Sukses

20-9-1519: Pria Melayu Ini Orang Pertama yang Mengelilingi Bumi?

Enrique of Malacca adalah budak milik Ferdinand Magellan, yang merancang ekspedisi keliling dunia pada 1519.

Liputan6.com, Jakarta - Hari itu, 20 September 1519, sebuah armada besar diberangkatkan dari Spanyol. Terdiri atas lima kapal dan 270 kelasi, mereka mengarah ke kepulauan rempah-rempah di lokasi yang kini bernama Indonesia.

Rempah-rempah adalah komoditi mahal yang diidam-idamkan bangsa Eropa, untuk menyedapkan masakan mereka yang cenderung hambar sekaligus menghangatkan tubuh kala musim dingin.

Tujuan lain, sang pemimpin ekspedisi Ferdinand Magellan berharap bisa menunjukkan bahwa manusia bisa berlayar keliling dunia -- sekaligus membuktikan sesuatu yang baru sekadar teori pada masanya: bahwa Bumi itu bulat.

Ambisi Magellan didorong oleh keberhasilan para petualang terdahulu, Christopher Columbus dan Vasco Nunez de Balboa, juga pendanaan penuh dari Raja Spanyol Charles I.

Ia juga punya 'amunisi' lain, dalam bentuk seorang manusia. Namanya, Enrique de Malacca atau Henrique dalam Bahasa Portugis. Nama asli pria itu misterius, hilang dari catatan sejarah.

Enrique berada di sisi Magellan sejak 1511. Sang pelaut mendapatkannya sebagai rampasan perang dari Malaka. Dijadikan budak.

Antonio Pigafetta, seorang terdidik yang ikut dalam ekspedisi Magellan menulis, Enrique adalah awak penting dalam armada.

Ia menyebut, budak itu bahkan menjadi salah satu alasan Magellan bisa meyakinkan Raja Spanyol untuk mendanai ekspedisi. "Raja terpesona oleh warna kulit Enrique dan kemampuannya untuk berbicara beberapa bahasa yang berbeda dengan lancar," demikian Liputan6.com kutip dari situs Today I Found Out, Senin (19/9/2016).

Ada sejumlah bukti signifikan bahwa Enrique berasal dari Malaka -- seperti yang tertera dalam surat wasiat Magellan. Atau, bisa jadi ia berasal dari wilayah yang tak jauh dari sana, Sumatera. Sementara, versi lain menyebut, ia dari Maluku. Entah mana yang benar.

Enrique of Malacca atau dikenal sebagai Panglima Awang ikut dalam ekspedisi Ferdinand Magellan (Wikipedia)

Dari lima kapal yang berangkat dari Spanyol, hanya tiga berhasil sampai ke Samudera Pasifik atau Mar Pacifico --nama yang diberikan oleh Magellan.

Satu kapal hilang dalam sebuah upaya pemberontakan ketika armada itu sedang melintasi Amerika Selatan, lainnya hilang tatkala berlayar mengarungi apa yang kini disebut Selat Magellan.

Namun, sang pemimpin ekspedisi tak sampai memenuhi ambisinya. Magellan tewas di Filipina pada 27 April 1521, terjebak dalam pertikaian dengan suku lokal. Ia tak pernah tiba di Malaka -- yang bisa membuatnya dijuluki manusia pertama yang mengelilingi dunia.

Gelar itu mungkin jatuh pada budaknya, Enrique of Malacca, meski belum jelas apakah ia menyelesaikan setidaknya 1.000 mil sisa perjalanan yang harus ditempuh.

Namun, ada bukti yang mengatakan bahwa Enrique bertindak sebagai penerjemah untuk awak yang tersisa di sekitar kawasan Indonesia.

Jika benar itu terjadi, maka Enrique tinggal selangkah lagi mencapai kampung halamannya, tanah Malaka, melengkapi lingkar kembaranya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Panglima Awang

Berdasarkan wasiat Magellan, Enrique harus dibebaskan dan mendapatkan warisan 100 ribu maravedis atau koin Spanyol.

