Sukses

Dukung Hillary, 70 Pemenang Nobel Ingatkan Konsekuensi Pilpres AS

Para pemenang Nobel ini memperingatkan bahwa pemilu presiden AS pada 8 November mendatang memiliki konsekuensi yang besar.

Liputan6.com, Washington, DC - Sebanyak 70 peraih Nobel memberikan suara mereka kepada calon presiden Amerika Serikat (AS) asal Partai Demokrat, Hillary Clinton. Mereka mengatakan akan mendukung kebijakan-kebijakan mutakhir Hillary yang memungkinkan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang.

Seperti dikutip dari Huffington Post, Rabu (19/10/2016) para pemenang Nobel dari berbagai disiplin ilmu tersebut merilis surat terbuka pada Selasa 18 Oktober kemarin. Mereka memperingatkan konsekuensi besar dari pemilu presiden yang akan berlangsung pada 8 November mendatang.

"Untuk melestarikan kebebasan kita, melindungi pemerintahan konstitusional kita, menjaga keamanan nasional kita dan memastikan bahwa semua golongan bangsa ini akan dapat bekerja sama untuk masa depan yang lebih baik, maka sangat penting bagi Hillary Clinton untuk terpilih sebagai presiden AS berikutnya," demikian bunyi surat terbuka tersebut yang sama sekali tidak menyinggung nama Donald Trump.

Menurut mereka, Hillary memenuhi persyaratan sebagai kandidat yang memiliki sejarah 'kuat tentang advokasi bagi lembaga ilmu pengetahuan' dan 'kebijakan imigrasi serta pendidikan yang bijaksana'. Mereka berpendapat hal tersebut sangat penting untuk kekuatan budaya dari inovasi domestik.

Media The New York Times mencatat, selama ini akademisi lebih sering mendukung calon presiden asal Partai Demokrat. Dalam dua pemilu terakhir, rata-rata peraih Nobel menegaskan dukungan mereka terhadap Barack Obama.

Dalam kampanyenya, Hillary menjadikan perubahan iklim sebagai isu utama. Ia menyebutnya sebagai 'ancaman mendesak' dan 'mendefinisikan tantangan akan keterbatasan waktu'.

Sementara Trump pernah mengatakan, isu perubahan iklim tak lebih dari tipuan yang dimunculkan oleh orang China. Ia menolak pernah melontarkan pernyataan tersebut, namun bukti berupa cuitannya di Twitter seharusnya membuat ia tak dapat berkilah.

Donald Trump dan Hillary Clinton akan 'bertemu' untuk terakhir kalinya dalam debat ketiga yang akan dilaksanakan di University of Nevada, Las Vegas pada Rabu 19 Oktober malam waktu setempat. Bertindak sebagai moderator adalah Chris Wallace.

Sejumlah isu yang akan mewarnai debat final adalah terkait dengan utang dan bantuan pemerintah, imigrasi, ekonomi, kebijakan luar negeri, serta kelayakan kedua capres menjadi presiden AS. Komisi debat mengumumkan 'perang' gagasan tersebut akan berlangsung selama 90 menit dan terdiri dari enam segmen di mana masing-masing memiliki waktu 15 menit.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini