Sukses

6-10-1976: Tragedi Maut Pesawat Cubana 455, Ulah CIA?

Cubana 455 adalah pesawat milik maskapai penerbangan Kuba yang jatuh setelah diledakkan dua bom C-4.

Liputan6.com, Bridgetown - Pada 6 Oktober 1976 atau 40 tahun lalu, pesawat milik maskapai penerbangan Kuba, Cubana dengan nomor 455 rute Barbados-Jamaika diledakkan dua bom waktu jenis C-4. Burung besi itu jatuh dari ketinggian 18.000 kaki sesaat setelah lepas landas.

Seluruh penumpang yang berjumlah 73 orang termasuk di antaranya 5 kru pesawat, 57 warga Kuba, 11 warga Guyana, 5 warga Korea Utara, dan 24 anggota tim anggar Olimpiade 1975 tewas.

Tim anggar Kuba yang kebanyakan masih remaja itu padahal baru saja memenangkan medali emas dalam ajang Central American and Caribbean Championship.

Jejak yang ditinggalkan dalang pengeboman mengarah ke Amerika Serikat (AS). Sejumlah anggota CIA yang terhubung dengan orang-orang buangan rezim Fidel Castro dan beberapa anggota polisi rahasia Venezuela, DISIP disebut sebagai pihak yang bertanggung jawab.

Komplikasi politik pun muncul ketika Kuba dengan cepatnya menuding AS ikut membantu serangan mematikan tersebut.

Lantas pada 2005 CIA merilis dokumen yang menunjukkan badan mata-mata AS tersebut memiliki 'bukti intelijen yang kuat bahwa pada awal Juni 1976 kelompok teroris Kuba di pengasingan memiliki rencana untuk mengebom pesawat Cubana'. Demikian seperti dikutip dari Wikipedia.

Empat orang ditahan terkait dengan tragedi Cubana 455. Mereka adalah Freddy Lugo, Hernan ricardo Lozano, Orlando Bosch, dan Luis Posada Carriles.

Sidang pun digelar di Venezuela. Dua di antaranya, yaitu Lugo dan Lozano dijatuhi hukuman 20 tahun penjara.

Bosch dan Carriles beruntung. Meski sempat ditahan, namun mereka pada akhirnya mereka bebas. Bosch diketahui pindah ke Miami, Florida, di mana ia tinggal hingga maut menjemputnya pada 27 April 2011.

Sementara Luis Posada Carriles sempat ditahan selama delapan tahun sebelum ia melarikan diri ke AS. Di Negeri Paman Sam ia kembali ditangkap atas tuduhan memasuki negara itu secara ilegal. Namun pada 19 April 2007 ia menghirup udara bebas.

Sebelumnya, Carriles yang merupakan mantan anggota CIA dan juga anggota CORU--kelompok anti-rezim Castro--sempat menyangkal keterlibatannya dalam tragedi itu.

Kelak ia memberikan sejumlah informasi dalam bukunya yang berjudul Ways of the Warrior.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Misteri Dalang Pengeboman

CORU sebagai dalang utama

CORU atau Coordination of United Revolutionary Organizations yang didirikan di Republik Dominika oleh Bosch dan Carriles menyatukan orang-orang buangan anti-Castro.

Dan dokumen CIA memuat bahwa CORU berdiri melalui sebuah pertemuan di kota kecil di Bonao, Republik Dominika pada Juni 1976. Mereka disebut mendapat suplai finansial dan logistik dari Washington dan orang-orang kaya Kuba yang hidup di pengasingan di AS.

Kelompok ini lantas sepakat untuk berpartisipasi dalam perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan operasi terorisme serta serangan terhadap Kuba. Sebenarnya tak hanya Kuba, Bosch juga berkomitmen untuk menyerang negara-negara yang mendukung rezim Castro kala itu seperti Kolombia, Meksiko, dan Panama.

Tak lama setelah dibentuk, CORU langsung melancarkan sejumlah aksi pengeboman dan pembunuhan termasuk mendalangi kematian aktivis Orlando Letelier di Washington.

CORU disebut memanfaatkan reputasi yang telah mereka peroleh dari sejumlah serangan untuk melakukan serangan yang jauh lebih besar, yaitu Cubana 455. Pengeboman pesawat itu ditengarai sebagai teror terhebat yang pernah mereka ciptakan.

FBI sendiri menjelaskan CORU sebagai 'organisasi payung teroris anti-Castro'.

Bosch, yang memimpin CORU sebenarnya bukan orang asing bagi Castro. Mereka berkuliah di kampus yang sama, University of Havana. Keduanya bahkan ikut terlibat dalam gerakan Revolusi Kuba.

Pada satu waktu, Bosch terpaksa melarikan diri ke Miami. Lantas ketika revolusi berhasil dan Castro naik ke tampuk kekuasaan, ia banyak kecewa. Pada 1960 ia mencoba melakukan kudeta, namun berujung pada kegagalan.

Peristiwa bersejarah lain juga terjadi pada 6 Oktober, tepatnya pada 1979. Kala itu Paus Yohanes Paulus II tercatat sebagai pemimpin takhta suci Vatikan pertama yang mengunjungi Gedung Putih.

Dalam momen terpisah, tepatnya 6 Oktober 1981 Presiden Mesir, Anwar Sadat tewas diberondong peluru. Kala itu ia tengah menonton parade militer memperingati Perang Yom Kippur 1973.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini