Sukses

10 Penyakit Mematikan yang Punah Kini Kembali Hantui Manusia

Ada beberapa faktor penyebaran, misalnya globalisasi, teknologi, dan gerakan anti-vaksin. Wabah ini bukan hanya terjadi di daerah terpencil.

Liputan6.com, New York - Dengan pengobatan modern, kita seringkali menjadi terlalu percaya diri karena merasa bisa menyembuhkan segala jenis penyakit.

Tapi, beberapa wabah terkini menunjukkan bahwa kita tidak sedemikian aman. Penyakit-penyakit yang diduga sudah punah ternyata masih bisa datang kembali.

Ada beberapa faktor penyebaran, misalnya globalisasi, teknologi, dan gerakan anti-vaksin. Wabah ini bukan hanya terjadi di daerah terpencil negara miskin, tapi bahkan di negara maju seperti Amerika Serikat.

Dikutip dari listverse.com pada Kamis (22/9/2016), berikut adalah 10 penyakit masa lalu yang kembali ‘menghantui’ peradaban manusia masa kini:

1. Leptospirosis

(Sumber HealthMap)

Pada 2009, Filipina mengalami bencana berganda. Pertama adalah badai tropis Ketsana dan kemudian oleh “demam tikus” yang menewaskan 157 orang.

Leptospirosis adalah penyakit oleh bakteri yang menyebar melalui urine hewan. Air banjir yang hangat setelah serbuan Ketsana menjadi tempat ideal untuk berkembang biak.

Gejalanya termasuk pusing, demam, kegagalan ginjal, dan pendarahan paru-paru. Angka kematiannya antara 5 dan 10 persen, bahkan bisa lebih. Pada wabah 2015 di Mumbai, India, angka kematian mencapai 33 persen.

Penyakit ini bukan hanya penyakit banjir tropis. Anjing di Amerika Serikat pun terkena. Pada 2015, leptospirosis pada anjing merebak di Calfornia dan Colorado.

Pada 2009, penyakit ini melanda singa laut di pantai Oregon. Ternyata rakun menjadi pembawa utama. Namun, di perkotaan, hingga 90 persen tikus kota membawa bakteri ini.

2. Sipilis

(Sumber listverse.com)

Kota Las Vegas baru saja mengalami lonjakan infeksi sipilis, suatu penyakit oleh bakteri yang hadir dalam beberapa tingkatan.

Pada awalnya, sipilis bisa disembuhkan dengan penisilin. Tapi, jika dibiarkan, tahap berikutnya menunjukkan gejala yang mengerikan misalnya tidak mampu mengendalikan otot, demensia, ruam, kebutaan, dan kematian.

Para peneliti mempersalahkan perilaku seksual sebagai bangkitnya sipilis, misalnya dengan kehadiran aplikasi kencan pada telepon pintar. Orang bisa dengan mudah mencari pasangan seks sembarangan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Campak hingga Tifoid

3. Campak

(Sumber listverse.com)

Pada 2000, Amerika Serikat menyatakan diri bebas dari campak, tapi, pada 2014, terjadi wabah besar di Disneyland California. Ada 84 orang dari 14 negara bagian yang terinfeksi. Hingga 2016, ada 22 kasus di Arizona.

Angka ini 2 kali angka penularan di AS. Penyakit ini bisa mengakibatkan pembengkakan selaput otak, kebutaan, dan kematian.

Kembalinya penyakit ini karena 2 faktor, yaitu infeksi dari luar negeri dan gerakan anti vaksin. Campak menghinggapi 22 juta orang di seluruh dunia tiap tahunnya. Wabah terkini di AS ditelusuri bermula di Tempat Tahanan Eloy, Arizona.

Mulai 1960, AS telah membasmi campak melalui program vaksinasi. Tapi sekarang banyak yang menolak pencegahan ini. Ketika orang terinfeksi mengadakan kontak dengan populasi tak bervaksin, akibatnya bisa menjadi bencana.

4. Difteri

(Sumber healthline.com)

Pada 2015, Spanyol mengalami lagi kasus difteri setelah 28 tahun. Korbannya adalah anak berusia 8 tahun dari Catalonia. Vaksin dibagikan gratis di Spanyol, tapi orangtuanya menolak melakukan vaksinasi anaknya. Pada Abad ke-16 dan 17, difteri menyerbu semenanjung Iberia.

Penyebabnya adalah Cornynebacterium diphtheriea dan biasanya menyasar anak kecil atau orang berusia di atas 60 tahun. Penyakit ini merenggut nyawa 1 orang di antara 10 penderitanya.

Bakteri ini memiliki racun yang membunuh jaringan tubuh manusia, sehingga bisa membunuh selaput pelapis tenggorokan. Hal itu menyulitkan pernafasan maupun menelan.

Racun itu bisa memasuki aliran arah dan menyerang organ-organ dalam.

5. Demam Tifoid

(Sumber CDC)

Demam tifoid adalah penyakit mematikan oleh bakteri dan berkaitan dengan salmonella melalui makanan. Setiap tahun ada 16 hingga 30 juta kasus, dengan angka kematian sekitar 600 ribu orang.

Penyakit ini kerap muncul di negara berkembang dengan tingginya kerapatan penduduk dan sanitasi yang tidak memadai.

