Sukses

Di Markas PBB, Aung San Suu Kyi Akhirnya Bicara Soal Rohingya

Aung Suu Kyi sempat mendapat kritik karena tak mau bicara soal masalah Rohingya.

Liputan6.com, New York - Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi menyampaikan pidato di depang Sidang Majelis Umum PBB di New York. Dalam kesempatan tersebut ia menyampaikan bagaimana negaranya mencoba memecahkan masalah Rohingya.

Dia menegaskan, sudah ada tindakan dan upaya yang dilakukan Myanmar untuk menangani masalah yang jadi sorotan dunia tersebut.

Namun, menurut dia, penanganan persoalan masalah ini tak bisa diselesaikan dengan mudah. Butuh proses yang memakan waktu.

"Kami tidak takut atas pengawasan internasional, tapi kami minta pengertiannya dan kontribusi konstruktif dari komunitas internasional," ucap Suu Kyi di New York, Kamis (22/9/2016).

"Kami berkomitmen untuk mencari solusi permanen yang dapat membawa kami dalam perdamaian, stabilitas serta pembangunan untuk semua komunitas di Myanmar," sambung dia.

Suu Kyi menjelaskan, pendekatan yang dipakai pemerintah adalah penyelesaian masalah secara menyeluruh. Sehingga pembangunan di semua komunitas bisa dimengerti semua pihak.

Ia pun menjelaskan saat ini, di negara bagian tempat di mana komunitas Rohingya berada, Rakhine sudah dibangun Komisi Penasehat. Komisi yang didirikan mantan Sekjen PBB Kofi Annan ini ditujukan untuk membantu penanganan masalah keamanan dan hak dasar.

Pembangunan komisi tersebut, tak dipungkiri mendapat tentangan dari pihak-pihak internal Myanmar. Namun, pemerintah mengacuhkannya dan terus mempertahankan keberadaannya demi membangun perdamaian di Rakhine.

"Dengan sikap teguh kami melawan semua prasangka dan intoleransi, kami menegaskan kembali pada keyakinan kami serta HAM untuk mempertahankan martabat dan nilai manusia," ucapnya.

Untuk itu, Suu Kyi menegaskan pembangunan serta menciptakan lapangan kerja baru adalah prioritas pemerintah Myanmar di Rakhine.

"Wilayah Rakhine serta warga Muslim di sana hidup berkekurangan, dan kami ingin semua orang di sana dalam keadaan aman," ujar Suu Kyi.

"Apa yang telah kami coba lakukan ialah menemukan cara mengakhiri ketegangan komunal dan mencari cara mengakhiri semua perselisihan yang ada," pungkasnya.

Sebelum menjadi State Counsellor, Suu Kyi menerima kritik tajam dari dunia internasional. Tak mau berbicara banyak dan terkesan acuh atas masalah Rohingya lah penyebabnya.

Padahal masalah ini sama sekali tak bisa diacuhkan. Sebab sejak perselisihan antar komunitas pecah, 125 ribu warga kehilangan rumahnya dan kurang lebih 100 orang terbunuh.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini