Sukses

13-10-1972: Pembunuhan Para 'Tumbal' Penangkal Gempa Dahsyat

Pada 13 Oktober 1972, tumbal pertama dihabisi dalam kasus pembunuhan aneh berlatar ramalan gempa dahsyat.

Liputan6.com, San Fransisco - Warga San Fransisco tahu benar, tanah yang mereka pijak rentan berguncang. Seperti yang terjadi pada tahun 1906, gempa dahsyat 8,2 skala Richter melanda, disusul kebakaran besar. Malapetaka ganda itu menewaskan 3.000 manusia. Itu adalah salah satu bencana alam terburuk dalam sejarah Amerika Serikat.

Mereka juga tahu, lindu dahsyat akan kembali terjadi. Namun, kapan 'Big One' datang masih jadi misteri.

Pada 1972, Reuben Greenspan tiba-tiba muncul dari 'tempat pertapaannya' di Gurun Arizona. Bak nabi, ia meramalkan San Fransisco akan terbelah oleh gempa besar di sepanjang Patahan San Andreas pada 4 Januari 1973 pukul 09.00 waktu setempat.

Matematikawan dari Greenwich Village itu beberapa kali mengklaim sukses memprediksi gempa sejak 1930-an, dengan mencocokkan data pasang surut posisi Bulan, Matahari dan bintang-bintang yang dianggap memiliki kaitan dengan Bumi.

Ramalan gempa itu dibantah keras oleh Bruce A. Bolt, direktur stasiun seismograf di UC Berkeley, yang  menyebutnya 'omong kosong' belaka. Kolumnis San Francisco Chronicle, Herb Caen juga menuding, Greenspan 'pembohong, penipu, dan nabi palsu'.

Namun, bantahan-bantahan itu tak menghentikan kepanikan. Jumlah pemohon asuransi gempa melonjak drastis, sejumlah warga Bay Area berencana untuk eksodus massal dari kota jelang 4 Januari 2016.

Patahan San Andreas (Wikipedia)

Ancaman gempa juga menghantui Herbert Mullin yang kala itu berusia 25 tahun. Ia merasa punya tanggung jawab untuk menghentikannya.

Warga Felton, dekat Santa Cruz itu merasa punya cara untuk menangkal malapetaka: dengan membunuh banyak orang -- menjadikan mereka sebagai tumbal.

"Kita, umat manusia, sepanjang sejarah dunia, telah melindungi benua dari malapetaka akibat gempa dengan melakukan pembunuhan," kata Mullin, seperti dikutip dari situs SF Weekly, Rabu (12/10/2016). "Dengan kata lain, bencana kecil mencegah malapetaka besar."

Aksinya diawali pada 13 Oktober 1972, Mullin memukuli  Lawrence White (55) dengan tongkat baseball di sebuah jalan terpencil di Pegunungan Santa Cruz.

Sebelas hari kemudian, ia memberi tumpangan pada mahasiswi Cabrillo College, Mary Guilfoyle. Mullin menikamnya di bagian dada dan punggung, lalu membuangnya ke area pegunungan. Jasad korban dalam kondisi terurai parah ketika ditemukan beberapa bulan setelahnya -- sampai-sampai para penyelidik koroner tak bisa menentukan apakah perempuan tersebut adalah korban pembunuhan.

Pada 2 November 1972, Mullin menikam Pastor Henri Tomei yang keluar dari bilik pengakuan dosa di sebuah gereja di Los Gatos.

Tomei pernah bergabung dengan Pasukan Perlawanan Perancis selama Perang Dunia II, melawan Nazi. Jadi, ia lebih kuat dari korban-korban yang lain.

Meski tertikam di bagian dada, Tomei menendang Mullin di bagian kepala, di atas telinga. Namun, pelaku kembali pulih dan menikam korban hingga tewas.

Karena waktu Tomei meninggal bertepatan dengan All Saint’s Day atau Hari Perayaan Orang Kudus, media kala itu berspekulasi bahwa sekte pemuja setan bertanggung jawab atas kejadian tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bisikan Misterius

Herbert Mullin lahir pada 18 April, 1947,  tepat peringatan 41 tahun gempa dahsyat 18 April 1906. Albert Einstein juga meninggal pada tanggal yang sama pada tahun 1955 -- beberapa kebetulan yang ia yakini mencegah kematiannya di Vietnam.

Pria itu menjalani pendidikan yang relatif normal, namun saat duduk di bangku SMA, Mullin mulai mendengar suara-suara aneh. Pada usia dua puluhan, bisikan misterius itu mulai menyuruhnya untuk membunuh.

Sebelum melakukan pembunuhan yang pertama, Mullin sudah keluar masuk rumah sakit jiwa, baik di California maupun Hawaii. Psikiater mendiagnosisnya dengan skizofrenia paranoid parah.

Tak tahan menghadapi perilaku putranya, ayah dan ibunya berusaha agar Mullin tinggal di rumah sakit jiwa. Namun, Gubernur California saat itu Ronald Reagan, yang gemar memotong anggaran, menghapus layanan kesehatan mental di wilayahnya.

Mullin akhirnya berkeliaran bebas, tanpa pengobatan. Dia bahkan mampu membeli pistol kaliber 22 pada Desember 1972, tanpa menemui masalah sama sekali.

Herbert Mullin, pembunuh berdarah dingin asal California (Wikipedia)

Akhirnya tanggal 4 Januari 1973 tiba tanpa insiden apapun. San Francisco tidak lantas hancur dan runtuh ke laut. Sang peramal, Ruben Greenspan mengakui, perhitungannya salah. Namun, Mullin percaya bahwa pembunuhan yang ia lakukan lah yang mencegah bencana terjadi.

Setelah itu, pria itu terus membunuh. Mullin menghabisi lima orang pada 25 Januari 1973, termasuk Daemon Francis yang baru berusia 4 tahun.

Pria yang tumbuh besar di Santa Cruz itu berdalih, lewat telepati, para korbannya mengaku rela dijadikan dibunuh.

Pada 6 Februari 1973, Mullin menembak dan menewaskan empat pemuda yang sedang berkemah di Henry Cowell Redwoods State Park. Mullin menemukan senapan di antara barang-barang milik korban, dia lalu memasukkannya ke dalam mobil -- siapa tahu dia bakal membutuhkannya.

Seminggu kemudian, Mullin pergi untuk mengirim kayu bakar ke rumah orang tuanya. Kala itu, ia seperti mendengar suara sang ayah yang mengatakan, "Sebelum kau mengantar kayu bakar, aku ingin kau membunuh seseorang untukku."

Mullin patuh. Ia lalu menembak Fred Perez (72) dengan senapan yang ia curi dari perkemahan. Setelah menghabisi korban, dengan tenang ia menyetir mobilnya menuju ke rumah orangtuanya.

Dia akhirnya ditangkap oleh polisi beberapa menit kemudian. Mullin mengaku membunuh 13 orang. Ia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

Selain pembunuhan pertama yang dilakukan Herbert Mullin, sejumlah peristiwa penting dalam sejarah juga terjadi pada tanggal 13 Oktober. Pada 1923, Ankara menggantikan Istanbul sebagai ibu kota Turki.

Sementara pada 1977, empat orang Palestina membajak sebuah penerbangan Lufthansa dan meminta pelepasan anggota Faksi Pasukan Merah.

Dan, pada 13 Oktober 2011, jatuhnya pesawat penumpang di Papua Nugini, menyebabkan 28 orang meninggal dunia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini