Sukses

28-9-1887: Banjir Sungai Kuning Renggut 1,3 Juta Nyawa

Malapetaka dahsyat itu terjadi pada 28 September 1887. Banjir menyapu ratusan desa dan menyebabkan jutaan nyawa melayang.

Liputan6.com, Tiongkok - Aliran air yang besar itu merupakan salah satu dari dua sungai terpanjang yang ada di China dan keenam di dunia.

Jika pada umumnya air sungai berwarna jernih, hijau, atau kecoklatan, sungai sepanjang 3.395 mil itu dialiri air berwarna kuning. Oleh karena itu aliran tersebut lebih dikenal dengan sebutan Sungai Kuning atau Huang He.

Kebanyakan masyarakat China percaya bahwa sungai tersebut sakral dan memiliki kekuatan spiritual, karena warna airnya yang tidak biasa. Huang He mengaliri setidaknya sembilan wilayah dan berakhir di Sungai Bohai. 

Selain disebut dengan nama Sungai Kuning, Huang He juga memiliki julukan lain, yaitu China's Sorrow atau The Ungovernable.

Ada kisah memilukan dibalik julukan tersebut. Kejadian di mana nyawa jutaan warga melayang dan jutaan lainnya merana akibat sebuah bencana besar yang tercatat sebagai salah satu malapetaka terdahsyat di China.

Kisah itu dimulai sebelum 28 September 1887. Beberapa hari sebelum hari nahas tersebut, hujan deras mengguyur daerah di sekitar aliran sungai yang berada di pegunungan Bayan Har.

Curahan hujan tersebut membuat volume air sungai naik dan mencapai pematang yang berada di tepian sungai.

Selama beberapa hari hujan tak berhenti, akibatnya air Huan He semakin tinggi dan melewati pematang.

Menurut laporan yang dikutip dari Devastatingdisasters.com, Selasa (27/9/2016), akibat adanya pembangunan dan perbaikan tanggul di sekitar sungai, membuat Huan He lebih tinggi 23 meter dibandingkan dengan tanah di sekitarnya.

Hal tersebut menyebabkan curah hujan deras yang mengguyur daerah itu selama berhari-hari membuat air sungai membanjiri serta menghancurkan tanggul yang membatasi sungai dengan lahan warga.

Pada 28 September 1887 puncak malapetaka terjadi. Banjir itu menyapu bersih 300 desa, 11 kota, dan jutaan penduduk yang berada di 'jalur' air bah tersebut.

Permukiman warga, lahan, serta bangunan yang berada di Huayankou, dekat Kota Zhengzhou, Provinsi Henan, direndam air dan menjadi danau.

Hampir 2 juta warga dilaporkan hilang kala itu. Sekitar 1,3 juta korban dinyatakan meninggal, sementara yang lainnya masih belum diketahui nasibnya.

Sementara itu, menurut laporan dari Worldhistoryproject.org, 2 juta penduduk yang selamat menjadi tunawisma, kelaparan, dan rentan terserang virus mematikan.

Susahnya akses penyelamatan lanjutan membuat korban selamat mulai tumbang satu per satu akibat penyakit tipus dan disentri.

Hal tersebut menambah jumlah total korban tewas menjadi hampir 2 juta jiwa. Bencana Huan He 1887 itu tercatat sebagai top 3 bencana alam paling merusak dan berbahaya di China.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.