Sukses

4-10-1363: Pertempuran Dahsyat di 'Segitiga Bermuda' China

Danau Poyang memiliki reputasi mengerikan sebagai 'kuburan kapal' Segitiga Bermudanya China.

Liputan6.com, Jakarta - Pada hari ini tahun 1363, terjadi sebuah pertempuran dahsyat antara dua pimpinan dinasti Tiongkok, Chen Youliang dan Zhu Yuannzhang.

Perang itu dimulai pada pertengahan Abad ke-14. Kala itu penguasa-penguasa China tidak mengakui kekuasaan Dinasti Yuan yang merupakan bangsa Mongolia.

Mereka menganggap kepemimpinan kekaisaran tersebut sebagai tentara kependudukan asing, bukan bagian dari dinasti Tiongkok.

Seiring dengan berjalannya waktu, Dinasti Yuan mengalami kemerosotan. Mulai banyak kelompok yang ingin menjatuhkan kerajaan Mongolia tersebut.

Akhirnya dengan melemahnya kekuatan kerajaan itu, kelompok pemberontak memanasi keadaan dengan mencoba menggulingkan dinasti tersebut.

Seperti yang dikutip dari Historychannel.com.au, Senin (3/10/2016), ada dua kelompok pemberontak yang sangat mencolok kala itu. Grup yang dipimpin oleh Zhu Yuanzhang dari Dinasti Ming, dan Chen Youliang, dari Dinasti Han.

Namun karena letak kerajaan yang berada di luar wilayah China, Han dan Ming menyadari mereka tidak dapat mewarisi takhta dengan cara 'normal'. Kedua pimpinan dinasti itu memutar otak, mencari tahu bagaimana caranya mengambil alih kekuasaan. 

Akhirnya Yuanzhang dan Youliang menemukan solusinya. Mereka harus menentukan siapa yang lebih kuat. 

Oleh karena itu Youliang dan Yuanzhang kemudian berperang, untuk mengetahui siapa yang yang lebih berhak menguasai China.

Han mulai mengepung wilayah air Ming yang berada di Kota Nanchang. Pimpinan dinasti itu, Youliang, mengepung daerah itu dengan menggunakan kapal 'benteng' yang dikenal dengan sebutan 'menara kapal'.

Perang di Danau Poyang (Daily Telegraph)

Kapal yang terbuat dari besi berlapis baja itu sekaligus dijadikan sebagai tembok pertahanan mereka. Kuat, tapi kurang cepat.

Awalnya Dinasti Ming kewalahan menghadapi serangan dari Han. Hal itu disebabkan karena terlambatnya armada mereka datang untuk memperkuat kota.

Setelah bala bantuan tiba, kapal angkatan laut Han yang dari segi ukuran lebih kecil dari Ming, menyerang balik dan berhasil membuat kapal raksasa yang menjulang itu kewalahan.

Ukuran kapal yang kecil dan kedangkalan air akibat musim panas, membuat angkatan laut Han unggul dan diuntungkan oleh situasi tersebut.

Sementara itu, menyadari ketidakberuntungan mereka, armada Ming memilih mundur ke tepi Danau Puyong.

Hari pertama pertempuran berlalu. Pada keesokan harinya perang kembali berlanjut. Dengan memanfaatkan arah angin, Ming menggunakan perahu 'tembak' yang berisikan bubuk mesiu, jerami, dan umpan.

Perahu itu dilayarkan menuju angkatan laut Han yang telah membentuk formasi pertahanan. Diuntungkan oleh arah angin, perahu api yang dikirimkan oleh Han berhasil meledak setelah mendekati pertahanan dan menghancurkan kapal perang Dinasti Ming.

Akibatnya Ming harus melakukan perbaikan terlebih dahulu. Setelah satu hari membangun kembali armada mereka, Ming melakukan serangan balik.

Serangan balik itu melemahkan formasi tempur Han. Beberapa kapal perangnya bahkan berhasil dikuasai oleh musuh.

Perang tersebut berlangsung tampa henti selama 5 hari. Akhirnya pada tanggal 4 Oktober, pimpinan Dinasti Han, Youliang, tewas akibat panah yang menancap di kepalanya.

Tanpa adanya pemimpin mereka, Han menyerah. Pimpinan Min, Yuangzhang pun mendeklarasikan dirinya sebagai pimpinan tertinggi kedua kelompok itu.

Sekitar 5 tahun kemudian, setelah Dinasti Yuan hancur, Yuangzhang naik takhta menjadi Kaisar China. Masa pemerintahannya, Dinasti Ming, merupakan salah satu dari kekaisaran terhebat China.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Segitiga Bermuda China

'Segitiga Bermuda' China

Danau Poyang, lokasi pertempuran pada masa lalu itu memiliki reputasi mengerikan. Sebagai 'kuburan' kapal.

Dari awal 1960-an sampai akhir 1980-an, lebih dari 200 kapal karam di perairannya yang dianggap 'misterius' kala itu. Membuatnya dijuluki 'Segitiga Bermuda China'. Lebih banyak lagi kapal tenggelam setelahnya, membuat lebih dari 1.600 orang hilang, 30 lainnya yang berhasil selamat konon menjadi tak waras.

Danau Poyang

Menurut badan maritim setempat, seperti Liputan6.com kutip dari China Gaze, kapal-kapal besar dengan muatan hingga seberat 2.000 ton pernah tenggelam di Danau Poyang.

Bahkan pada 3 Agustus 1985, ada 13 kapal yang hilang pada satu hari. Tanpa bekas. Peristiwa yang sangat langka dalam sejarah maritim.

Para ilmuwan telah mencoba untuk mengungkap misteri Danau Poyang selama bertahun-tahun, tetapi tidak ada penyelidikan yang telah menghasilkan kesimpulan yang konkret.

Tak kurang dari para ahli perairan dalam dari Nanjing Institute of Geography and Limnology mengeksplorasi dan menginvestigasi Poyang. Jiahu Jiang, salah satu peneliti di sana mengatakan, tak masuk akal bahwa tak ada puing kapal dan jasad korban yang pernah ditemukan di bawah air, selama ekspedisi yang mereka lakukan.

Jiang juga menambahkan, tentara Jepang yang menginvasi China selama Perang Dunia II juga mengalami celaka di danau itu. Pada 16 April 1945, kapal kargo Jepang yang mengangkut harta karun dan benda antik yang dirampas dari rakyat Tiongkok karam di sana. Total berat 2.000 ton.

Kapal itu raib dan tak ada awak yang selamat dari tragedi. Setelah menerima kabar tragis itu, militer Jepang memerintahkan personel angkatan laut di dekatnya untuk menyelamatkan kapal dan isinya. Dari semua penyelam yang dikirim, hanya satu yang bisa kembali ke permukaan. Dalam kondisi linglung, tak mampu bicara. Ia terlihat dicengkeram teror. Tanpa ada yang tahu kenapa sang penyelam lantas berangsur hilang kewarasannya.

Di akhir Perang Dunia II, Pemerintah China mencoba mencari kapal itu sekali lagi. Kali itu dengan bantuan Edward Boer, penyelam dan pemburu harta terkenal dari Amerika Serikat. Pada musim panas 1946, Boer dan timnya mulai bekerja. Tapi hasilnya nihil.

"Jika ada orang yang selamat dari kecelakaan di perairan tersebut, mungkin jauh lebih mudah untuk menentukan penyebabnya. Namun, tak ada," kata Jiang.

Maka, penduduk setempat banyak menyebarkan gosip soal keberadaan monster danau, UFO, juga makhluk luar angkasa.

Apa yang selanjutnya menimbulkan intrik di sekitar daerah tersebut adalah lokasi geografis Danau Poyang itu sendiri: 30 derajat utara. Banyak orang menghubungkan misteri perairan ini dengan misteri yang belum terpecahkan lainnya yang berpusat di sekitar lintang 30 derajat utara, seperti Segitiga Bermuda di Samudera Atlantik dan piramida di Mesir.

Salah satu upaya penjelasan ilmiah mengaitkannya dengan faktor makhluk air besar. Misal, lumba-lumba air tawar yang ada di Sungai Yangtze dan Danau Poyang. Hewan itu mungkin bisa membalik. Namun, fakta membuktikan, lumba-lumba tidak cukup kuat untuk membalik kapal dengan berat puluhan atau ribuan ton.

Sementara, seorang ahli lokal mengaku menemukan penyebab mengapa perairan tersebut mematikan. "Gambar inframerah menunjukkan, ada wilayah pasir raksasa (sandbank) di bawah perairan Kuil Laoye. Panjangnya sekitar 6.600 kaki atau 2.011 meter membentang dari timur ke barat," kata dia.

Pasir ini menghalangi aliran air dan menciptakan pusaran air di bawah danau. "Amat mungkin pusaran itu menenggelamkan kapal," tambah dia. Namun, teori tersebut belum bisa menjelaskan mengapa bangkai kapal-kapal itu tak ditemukan.

Mungkin, ketika Poyang mengering, para ahli bisa menemukan jawaban dari misteri itu. Atau, menemukan kembali harta karun yang hilang.

Saksikan juga video menarik di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.