Demam ini biasanya menular dari makanan atau air minum terkontaminasi. Gejalanya termasuk demam tinggi, nyeri perut, pusing, dan mual.

Penyakit ini jamak di antara anak-anak dan memiliki tingkat kematian tinggi pada anak-anak. Penyakit ini biasa diatasi dengan sanitasi yang lebih baik, air minum yang aman, dan peningkatan higiene.

3 dari 4 halaman

Polio hingga Lepra

6. Polio

(Sumber The Atlantic)

Benua Amerika, Eropa, Pasifik Barat dan Asia Tenggara semuanya sudah dinyatakan bebas polio oleh Badan Kesehatan PBB (WHO), sehingga polio seakan-akan hal di masa lalu.

Ketika WHO sedang akan menyatakan Afrika bebas polio, muncul 2 kasus di Nigeria, yaitu di negara bagian Borno yang dikuasai oleh Boko Haram. Petugas kesehatan tidak bisa leluasa memberi vaksinasi kepada penduduk, dan baru dilakukan setelah Boko Haram pergi.

Afghanistan dan Pakistan juga mengalami wabah. Demikian juga dengan Ukraina. Tapi, wabah lebih karena kuman penyebabnya berbeda dari yang bisa dibasmi oleh vaksinnya.

7. Sampar/Pes

(Sumber CDC via CNN)

Penyakit pes itu mengerikan. Gejalanya termasuk demam, nyeri bagian perut, pembengkakan kelenjar limfa dan demam. Penyakit pes menjadi penyebab Maut Hitam pada Abad ke-13 dan membunuh 60 persen penduduk Eropa.

Wabah di Abad ke-19 telah membunuh sekitar 10 juta orang. Kasus fatal terkini menyebabkan pihak berwenang China melakukan karantina seluruh kota Yumen. Tahun lalu, wabah merebak di Madagaskar dan menewaskan 39 orang.

Yersinia pestis adalah bakteri penyebabnya dan bisa disembuhkan dengan antibiotik. Penanganan dini mengurangi angka kematian hingga 16 persen. Tapi, jika dibiarkan, angka kematian bisa setinggi 93 persen.

Gawatnya, sudah ada jenis bakteri yang kebal antibiotik.

8. Lepra

(Sumber listverse.com)

Secara resmi, nama penyakit ini adalah penyakit Hansen’s. Penderitanya bisa cacat, buta, atau bahkan meninggal. Banyak yang menganggapnya penyakit dari masa lalu, tapi lepra masih bertahan.

Banyak yang menyangka bahwa penyakit ini tertular akibat paparan di pelosok-pelosok dunia, tempat lazimnya lepra. Tapi, suatu penelitian terkini membuktikan bahwa infeksi di AS dibawa oleh hewan armadillo.

Analisis yang dilakukan membenarkan kesamaan genetik jenis bakteri pada armadillo dan manusia. Untunglah, penyakit ini bisa disembuhkan dengan antibiotik jika ditangani sejak awal.

4 dari 4 halaman

Demam Berdarah dan Kolera

9. Demam Berdarah

(Sumber listverse.com)

Demam berdarah menyerbu kawasan tropis. Penyakit ini dibawa oleh nyamuk dan memberikan gejala seperti demam, nyeri persendian, dan mungkin kematian.

Pada 2016, seorang remaja perempuan dari Karachi, Pakistan, meninggal dunia karena penyakit ini. Itu adalah kematian ke empat di Pakistan dalam wabah terkini. Pada 2015, ada 40 kematian akibat demam berdarah di Pakistan.

Di seluruh dunia, angka kematiannya hampir mencapai 20 ribu orang, bahkan termasuk di Amerika Serikat.

Setelah dikembangkan selama 20 tahun, vaksin Dengvaxia diluncurkan. Ternyata, vaksin itu malah sama jahatnya dengan penyakitnya.

Demam berdarah bekerja dengan peningkatan yang bergantung kepada antibodi. Antibodi yang dikembangkan dari paparan pertama bukan sekedar tak berguna, tapi malah membantu virusnya untuk serangan ke dua.

Jadi, harus hati-hati memberikan vaksin. Paling efektif jika diberikan kepada orang yang sudah pernah terjangkit.

10. Kolera

(Sumber wbur.org)

Kolera adalah diare yang mematikan. Sebelum 2010, Haiti tidak pernah mengalami kolera selama 100 tahun. Mendadak, penyakitnya merebak di sungai Meille. Ada 400 pasukan PBB tinggal di sana, mereka berasal dari Nepal yang saat itu dilanda krisis kolera.

Tinja dari markas pasukan hanyut ke suatu bagian Meille. Pihak PBB kemudian meminta maaf secara resmi karena kematian 10 ribu orang dalam wabah itu.

PBB bisa mengurangi 91 persen penularan jika menangani pasukan penjaga perdamaian mereka dengan biaya hanya Rp 13 ribu per orang. Wabah Haiti masih belum terkendali.

Korea Selatan juga mengalami infeksi kolera dalam negeri yang muncul setelah 15 tahun. Pada Abad ke-19, penyakit ini menghantam wilayah tersebut dan menewaskan sekitar 400 ribu orang -- setara dengan setengah jumlah penduduk saat itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.