Sukses

30-9-1999: Radiasi Nuklir 'Liar' Terpancar dari PLTN Jepang

Dua orang pekerja dilaporkan meninggal akibat terpapar radiasi nuklir dalam level tinggi.

Liputan6.com, Tokai - Radiasi dalam jumlah besar terpancar dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Tokaimura yang berlokasi di Tokai, Ibaraki, Jepang. Dua orang pekerja dilaporkan meninggal akibat peristiwa yang terjadi pada 30 September 1999 itu.

Seperti dilansir World Nuclear Asscociation, insiden tersebut terjadi ketika tiga pekerja sedang menyiapkan batch kecil bahan bakar untuk reaktor pembiak cepat eksperimental JOYO dengan menggunakan uranium yang telah diperkaya hingga 18,8 persen U-235.

Itu merupakan batch bahan bakar pertama Japan Nuclear Fuel Conversion Co (JCO) dalam tiga tahun. Tak ada persyaratan kualifikasi dan pelatihan yang tepat untuk para pekerja dalam melakukan pekerjaan itu.

Mereka sebelumnya telah melakukan prosedur tersebut berkali-kali dengan uranium yang lebih rendah, yakni 5 persen, dan diduga tidak memiliki pemahaman akan bahaya tentang uranium yang telah diperkaya hingga 18,8 persen.

Pada sekitar pukul 10.35, ketika volume larutan dalam tangki mencapai 40 liter, yang mengandung sekitar 16 kilogram uranium, massa kritis dicapai. Saat itu terjadi reaksi berantai yang menyebabkan sinar gamma dan neutron liar membanjiri ruang pemurnian dan mencemari air radioaktif.

Dilansir dari History, tim darurat di PLTN terpaksa mencari bantuan dari luar karena tak bisa menahan reaksi itu sendiri. Sebagai tindakan pencegahan, kereta api dan jalan menuju maupun dari wilayah itu diblokir.

Namun, para pekerja pabrik lupa mematikan sistem ventilasi. Akibat hal itu, radiasi secara tak sengaja menyebar melalui udara dan mencapai kota-kota terdekat.

Tokyo Electric Power Company membawa 900 pon borkas untuk menyerap radiasi, namun mereka tak bisa menjangkau ke dekat sumber radiasi untuk menyebarkannya dengan benar.

Beberapa jam setelah itu, mereka menemukan cara untuk menyebarkan boraks dengan benar, yakni dengan memasukannya melalui selang sehingga bisa disemprotkan ke sumber radiasi.

Lima jam setelah masa kritis itu dimulai, 161 orang dari 39 rumah dalam radius 350 meter dievakuasi. Mereka diizinkan pulang dua hari kemudian setelah karung pasir dan pelindung lainnya memastikan tak ada bahaya dari sisa radiasi gamma.

12 jam setelah insiden itu terjadi, warga yang bertempat tinggal di dalam radius 10 kilometer diminta untuk tinggal di dalam rumah sebagai langkah pencegahan.

Tiga pekerja dilarikan ke rumah sakit, dua dinyatakan kritis akibat terlalu banyak terpapar radiasi. Satu orang meninggal 12 minggu setelah kejadian, sementara satu orang lainnya meninggal tujuh bulan kemudian.

Peristiwa PLTN Tokaimura 1999 itu menjadi insiden nuklir terbesar kedua yang pernah dialami Jepang. Sementara bocornya radiasi nuklir Fukushima pada 2011 menjadi kecelakaan nuklir terbesar di Negeri Sakura.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bocornya PLTN Fukushima

Lima tahun lalu, tepatnya pada 11 Maret 2011, salah satu gempa bumi terburuk dalam sejarah terjadi di wilayah Tohoku. Tak hanya itu, tsunami setinggi 15 meter juga melanda daerah tersebut dan menyebabkan stasiun tenaga nuklir Fukushima Daiichi mengalami beberapa kebocoran.

Akibat kebocoran tersebut, air radioaktif dari pabrik dikhawatirkan mengalir ke laut. Hal itu juga memicu kekhawatiran krisis nuklir.

Tokyo Electric Power Company (TEPCO), operator dari reaktor tersebut menyatakan bahwa sekitar 45 ton air yang terkontaminasi dengan zat radioaktif Sesium dan yodium cenderung mengalir ke laut dari sistem selokan yang juga terkontaminasi dari unit kondensasi.

Pada 2014, sebuah survei dilakukan untuk melihat dampak kebocoran nuklir dengan kesehatan warga. Survei pertama dilakukan terhadap 300.000 anak-anak di bawah usia 18 tahun yang tinggal di prefektur Jepang utara ketika reaktor nuklir Fukushima mengalami kebocoran.

Dari pemeriksaan kesehatan kedua, terdapat kesimpulan sementara bahwa ada keterkaitan antara kanker dengan radiasi dari Fukushima.

Jika dijumlah, hasil survei pertama dan kedua mengungkap, total anak terdiagnosis kanker mencapai 141--41 di antara telah berada di stadium akhir.

Tampak keseluruhan lokasi pabrik pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi (Foto: Reuters).

Hingga saat ini pemerintah Jepang masih melakukan upaya untuk mengatasi kebocoran radiasi nuklir. 'Dinding es' yang melingkupi pabrik tersebut juga didirikan untuk menghentikan kontaminasi ke air tanah.

Operator dari pabrik pembangkit, Tokyo electric Power Co (TEPCO), telah melakukan beberapa kemajuan, seperti menyingkirkan ratusan limbah fuel rods di salah satu gedung yang rusak.

"Sangat sulit untuk mengakses ke dalam pabrik tersebut," ujar ketua decommissioning--tindakan menurunkan tingkat radiasi dari reaktor serta peralatan lainnya setelah mengakhiri operasi agar tak membahayakan pekerja, masyarakat sekitar, maupun lingkungan-- TEPCO, Naohiro Masuda, dalam salah satu wawancara.

"Hambatan terbesar adalah radiasi," tambahnya.

TEPCO dulu dikecam keras karena disebut lambat dalam menangani bencana. Namun saat ini kondisi di pabrik pembangkit Fukushima meningkat lebih baik secara drastis. Seperti yang dilansir dari Japan Today, radiasi di banyak tempat pada lokasi tersebut, saat ini setara dengan Tokyo.

Selain bocornya radiasi nuklir dari PLTN Tokaimura tahun 1999, di tanggal yang sama pada 1947, Pakistan dan Yaman bergabung dengan PBB.

Pada 2009, gempa berkekuatan 7,6 skala Richter mengguncang pesisir barat Sumatera Barat. Lindu tersebut menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah, seperti Padang, Pariaman, Bukittinggi, dan Solok.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.