Sukses

21-10-1941: Nazi Bantai 17 Ribu Warga Sipil Yugoslavia

Tepat di hari ini, pada tahun 1941, tentara Jerman yang berada di bawah kekuasaan Nazi, mencatatkan sejarah buruk.

Liputan6.com, Beograd - Tepat di hari ini, pada tahun 1941, tentara Jerman yang berada di bawah kekuasaan Nazi, mencatatkan sejarah buruk. Mereka membantai ribuan warga sipil Yugoslavia.

Bukan cuma pria. Namun pula sampai ke anak-anak sekolah hingga perempuan.

Sejarah menyedihkan ini bermula di akhir perang dunia II. Yugoslavia yang diduga akan bersikap netral malah menandatangani secara perjanjian kemitraan dengan Nazi.

Kesepakatan itu pun ditolak oleh, mayoritas warga Yugoslvia. Unjuk rasa besar langsung terjadi.

Ujungnya pemerintah Yugoslavia saat itu berhasil diruntuhkan. Militer Serbia langsung meminta Pangeran Peter naik jadi raja.

Berubah jadi raja, Peter mengambil keputusan besar. Ia membatalkan perjanjian kemitraan dengan Nazi.

Mendengar keputusan itu, Jerman naik pitam. Serangan udara dilancarkan, ke salah satu kota besar di Yugoslavia, Beograd.

Kondisi yang semakin tak menentu ini, membuat Raja Peter kabur dari negaranya. Ia memilih London, Inggris sempat tempatnya menjalankan pemerintahan.

Kekosongan pemerintahan di tanah Yugoslavia segara dimanfaatkan Adolf Hitler. Ia menjadikannya sebagai negara boneka.

Hitler membagi-bagi entis Yugoslavia. Cara ini diambil untuk menarik simpati beberapa etnis yang loyal kepadanya.

Bukan hanya membagi etnis. Lebih parah dari itu, Nazi memberi beberapa wilayah Yugoslavia kepada sekutunya yaitu Italia, Bulgaria dan Hungaria.

Etnis pemberontak kekuasaan Nazi, seperti Serbia, harus menerima nasib buruk. Tentara ultra-nasionalis membantai mereka.

Tercatat hampir 17 ribu etnis Serbia, kehilangan nyawannya. Ribuan orang ini terdiri dari anak-anak, perempuan dan laki-laki yang semuanya adalah warga sipil.

Meski belasan ribu tewas, Tentara [Serbia]( 2605278 "") tak patah arang. Di bawah pemerintahan pemimpin sosialis Josef Tito, dan bantuan dari Inggris serta Soviet mereka angkat senjata melawan Nazi Jerman.

Pada tanggal yang sama pada 2010, pemerintah Myanmar resmi mengganti bendera negarannya. Sementara, di 1986 sebuah negara di Pasifik, Kepulauan Marshal menyatakan kemerdekaan dari Amerika Serikat (AS).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini