Sukses

Jurnalis Belanda Tewas Ditembak Sniper ISIS di Libya

Jeroen Oerlemans ditembak di dada oleh penembak jitu ISIS dan meninggal sesaat kemudian.

Liputan6.com, Sirte - Seorang jurnalis asal Belanda tewas ditembak oleh penembak jitu ISIS di Sirte, Libya, pada Minggu, 2 Oktober 2010 waktu setempat, demikian menurut keterangan juru bicara untuk operasi militer Al-Bunyan Al-Marsous, Reda Essa.

Menurut keterangan Essa, jurnalis foto tersebut, Jeroen Oerlemans, ditembak di dada dan meninggal sesaat kemudian.

Duta Besar Belanda untuk Libya, Eric Strating, memberikan penghormatan atas dedikasi Oerlemans. Hal tersebut disampaikan dia melalui akun Twitter miliknya.

"Jeroen Oerlemans: Beristirahatlah dengan damai. Foto-fotomu dari #Sirte #Libya dan tempat-tempat lainnya akan hidup selamanya. Belasungkawa kepada semua orang yang mencintainya," tulis Starting.

Organisasi non-profit Committee to Protect Journalists (CPJ) mengatakan Oerlemans merupakan jurnalis ke-10 yang tewas pada konflik di Libya yang bermula pada 2011.

"Para jurnalis dalam jumlah besar saat ini mulai datang lagi ke Libya untuk melaporkan konflik dan pergolakan politik, tapi itu merupakan tempat yang luar biasa berbahaya," ujar Wakil Direktur Eksekutif CPJ, Robert Mahoney, seperti dikutip dari CNN, Senin (3/10/2016).

"Kematian Jeroen Oerlemans merupakan sebuah pengingat bahwa mereka yang memberikan kita foto dan video dari garis depan, sering kali membayar harga termahal," kata dia.

Oerlemans dan jurnalis foto lainnya, John Cantlie, yang bekerja untuk Sunday Times of London, pernah ditangkap oleh militan ISIS di Suriah pada 17-26 Juli 2012. Namun mereka berdua kemudian dilepaskan.

Kota pesisir Sirte merupakan salah satu basis ISIS di Libya. Militan yang didukung Amerika Serikat, telah melakukan serangan yang mengancam kelompok radikal itu kehilangan wilayah tersebut.

Akibatnya, penembak jitu ISIS semakin gencar melancarkan aksinya karena militan lain telah masuk ke dalam teritori mereka yang kian menyusut.

Salah satu dokter menjelaskan, militan ISIS memastikan bahwa target mereka tak dapat bertempur lagi atau mengalami cedera--jika mereka tak meninggal.

"Penembak jitu biasanya menyerang tulang belakang. Mereka memilih menembak tulang belakang karena jika cedera otak dan jantung, dia akan dapat bertarung lagi," ujar seorang dokter yang bekerja di Sirte, Nabeel Aqoub.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini