Sukses

Donald Trump Tantang Hillary Clinton Lakukan Tes Narkoba

Donald Trump menantang rivalnya untuk jalani tes narkoba. Ini berawal dari pendapatnya bahwa dalam debat terakhir, Hillary terlalu energik.

Liputan6.com, Washington, DC - Donald Trump, calon presiden Amerika Serikat (AS) asal Partai Republik menuduh rivalnya, Hillary Clinton mengonsumsi obat-obatan terlarang untuk meningkatkan staminanya sebelum menjalani debat capres kedua pada 9 Oktober lalu.

Miliarder itu pun menantang Hillary untuk melakukan tes narkoba jelang debat final pada 19 Oktober mendatang.

Trump berpendapat, Hillary tampil lebih energik pada sesi awal debat meski tidak bertahan sampai akhir. Tuduhan liar taipan properti ini tidak disertai bukti.

"Saya pikir kita harus melakukan tes narkoba sebelum debat. Karena saya tidak tahu apa yang terjadi dengan dia, pada sesi awal debat dia begitu bersemangat dan pada akhirnya dia menjatuhkan saya. Tapi dia bahkan nyaris tak bisa berjalan menuju mobilnya," ujar Trump seperti dilansir CNN, Minggu (16/10/2016).

Mengomentari pernyataan Trump, tim kampanye Demokrat mengatakan bahwa sosok kontroversial itu tengah berusaha untuk menekan dukungan terhadap Hillary melalui 'sebuah upaya memalukan untuk merusak pemungutan suara bahkan sebelum momen itu terjadi'.

Ini bukan kali pertama isu kesehatan Hillary menjadi senjata bagi Trump. Ia telah berulang kali mempertanyakan stamina serta mental mantan Ibu Negara itu untuk memimpin Negeri Paman Sam.

"Banyak hal yang terjadi. Banyak hal. Saya pikir dia akan 'dipompa'--dengan bantuan obat-obatan--pada debat terakhir," klaim Trump ketika berkampanye di New Hampshire pada Sabtu 15 Oktober kemarin.

Suami dari Melania Trump itu juga menambahkan bahwa capres AS harus seperti atlet, menjalani tes narkoba sebelum debat berikutnya.

"Para atlet harus menjalani tes narkoba. Menurut saya kami juga harus melakukannya sebelum debat. Dan aku bersedia menjalaninya," imbuhnya.

Tak hanya menuduh Hillary memakai narkoba, namun Trump juga mengatakan bahwa pilpres AS yang akan berlangsung pada 8 November mendatang telah dicurangi.

Serangan terhadap Hillary ini muncul seiring dengan isu pelecehan seksual yang tengah menghantam Trump. Sejumlah perempuan mengklaim ayah lima anak itu menyentuh mereka secara tidak sopan.

Lalu mencuat pula sebuah video yang direkam pada 2005 yang memperdengarkan komentar cabul Trump terhadap perempuan. Yang terbaru, dalam sebuah video pula, Trump melontarkan pernyataan vulgar yang ditujukannya kepada bocah 10 tahun.

Jajak pendapat terkini menunjukkan Trump kehilangan dukungan di sejumlah negara bagian yang menjadi 'medan pertempuran' kunci. Survei BBC, Hillary meraih 49 persen suara sementara rivalnya tertinggal 9 poin, yakni 40 persen suara.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.