Namun, kapten Kapal Santiago, Juan Serrano memutuskan untuk mengabaikannya. Enrique tetap dijadikan budak.

Bisa jadi Santiago memutuskan itu dengan pertimbangan ekspedisi yang tersisa masih membutuhkan penerjemah -- saat kapal mereka mendekati kampung halaman sang budak.

Empat hari setelah kematian Magellan, di pulau yang diduga Cebu, Enrique menjalankan tugasnya sebagai penerjemah. Namun, ia diduga punya niat tersembunyi.

Ferdinand Maggelan tewas di Filipina pada 27  April 1521 (Wikipedia)

Kepada Raja Humabon, konon ia mengatakan bahwa Bangsa Eropa akan memperbudak sang pemimpin beserta rakyatnya -- seperti apa yang telah mereka lakukan terhadap Enrique.

Maka, raja pun mengundang para awak dan komandan kapal untuk makan malam. Saat itu, Antonio Pigafetta memilih tetap berada dalam kapal karena luka-luka yang dialaminya.

Kemudian hal aneh terjadi. Teriakan dan ratapan terdengar dari kejauhan. Curiga, para awak yang ada di kapal segera membongkar sauh, melontarkan mortar ke arah pemukiman, dan siap-siap berlayar pergi.

Kala itulah, menurut Pigafetta, mereka melihat Juan Seranno dalam kondisi terluka parah dan penuh darah. "Ia mengatakan, semua orang tewas kecuali penerjemah."

Meski telah mengiba agar dibolehkan naik kapal, Juan Serrano ditinggalkan di pulau itu. "Aku tak tahu apakah ia tewas atau hidup," tulis Pigafetta.

Diduga Enrique berhasil membalas dendam pada Seranno yang telah menyangkal kebebasannya.

Seandainya ia tetap hidup dan berhubungan baik dengan penduduk asli, Enrique bisa diduga pulang ke kampung halamannya. Masalahnya, tak ada bukti yang terdokumentasi soal itu.

Bahwa Enrique de Malacca atau Panglima Awang mungkin jadi manusia pertama yang mengelilingi Bumi juga diutarakan sejarawan Universitas Harvard, Dr Joyce Chaplin.

Sejarawan dan Profesor di Universitas Harvard, Dr. Joyce E. Chaplin  (VOA)

"Sebenarnya, mungkin orang pertama yang berkeliling dunia adalah seorang pria Muslim, seorang budak yang hanya kita ketahui bernama Enrique de Malacca, milik Ferdinand Magellan, yang diperolehnya selama perang di Malaka," kata dia seperti dikutip dari VOA.

Dia menambahkan, Magellan membawanya dari Spanyol, berharap Enrique bertindak sebagai penerjemah dan pemandu di beberapa wilayah tertentu di Asia.

Soal keyakinan Enrique masih jadi perdebatan. Sebab, dalam wasiat Magellan, budak itu disebut beragama Kristiani.

Apa pun, kapal yang dinakhodai Juan Sebastian Elcano menjadi satu-satunya yang berhasil pulang ke Spanyol setelah berkeliling dunia. Mereka berlabuh pada 6 September 1522 sekitar tiga tahun setelah keberangkatan awal mereka. Hanya 18 awak yang tersisa.

Selain awal ekspedisi Ferdinand Magellan, tanggal 20 September memiliki arti dalam sejarah karena sejumlah alasan.

Pada 1984 bom bunuh diri meledakkan diri di dalam mobil. Serangan ke Kedutaan Besar AS di Beirut, Lebanon itu menewaskan 22 orang.

Sementara pada 2008, truk sampah penuh bahan peledak diledakkan di depan Hotel Marriott di Islamabad, menewaskan 54 orang dan melukai 266 lainnya.

Dan, pada 20 September 2011, militer AS mengakhiri kebijakan 'Don't ask, don't tell' dan membolehkan kaum homoseksual untuk menunjukkan jati dirinya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.