Sukses

Kapal Perang AS USS Mason Jadi Target 2 Serangan Rudal

Rudal ditembakkan ke arah kapal perang AS dari kawasan Yaman yang dikuasai pemberontak Houthi.

Liputan6.com, Sanaa - Pada minggu 9 Oktober 2016, kapal perang Amerika Serikat (AS), USS Mason menjadi target serangan dua rudal yang ditembakkan dari kawasan Yaman yang dikuasai pemberontak Houthi--kelompok yang didukung Iran. Namun menurut juru bicara militer AS, tak satupun rudal berhasil menghantam kapal.

Serangan rudal terhadap USS Mason terjadi sepekan setelah kelompok yang sama menyerang kapal milik Uni Emirat Arab (UEA). Peristiwa ini memicu kekhawatiran akan risiko 'gangguan' yang akan dialami militer AS akibat konflik Yaman.

"Kedua rudal menghantam air sebelum berhasil mencapai kapal. Tak ada kerugian, baik korban jiwa maupun kerusakan pada kapal," ujar Juru bicara Pentagon, Kapten Jeff Davis seperti dilansir Reuters, Senin (10/10/2016).

Tembakan rudal itu tepatnya terjadi ketika kapal tengah berada di utara Selat Bab al-Mandab, di lepas pantai selatan Yaman. Ini merupakan lokasi yang sama di mana kapal milik UEA juga mendapat serangan.

Menurut pihak militer AS, serangan rudal itu dimulai pada pukul 19.00 waktu setempat. "Rudal-rudal itu diluncurkan dengan selisih 60 menit," jelas Davis seperti dikutip dari CNN.

"Kami menduga rudal-rudal tersebut ditembakkan dari wilayah yang dikontrol Houthi di Yaman. AS tetap berkomitmen untuk menjaga kebebasan bernavigasi di manapun di seluruh dunia dan kami akan terus mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menjamin keamanan awak dan kapal itu sendiri," imbuhnya.

Selama ini AS mendukung koalisi yang dipimpin Arab Saudi bertempur untuk mencegah Houthi bersekutu dengan Iran dan menggulingkan rezim berkuasa yang dipimpin oleh Presiden Abdu Rabbu Mansour Hadi.

Kelompok pemberontak Houthi diketahui mendukung mantan presiden Ali Abdullah Saleh.

Sementara itu, bantahan datang dari kelompok Houthi. "Laporan yang menyebutkan bahwa rudal ditargetkan dari lepas pantai Yaman tidak berdasar," ujar kantor berita milik Houthi, SABA.

Serangan koalisi pimpinan Arab Saudi terhadap pemberontak Houthi telah dimulai pada Maret 2015 sejak kelompok itu mengusir rezim Presiden Abdu Rabbu Mansour Hadi yang didukung AS. Tak hanya itu, Houthi juga mengambil alih Sanaa, ibu kota Yaman.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini