Sukses

Eks Mata-Mata MI5 Inggris Banting Setir Jadi Penjual Burger

Tom Marcus beberapa kali pernah menyematkan ratusan nyawa dari rencana pengeboman, namun kini ia harus memulai hidupnya dari awal lagi.

Liputan6.com, London - Sebagai intel MI5, Tom Marcus, telah mempertaruhkan nyawanya selama lebih dari delapan tahun. Ia diam-diam melacak ekstremis dan pembangkang Irish Republican Army (IRA) di jalanan Inggris.

Namun ketika Tom berhenti dari MI5, ia justru bekerja di sebuah call center dan staf toko burger.

Saat masih menjadi intel MI5, Tom--bukan nama asli, pernah membantu menggagalkan rencana pemboman dua bus wisata penuh dengan anak-anak yang pulang berlibur dari Prancis.

Ia juga pernah menyamar sebagai pria tunawisma dan bertempat di dekat masjid. Di sana, Tom menemukan seseorang yang telah ia lacak selama ini--pria yang telah berperang bersama Boko Haram di Afrika sebelum kembali ke Inggris.

Pria itu memasuki masjid, namun tak kunjung keluar. Tom juga menghitung lebih banyak perempuan yang keluar dari tempat ibadah tersebut daripada yang sudah masuk.

Tom pun meyakini bahwa salah satu "perempuan" yang meninggalkan masjid merupakan pria yang menyamar menggunakan burka. Setelah memberi tahu atasannya, tim tersebut menemukan enam bom rakitan di dalam mobil pria itu.

Markas besar MI5 di Thames House, London (Reuters)

Seluruh bom ternyata telah dipasang untuk meledak bersamaan dengan kendali melalui ponsel tersangka. Tom menyelamatkan banyak nyawa hari itu.

Dikutip dari BBC, Selasa (4/10/2016), Tom juga pernah terlibat operasi untuk menghentikan rencana pemboman pusat perbelanjaan di Manchester saat pekan perayaan paskah.

Rencana tersebut merupakan serangan berkoordinasi tinggi yang diarahkan dari Pakistan dengan menargetkan Inggris dan Amerika Serikat, di mana di Negeri Paman Sam itu juga menjadi target peledakan bom mobil di bekas Menara Kembar WTC saat peringatan serangan 9/11.

Tom sendiri pernah menjadi target pemenggalan ketika ekstremis mengembangkan rencana untuk menculik mata-mata MI5. Militan itu telah menugaskan orang untuk mengawasi para intel saat mereka mengikuti tersangka.

Para intel kemudian menemukan sebuah lantai rumah di Kentish Town, London utara, dilapisi menggunakan sebuah terpal plastik. Bendera hitam, tiga pisau tukang jagal, dan kamera video, juga ditemukan di tepat tersebut. Para mata-mata menduga, lokasi itu akan dijadikan tempat para ekstremis mengeksekusi mereka.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kehidupan Tom Selepas MI5

Dalam menjalani pekerjaannya, Tom kerap mengalami mimpi buruk. Ia didiagnosis menderita post-traumatic stress disorder (PTSD) dan memutuskan untuk kembali menjalani kehidupan normal pada 2013. Tom mengaku merasa jauh lebih baik sekarang.

Dia juga berjuang untuk mencari pekerjaan lain. Karena anonimitas diperlukan MI5, Tom yang bergabung dengan angkatan darat pada 16 tahun sebelum pindah ke layanan keamanan, memiliki kesenjangan besar dalam CV-nya.

"Sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Bekerja sebagai mata-mata MI5 merupakan pekerjaan seumur hidup--jadi ketika kamu memutuskan untuk keluar, sangat sulit untuk menemukan pekerjaan yang bisa dilakukan," ujar Tom.

"Kamu tak bisa menjawab pertanyaan tentang apa yang telah dilakukan selama 10 hingga 15 tahun dalam sebuah wawancara pekerjaan dengan benar, karena kamu akan melanggar Official Secrets Act," imbuh dia.

"Beberapa orang datang dengan mengaku dari Departemen Pertahanan, namun mencoba untuk menjelaskan keterampilan yang Anda buat-baut hanya akan membongkar hal sebenarnya, dan aku tak nyaman melakukan hal itu,"

Ilustrasi memanggang burger (Reuters)

"Jadi, bekerja bijak, aku mulai dari bawah lagi. Aku mendapat uang pensiun dari MI5, namun aku harus menghasilkan uang dengan bekerja di call center dan memasak burger untuk membangun pengalaman kerjaku," jelas dia.

Saat ini, Tom bekerja sebagai penulis.

"Satu-satunya pilihan pekerjaan dengan gaji baik untuk orang sepertiku adalah ditempatkan di Irak dan Afghanistan, namun aku tak ingin mempertaruhkan nyawa untuk melakukan hal itu,"

"Itu tak pernah menjadi pilihan. Aku tak ingin PTSD-ku kembali. Dan tak ada uang yang bisa menggantikan risikoku untuk ditangkap dan dipenggal," ungkap Tom.

Waktu masih bekerja sebagai mata-mata, Tom menikahi sesama rekan agennya dan mereka memiliki seorang anak laki-laki.

"Orang-orang biasa bergurau tentang hal itu, memanggil kami Mr dan Mrs Smith," ujarnya.

Mr and Mrs Smith adalah sebuah film yang bercerita tentang sepasang mata-mata dan dibintangi oleh Brad Pitt dan Angelina Jolie. Namun tak seperti pasangan Hollywood itu, pernikahan Tom masih terus berjalan hingga sekarang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.