Sukses

Jadi Tempat Kencan Para Lansia, IKEA Shanghai Perketat Aturan

Fenomena aneh sudah lama diamati para staf IKEA Shanghai. Dua kali seminggu para lansia akan memenuhi kafetaria mereka.

Liputan6.com, Jakarta Fenomena aneh ini sudah lama diamati para staf IKEA Shanghai. Dua kali seminggu, biasanya pada hari Selasa dan Kamis, para orang lanjut usia (lansia) akan memenuhi kafetaria di toko mereka.

Para kakek dan nenek biasanya membeli secangkir kopi dan beberapa potong roti, lalu menghabiskan waktu seharian penuh untuk saling mengobrol.

Seperti dikabarkan CCTV News, warga senior tersebut diduga menjadi anggota komunitas 'mencari jodoh' dengan memanfaatkan kartu keanggotaan IKEA mereka.

Untuk menghentikan kegiatan tersebut, pihak raksasa ritel perabotan asal Swedia itu kemudian memberlakukan larangan ketat 'dilarang makan, dilarang duduk'.

Aturan tersebut diberlakukan untuk mencegah para lansia menduduki kursi kantin seharian.

Dalam pengumuman yang dipasang di muka restoran, para staf mengaku menemukan bukti adanya 'kelompok kencan buta' dan menudingnya sebagai perilaku tak beradab.

"Situasi tersebut memengaruhi pengalaman bersantap dan keamanan kebanyakan pelanggan kami," demikian tertera dalam pengumuman IKEA, seperti dikutip dari BBC, Selasa (18/10/2016).

Aturan ketat diberlakukan di IKEA Shanghai (CCTV News)


Staf toko menambahkan, mereka menerima keluhan pelanggan mengenai kebiasaan 'meludah' atau 'pertengkaran' antar para lansia.

"Hal tersebut berdampak negatif pada operasional kantin kami. Mulai hari ini, restoran hanya menerima pelanggan yang membeli terlebih dulu makanan mereka."

Tentu saja larangan tersebut jadi kabar buruk bagi para lansia yang kesepian. Mereka tak lagi bisa menemukan cinta di IKEA.

"Kami pernah berkumpul di restoran cepat saji seperti McDonald's, tapi kami tak bisa menemukan rekan seusia di sana," kata kakek berusia 86 tahun, Qiu kepada Global Times.

"Kami seperti alien, dikelilingi anak-anak muda. Jika ada tempat lain di Shanghai di mana orang tua dapat berkumpul, kami mau membayar dua kali lipat."

Kabar tersebut juga menarik perhatian para netizen di China. "Mereka tak berbahaya," kata Ed Ed Chiu di situs mikroblog serupa Twitter, Sina Weibo.

Sementara, lainnya memberikan dukungan bagi aturan tersebut.

"Perilaku mereka tak bisa ditoleransi," kata salah satu pengguna Weibo. "Menyedihkan melihat bagaimana orang-orang tertangkap kamera sedang tidur di display. Apalagi meludah dan melontarkan sumpah serapah."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.