999, gempa 7,6 SR mengguncang kawasan Anatolian Fault Utara, yang menewaskan sekitar 17.000 orang, mengakibatkan 50.000 orang cedera dan 50 ribu lainnya kehilangan tempat tinggal.

Sejarah lain mencatat pada 23 Oktober 1856, layanan telekomunikasi pertama di Hindia Belanda (kini Indonesia) mulai beroperasi di Batavia (kini Jakarta).

Kemudian pada 23 Oktober 2002, terjadi 'krisis' Sandera Teater Moskwa. Saat itu kelompok pemberontak Chechnya merebut sebuah teater di Moskwa dan menyandera 850 orang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.