Sukses

Perebutan Kota Mosul dari ISIS Jadi 'Sinyal' Perang Dunia III?

Mosul benteng terakhir ISIS akan direbut kembali. Turki memprediksi kota itu bakal jadi cikal bakal Perang Dunia III. Mengapa?

Liputan6.com, Ankara - Mosul, yang jadi benteng terakhir yang dimiliki kelompok ISIS, sedang berusaha direbut tentara Irak yang dibantu oleh koalisi yang dipimpin oleh Amerika Serikat.

Mosul berada di bawah kendali ISIS sejak Juni 2014. Serangan pasukan Irak untuk merebut kembali kota tersebut telah direncanakan selama berbulan-bulan.

"Waktu kemenangan telah tiba dan operasi untuk membebaskan Mosul sudah dimulai," ujar Perdana Menteri Irak, Haider al-Abadi, dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi pemerintah.

"Hari ini saya umumkan awal operasi kemenangan untuk membebaskan Anda dari kekerasan dan terorisme Daesh (sebutan lain untuk ISIS)," ujar al-Abadi.

Pasukan Amerika Serikat dan Prancis mulai melakukan pemboman terhadap ISIS di Mosul menjelang serangan yang dilakukan pada Senin 17 Oktober 2016.

Militan ISIS disebut telah bekerja keras dan mempersiapkan diri untuk pertempuran sulit tersebut guna mempertahankan kekuasaannya.

Menjelang pertempuran, tentara Irak menjatuhkan puluhan ribu selebaran di Mosul untuk mendesak penduduk agar bersembunyi sebelum serangan dimulai.

Aksi perebutan itu ternyata dikecam oleh Turki.

Ankara memperingatkan, perebutan Mosul akan memicu hal mengerikan, jika berlanjut ke Suriah. Menurut Turki, dunia bisa dilanda perang global antara dua negara 'superpower' AS dan Rusia jika kedua belah pihak melakukan 'proxy war' (perang secara tidak langsung) di Suriah.

"Jika perang proxy ini berlangsung, setelah ini, saya tekankan, AS dan Rusia akan berperang satu sama lain secara langsung," kata Wakil Perdana Menteri Turki, Numan Kurtulmus kepada Anadalu News Agency. Demikian seperti dilansir News.com.au, Selasa (18/10/2016).

Kurtulmus telah memperingatkan, konflik Suriah telah membuat dunia di ambang perang dengan skala lebih luas atau bahkan Perang Dunia III. 

Turki dan sekutu Baratnya telah meminta Presiden Suriah, Bashar al-Assad untuk turun. Sementara, Rusia mendukung rezim di Damaskus bersama dengan Iran.

Pasukan Kurdi Peshmerga dari Irak telah melakukan serangan terlebih dahulu di Mosul. Mereka membuka jalan bagi pasukan Irak dan tentara sekutu.

Kini mereka berada 30 km menuju Mosul. Langkah pasukan Kurdi tersebut terhambat dengan banyaknya ranjau darat yang dipasang oleh ISIS.

Putin Peringatkan Barat

Perebutan Mosul membuat Presiden Rusia Vladimir Putin mengeluarkan pernyataan agar koalisi AS menghindari terget sipil.

"Kami berharap partner kami, AS dan Prancis, agar selektif dan mengurangi risiko terkena warga sipil," kata Putin saat menghadiri KTT BRICS di India.

"Kami tentu tidak menyukai serangan ini terjadi, seperti partner kami di Barat, tapi Rusia ingin kita semua memerangi teroris, dan tak ada jalan selain melawan," lanjutnya.

Sementara itu, pihak Barat telah menuduh Putin tak menunjukkan belas kasihan dengan mengebom penduduk sipil di Aleppo. Uni Eropa mengatakan serangan itu adalah tindakan 'kriminal'.

ISIS telah kehilangan sepertiga wilayahnya di Irak dan Suriah pada tahun lalu, saat pasukan pemberontak dan serangan udara koalisi memukul mundur kelompok militan itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini