Sukses

Jika Nekat Kabur, Warga Sipil Mosul Ditembak Mati ISIS

Demi menghindari serangan udara pasukan koalisi pimpinan, ISIS membaur dengan warga sipil. Mereka tinggal dirumah-rumah penduduk.

Liputan6.com, Mosul - Perang untuk merebut kembali Kota Mosul dari cengkeraman ISIS telah dimulai. Pasukan keamanan Irak dan kelompok militan Kurdi, Peshmerga dilaporkan mengepung kota terbesar kedua di Irak yang direbut ISIS pada Juni 2014 lalu.

"Warga memilih tinggal di rumah karena kami tak tahu apa lagi yang harus dilakukan. ISIS seringkali muncul dengan menggunakan sepeda motor, mereka membawa senjata ringan dan berat. Pesawat-pesawat mulai mengebom Mosul pada pukul 01.00 dan mereka terus menerus berada di udara. Sesekali menyerang target," ujar Abu Mohammed, seorang pria berusia 35 tahun yang tinggal di bagian timur Mosul kepada The Guardian, Selasa (18/10/2016).

Mohammed bukanlah nama sebenarnya dari pria itu. Ia penganut Syiah yang telah dua tahun bertahan hidup di bawah kontrol ISIS dengan mengaku dirinya sebagai seorang Sunni.

Menurut Mohammed serangan udara mungkin memang bertujuan menargetkan ISIS. Namun diakuinya kelompok teroris tersebut berbaur dengan warga sipil.

"Daesh--nama lain ISIS--bersembunyi di rumah-rumah warga sipil dan berbaur dengan mereka. Contohnya, mereka menempatkan sebuah IED (alat peledak) di sebuah rumah yang bersebelahan dengan rumah sepupuku. Aku sudah meminta sepupuku untuk meninggalkan rumahnya dan membuat seluruh anggota keluarganya tinggal disini mengingat tempat itu mungkin telah menjadi target pasukan koalisi. Namun dia menolak dan siap menghadapi apapun yang terjadi," kata pria itu.

"Warga Mosul telah merasa muak, mayoritas menginginkan ISIS hengkang secepat mungkin dan ingin melihat tentara Irak dan militan Peshmerga memasuki kota."

"Kami telah melihat terlalu banyak pemenggalan, orang-orang ditenggelamkan di dalam kandang, dilempar dari atas gedung. Aku sendiri pernah melihat seorang pria dilempar dari sebuah bangunan di dekat kantor gubernur sekitar tiga bulan lalu. Setelahnya, aku tidak bisa tidur selama berminggu-minggu."

Jet-jet tempur milik Amerika Serikat (AS) sudah mulai menyebarkan selebaran ke seluruh kota, meminta warga tetap berada di rumah mereka. Dalam pamflet tersebut juga diberikan tips untuk melindungi diri dan menghibur anak-anak ketika bom dijatuhkan.

"Warga disarankan tidak melarikan diri. Lagipula itu nyaris mustahil," kata Mohammed.

"Sulit bagi warga sipil untuk meninggalkan kota karena ada banyak parit yang telah digali, terutama di bagian timur."

Sementara kelompok penyelundup manusia telah menaikkan tarif mereka. Ancaman pun datang dari ISIS, barang siapa berusaha melarikan diri akan dieksekusi mati.

Seorang warga lainnya, Abu Sabra mengatakan, ISIS melakukan aksi bakar ban di pusat kota. Ini dilakukan untuk melindungi benteng-benteng mereka dari serangan udara pasukan koalisi.

Sabra juga menjelaskan bahwa terdapat beberapa kontainer yang berbaris di sepanjang jalan-jalan utama. Ia sendiri tak paham apa maksud di balik hal tersebut.

"Tak ada uang dan meski makanan murah kami tak bisa membelinya. Malam ini kami hanya punya kentang goreng. Siapapun yang berusaha melarikan diri akan ditembak mati," tegas pria berusaha 22 tahun itu.

Namun ia menegaskan, beberapa warga siap bangkit melawan ISIS ketika waktu yang tepat tiba.

"Saya bisa melihat 'sinyal-sinyal' perlawanan warga terhadap Daesh karena mereka telah muak. Di lingkungan saya, beberapa orang secara terang-terangan menggunakan ponsel mereka padahal itu perbuatan terlarang. Sejumlah orang yang menyembunyikan senjata tengah bersiap bergabung dengan kelompok Peshmerga atau pasukan Irak ketika mereka memasuki kota," imbuh Sabra.

Khalaf al-Hadidi, angota dewan kota Mosul yang saat ini tinggal di Irbil mengatakan, dewan kota melakukan apa yang mereka bisa untuk membantu koalisi pimpinan AS melawan ISIS. Mereka menginformasikan daerah mana yang padat penduduk sehingga harus dihindari sebagai target serangan udara.

Tak hanya itu, dewan kota juga membantu mendirikan kamp pengungsi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Koalisi Versus ISIS

Fawaz Ali, seorang insinyur asal Mosul yang saat ini tinggal di Turki menjelaskan bahwa kerabatnya hingga saat ini masih terjebak di kota itu.

"Keluargaku telah menghubungi untuk mengatakan mereka tidak bisa menelepon lagi karena semua ponsel dimonitor oleh ISIS. Mereka hanya ingin memberi tahu bahwa mereka baik-baik saja dan pusat Kota Mosul cukup tenang. Semua orang berada di dalam rumah dan ketakutan dengan serangan udara jet-jet tempur AS," kata Ali.

Ayah dari lima anak, Abu Firas aslinya merupakan warga Mosul yang kini melarikan diri ke Turki. Ia menegaskan tekadnya, kembali ke Mosul segera setelah dibebaskan.

ISIS merebut Kota Mosul pada 2014 (Reuters)

"Aku akan kembali ke sana segera pembebasan. Hanya Tuhan yang tahu berapa lama pertempuran akan berlangsung karena ISIS tidak akan menyerah dengan mudah. Mereka telah memperkuat pasukan mereka untuk menghadapi serangan. Pembebasan Mosul tidak akan terjadi dengan mudah," imbuhnya.

"Aku akan tetap kembali ke rumah bahkan jika setelah pembebasan dari ISIS kota itu direbut militan Syiah. Aku tak peduli, aku lebih memilih mati di rumahku dibanding menjadi pengungsi. Aku tak akan mengulang kesalahan (melarikan diri) ini lagi."

Sebelum direbut ISIS, populasi di Mosul mencapai 2 juta jiwa. Namun kini, kota kaya minyak itu hanya dihuni sekitar 1 juta jiwa.

Militer AS memperkirakan terdapat 5.000 anggota ISIS yang berada di Mosul sementara pendukung kelompok itu mengklaim jumlah mereka mencapai 7.000 jiwa. Demikian seperti dikutip dari CNN.

Pihak koalisi mengerahkan pasukan sebanyak 100 ribu jiwa. Namun tak semuanya akan terlibat dalam serangan langsung. Beberapa akan berjaga di belakang garis terdepan atau memainkan perang pendukung lainnya.

Seorang jurnalis CNN, Paton Walsh yang mengikuti perjalanan darat pasukan koalisi menembus pintu masuk menuju Kota Mosul sempat terperangkap dalam insiden baku tembak. Namun Walsh yang berada dalam iring-iringan militan Peshmerga itu tidak terluka.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini