Sukses

5 Negara Paling Buruk untuk Perempuan, Indonesia?

Berikut 5 negara dengan kesenjangan besar antara laki-laki dan perempuan di bidang pendidikan, kesehatan, politik, kekuasaan, dan ekonomi.

Liputan6.com, Cologny - Menurut UNESCO, lebih dari 100 juta perempuan muda di seluruh dunia tak memiliki kesempatan yang sama. Meski akses untuk mendapat pendidikan merupakan tantangan yang dihadapi banyak negara di dunia, perempuan mendapat prioritas yang rendah jika kesempatan itu ada.

Menurut data Bank Dunia seperti dikutip dari CNN, Kamis (13/10/2016), 16 juta perempuan berusia 6 hingga 11 tahun tak pernah bersekolah, sedangkan laki-laki yang mengalami hal sama berjumlah 8 juta.

Hal tersebut tak hanya merugikan bagi perempuan saat mereka muda, namun juga mempengaruhi masa depannya, seperti kemampuan untuk memasuki dunia kerja dan membuat keputusan tentang hidupnya sendiri.

Penelitian menunjukkan, pendidikan perempuan dapat berdampak pada keseluruhan bangsa, karena perempuan berpendidikan baik biasanya menghasilkan lebih banyak uang, lebih aktif secara politik, dan peduli terhadap kesehatan dan pendidikan untuk generasi selanjutnya.

Meski dianggap penting, namun 62 juta perempuan di seluruh dunia tak melanjutkan sekolahnya. Hal tersebut disebabkan banyak hal, seperti kemiskinan, norma budaya, kekerasan seksual, hingga kurangnya sumber daya penunjang.

Pendidikan perempuan dapat berdampak pada kemajuan suatu bangsa (Reuters)

Ketidaksetaraan yang mencolok itu membuat Michelle Obama melakukan melakukan gerakan Let Girls Learn, yakni sebuah inisiatif yang berupaya untuk mengakhiri kesenjangan pendidikan. Sebagai bagian dari misinya, Michelle mengunjungi Maroko dan Liberia untuk mendorong anak-anak perempuan untuk mendobrak rintangan.

Namun Maroko dan Liberia bukan satu-satunya negara yang menghadapi ketidaksetaraan gender. World Economic Forum (WEF) telah merancang sistem untuk menunjukkan pentingnya kesetaraan gender bagi pertumbuhan dan perkembangan negara.

Sistem bernama Global Gender Gap tahun 2015 itu mempelajari 145 negara dan mengurutkannya berdasarkan besar kesenjangan antara laki-laki dan perempuan di bidang pendidikan, kesehatan, politik, kekuasaan, dan ekonomi. Berikut lima negara dengan kesetaraan gender paling rendah.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

5 Negara Berperingkat Terburuk dan Posisi Indonesia

1. Iran (peringkat 141)

Perempuan Iran mengantre untuk memberikan hak pilihnya pada Pilpres 2009 di Tehran (Reuters)

Untuk bidang pendidikan, Iran bukan negara di posisi terendah. Menurut laporan WEF, Iran berada di peringkat 106, dengan tingkat melek aksara 83 persen untuk perempuan dan 91 persen bagi laki-laki. Kesempatan untuk bersekolah juga hampir setara, yakni 96 persen (perempuan) dan 98 persen (laki-laki).

Namun menurut Minky Worden of Human Rights Watch, perempuan di Iran menghadapi diskriminasi di bidang hukum serta pembatasan hak-hak.Pada laporan 2015, WEF melihat kesenjangan yang signifikan pada kesempatan politik dan ekonomi.

2. Chad (peringkat 142)

Seorang anak berdiri di depan sebuah tank (Reuters)

Negara yang terletak di Afrika tengah itu berada di posisi terbawah untuk kesetaraan gender di Sub-Sahara Afrika. Chad juga menduduki posisi tertinggi dalam kesenjangan gender di bidang pendidikan.

Terdapat kesenjangan sebesar 16 persen antara perempuan dan laki-laki dalam literasi, serta kesenjangan 21 persen dalam pendaftaran sekolah dasar.

3. Suriah (peringkat 143)

Ekspresi seorang anak pengungsi Suriah yang telah tinggal di Yordania dengan keluarga mereka selama 2,5 tahun di kota Madaba, Kamis (9/7/2015). Jumlah pengungsi Suriah di negara-negara tetangga telah melewati 4 juta penduduk. (REUTERS/Muhammad Hamed)

Konflik yang telah berlangsung selama lima tahun di Suriah telah membuat negara itu berada dalam posisi sangat sulit, tak terkecuali tentang gender.

Ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan paling mencolok ada di bidang ekonomi, di mana hanya 14 persen perempuan Suriah yang berpartisipasi dalam angkatan kerja sedangkan laki-lakinya mencapai 76 persen.

4. Pakistan (peringkat 144)

Penerima Nobel Perdamaian, Malala Yousafzai berbicara dengan sejumlah siswa di sekolah menengah Nasib saat kunjungannya di kamp pengungsian Dadaab, dekat perbatasan antara Kenya-Somalia, (12/7). (REUTERS/Thomas Mukoya)

Dorongan agar perempuan lebih terlibat dalam pendidikan meningkat pada 2012 ketika Malala Yousafzai ditembak di kepala dan leher oleh Taliban. Sejak kejadian itu, Malala menjadi suara untuk terus memperjuangkan pendidikan anak perempuan di Pakistan dan seluruh dunia.

Namun menurut laporan WEF 2015, masih banyak upaya yang harus ditempuh Pakistan. Negara di sebelah barat Iran itu menduduki posisi dua terbawah dalam kesetaraan gender, dengan tingkat literasi 46 persen untuk perempuan dan 70 persen untuk laki-laki.

Selain itu, hanya 26 persen perempuan yang aktif terlibat dalam angkatan kerja, berbanding jauh dengan laki-laki yang angkanya mencapai 86 persen.

5. Yaman (peringkat 145)

Yaman merupakan negara dengan peringkat terendah dalam hal kesetaraan gender sejak 2006 (Reuters)

Yaman merupakan negara dengan peringkat terendah dalam hal kesetaraan gender sejak 2006, serta menjadi negara berpeluang ekonomi terendah.

Dalam bidang kesenjangan gender di bidang pendidikan, Yaman menempati urutan empat terbawah, yakni dengan tingkat literasi 55 persen untuk perempuan dan 85 persen untuk laki-laki.

Lalu di mana peringkat Indonesia?

Indonesia berada di posisi 92 dari 145 negara dalam Laporan Global Gender Gap 2015 yang dirilis World Economic Gorum, yakni satu peringkat di bawah China dan berada di atas Uruguay.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.