Sukses

Bocah 12 Tahun Asal Indonesia Jadi Mahasiswa Termuda di Kanada

Menurut penjelasan sang ibu, Diki sudah bisa berbicara saat berusia 6 bulan 17 hari.

Liputan6.com, Ontario - Di usianya yang baru menginjak 12 tahun, terbilang masih sangat muda, bocah bernama Cendikiawan Suryaatmadja itu berhasil mendapatkan kesempatan untuk belajar di salah satu universitas ternama di Kanada.

Setelah menamatkan jenjang pendidikan menengah atas di Indonesia, bocah yang kerap disapa Diki itu kini tengah bersiap-siap untuk memulai kehidupan barunya sebagai seorang mahasiswa di usia 12 tahun.

Seperti dikutip dari berbagai sumber, Jumat (2/9/2016), bocah yang belajar bahasa Inggris secara autodidak itu menjadi mahasiswa termuda Jurusan Fisika di Universitas Waterloo (UW), Ontario, Kanada.

"Aku merasa senang dan sedikit cemas dengan perubahan budaya yang akan kualami," kata bocah yang menyelesaikan sekolah wajib 12 tahunnya kurang dari waktu yang telah ditentukan.

Menurut keterangan salah seorang karyawan administrasi penerimaan mahasiswa baru UW, Andre Jardin, mereka sangat senang sekali dapat menerima bocah jenius ber-IQ 189 itu sebagai mahasiswa termuda yang pernah ada di UW.

"Dia sangat bertalenta dan dianugerahi kemampuan khusus. Kami ingin melihat dia menjadi sukses," kata Jardin.

Bocah yang menamatkan SD dalam waktu tiga tahun itu bercita-cita untuk menciptakan energi "bersih" untuk menolong dunia.

"Alasanku tertarik pada fisika adalah karena fisika merupakan sebuah ilmu yang dapat mengubah dunia," kata bocah yang mulai tertarik pada ilmu itu pada usia 9 tahun.

Selain itu, Diki juga suka mengamati pola dan merenungkan alam.

Pihak UW memberikan beasiswa tersebut kepada Diki karena kepintaran dan kecerdasan yang dimilikinya.

Diki diterima di Waterloo sebagai mahasiswa undangan Jurusan Fisika. Dia juga akan mempelajari matematika, kimia, dan ekonomi.

Kampus Jurusan Fisika UW (University of Waterloo Press)

Bocah yang pernah mengikuti Olimpiade Fisika pada usia 11 tahun itu tidak akan tinggal di asrama kampus. Diki akan tinggal bersama dengan keluarganya.

Pihak universitas mengatakan, mereka akan membantu mahasiswa undangan tersebut, untuk beradaptasi dengan lingkungan kampus.

"Mahasiswa di sini rata-rata berusia 17 tahun ke atas. Mereka mengetahui ada bocah yang diterima di kampus ini. Kini tinggal bagaimana mereka menanggapi hal tersebut," ucap Jardin.

"Karena usianya masih 12 tahun, kami berpikir untuk memberikan bimbingan," ucap dia menambahkan.

Komite penerimaan murid baru itu juga mengatakan bahwa Diki kemungkinan akan berhubungan langsung dengan pembimbing akademik, dan juga akan dimentori oleh kakak kelasnya.

"Kami hanya ingin memastikan dia berinteraksi sosial dengan baik, mendapatkan pengalaman, dan menjadi sukses, seperti mahasiswa lainnya," kata Jardin.

Saat melakukan wawancara dengan pihak universitas, Diki berhasil membuat mereka kagum dengan kemampuan matematika dan pola pikirnya yang menunjukkan kedewasaan, kecerdasan, dan dukungan keluarga.

"Secara akademik, dia sangat siap. Kami hanya perlu menghadapi kenyataan bahwa dia masih bocah, 12 tahun!" ujar dia.

Jardin mengatakan staf penerimaan universitas memutuskan untuk menerima Diki tanpa berpikir panjang tentang usia dan jenis kelaminnya.

Mereka baru menyadari bahwa calon mahasiswa baru mereka itu adalah seorang bocah ingusan, semuanya sudah terlambat. Diki telah diterima di universitas itu.

"Dia memiliki prestasi yang fenomenal. Beberapa prestasinya bahkan lebih tinggi dari mahasiswa yang diterima tahun ini," kata Jardin.

Diki tiba di Kanada bersama dengan orangtuanya sekitar dua minggu yang lalu. Menurut bocah itu orang-orang di lingkungan barunya sangat ramah.

"Orang-orangnya ramah, dapat dipercaya, dan sopan," kata bocah genius itu mengutarakan kesan pertama terhadap negara yang akan menjadi rumahnya selama beberapa tahun ke depan.

Walaupun begitu, Diki mengaku agak sedikit gugup menanti kedatangan musim dingin. Bocah yang menyukai kegiatan di luar ruangan itu khawatir cuaca dingin akan menghambatnya untuk bermain.

"Aku ingin mencoba ice-skating. Dulu aku pernah melakukannya, tapi selalu saja terjatuh. Kali ini aku akan menggunakan pelindung tubuh," kata bocah 12 tahun itu

Diki mendaftar di University of Waterloo setelah mendapatkan informasi dari temannya. Setelah melakukan penelitian, dia akhirnya memutuskan untuk belajar di kampus itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini