Sukses

Korsel Tak Kirim Bantuan Meski Banjir Renggut 138 Warga Korut

Banjir bandang di Korut merupakan bencana terpara sejak Perang Dunia II.

Liputan6.com, Seoul - Banjir bandang menerjang Korea Utara. Namun, negara tetangganya Korea Selatan memastikan tak akan mau memberi bantuan.

Menurut Menteri Unifikasi Korea, Korsel Jeong Joon-Hee, ada alasan khusus kenapa mereka tak mau memberikan bantuan. Hal ini terkait ketakutan mereka atas sikap yang akan diambil Kim Jong-Un jika bantuan dari luar masuk ke Korut.

"Jika Seoul memberikan bantuan, Kim Jong-Un akan mengklaim bantuan itu," sebut Jeong, seperti dikutip dari Bangkok Post, Jumat (23/9/2016).

"Di bawah situasi ini, saya mungkin dapat merasa, bantuan dari luar akan sia-sia," sambung dia.

Sikap Korsel itu, sudah diduga sebelumnya. Pasalnya, belum lama ini Kementerian Unifikasi Korea, tak mau berdiskusi dengan beberapa LSM terkait bantuan ke Korut.

Jeong menjelaskan, alasan mereka menolak sangat berdasar. Sebab, walau di tengah bencana Jong-Un melancarkan, uji coba rudal.

"Korut mengatakan mereka menderita dan ini adalah musibah terbesar  tapi Kim Jong-un malah tersenyum lebar di waktu mereka meluncurkan roket," paparnya.

Banjir bandang yang menerjang korut begitu berdampak buruk. Palang Marah dan Bulan Sabit Merah meminta bantuan sebesar US$15 juta kepada dunia untuk membantu Korut.

Bencana yang disebut-sebut sebagai terburuk bagi Korut setelah Perang Dunia II, telah menyebabkan 138 orang tewas. Sementara 400 lainnya hilang.

Media pemerintah Korut sebelumnya melaporkan, hujan lebat yang mengguyur negara itu pada akhir Agustus dan awal September telah menyebabkan kerusakan cukup signifikan di dekat Sungai Tumen.

Penilaian terhadap kerusakan itu didasarkan atas kunjungan utusan PBB, Palang Merah Internasional, Palang Merah Korut, Bulan Sabit Merah serta kelompok non-pemerintah ke daerah yang terkena dampak.

Kantor berita Korut, KCNA menyebutkan dalam laporannya pada Minggu 11 September waktu setempat, fenomena iklim yang terburuk dalam 70 tahun terakhir telah menyebabkan kerugian besar. Proses pemulihan kini tengah bergulir.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.