Sukses

Hillary Clinton: Mungkin Donald Trump Tak Sekaya yang Dia Katakan

Hillary menuding Trump tak pernah membayar pajak. Namun hal tersebut justru dijadikan senjata oleh miliarder itu.

Liputan6.com, Washington, DC - Isu pajak sejak awal telah menjadi senjata calon presiden Amerika Serikat (AS) asal Partai Demokrat Hillary Clinton untuk menyerang pesaingnya, Donald Trump. Maka ketika keduanya bertemu dalam debat perdana di Hofstra University kesempatan itu tak dilewatkan Hillary.

"Anda harus bertanya, mengapa ia tidak merilis data pajaknya? Mungkin dia tidak sekaya yang dia katakan. Mungkin dia tidak semurah hati yang dia klaim. Yang ketiga...dia meminjam US$ 600 juta dari bank asing...atau mungkin dia tidak ingin rakyat Amerika dan semua yang menyaksikan tahu bahwa ia tidak pernah membayar pajak," ujar Hillary di atas panggung debat seperti dilansir The Guardian, Selasa (27/9/2016).

Sementara itu, Trump menjawab singkat tudingan Hillary soal ia tidak pernah membayar pajak federal selama beberapa tahun.

"Itu membuat saya cerdas," jawab Trump.

Hillary pun melanjutkan serangannya soal isu pajak Trump.

"Tak ada pajak untuk pasukan, untuk untuk dokter hewan, adalah sesuatu yang sangat penting atau mengerikan bahwa ada sesuatu yang dia sembunyikan. Saya tidak memiliki alasan untuk percaya bahwa dia akan merilis data pajaknya. Karena ada sesuatu yang disembunyikan, yang dapat mendekatkannya ke Gedung Putih. Akan jadi apa konflik ini? Siapa yang mengutanginya?," tutur Hillary.

Serangan Hillary dibalas cepat oleh Trump. Ia kembali menyinggung skandal email yang melilit rivalnya.

Taipan properti itu mengatakan bahwa ia akan merilis data pajaknya jika Clinton bersedia mempublikasikan 33.000 email yang telah dihapus dari server email pribadinya.

Bisnis Trump pun tak luput dari perhatian Hillary. Ia menuduh suami dari Melania itu telah mencurangi ribuan kontraktor yang bekerjasama dengannya.

Tak hanya itu, capres perempuan pertama AS tersebut juga mengklaim Trump mendukung terjadinya kredit macet perumahan (Subprime Mortgage) di Amerika yang menimbulkan guncangan ekonomi di Negeri Paman Sam.

"Itu namanya bisnis," elak Trump menjawab tuduhan Hillary.

Perempuan pertama yang jadi capres AS itu juga mengingatkan kembali bahwa miliarder tersebut pernah menyebut dirinya sebagai 'The King of Debt' atau Raja Pengutang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.