Sukses

3-9-2004: Akhir 'Drama' Penyanderaan yang Renggut 200 Nyawa

Mereka yang selamat dari pertumpahan darah menceritakan diperintah untuk melucuti pakaian, lalu dipaksa untuk minum air seni.

Liputan6.com, Jakarta Hari itu, 3 September 2004, sekelompok pria dan wanita bertopeng mengenakan sabuk berisi bahan peledak, menyerbu ke sekolah di Rusia, menembaki orang-orang di halamannya.

Kala itu murid-murid tengah berkumpul untuk upacara yang menandai awal tahun ajaran baru.

Para penyerang mengancam akan meledakkan sekolah jika pasukan keamanan menyerbu gedung. Anak-anak pun ditempatkan di jendela, dijadikan sebagai perisai hidup.

Mereka menyandera orang-orang di bangunan sekolah tersebut 3 hari lamanya. Dalam pembicaraan pada 3 September antara pemberontak dan mantan pemimpin Ingushetia, Ruslan Aushev, disepakati pembebasan 26 perempuan dan anak-anak.

Menurut laporan dari kantor berita Itar-Tass, para penyerang menuntut pembebasan anggotanya yang ditahan di Ingushetia pada bulan Juni usai melakukan serangan di kawasan itu.

Perjanjian awal dengan pemberontak juga termasuk pengiriman kendaraan evakuasi jasad korban tewas dalam serangan pertama.

Lalu, tentara bersenjata berat mulai berlari ke arah gedung. Dua ledakan keras terdengar, diikuti rentetan tembakan senjata otomatis.

Sekelompok anak-anak, beberapa berlumuran darah, melarikan diri dari sekolah dalam kondisi kebingungan. Para penyandera sengaja menembaki mereka yang berlari dari gedung yang terletak di Beslan itu. 

Warga lokal mengeroyok salah satu pemberontak yang keluar dari gedung, memukul dan menendangnya, hingga ia akhirnya diselamatkan oleh polisi.

Penembakan itu berlangsung selama beberapa jam. Laporan mengatakan tumpukan jenazah bisa dilihat di dalam gym sekolah.

Sekitar pukul 19.40 waktu setempat, pasukan khusus mengatakan operasi mereka untuk mengamankan sekolah itu selesai.

Korban tewas kembali jatuh akibat bom bunuh diri wanita yang meledakkan diri di tengah-tengah gym yang ramai. Lebih dari 1.000 orang diyakini berada di area tersebut.

Lebih dari 200 orang diketahui meninggal setelah tragedi berdarah itu.

"Sebagian besar penyandera terbunuh atau ditangkap," laporan televisi Rusia seperti dikutip dari BBC on This Day.

Ratusan orang telah dibawa ke rumah sakit, kebanyakan dari mereka adalah murid di Beslan School Number One, yang berada di Ossetia Utara, Republik Rusia.

Korban yang selamat pertumpahan darah menceritakan bagaimana mereka diperintahkan untuk melucuti pakaian, lalu dipaksa untuk minum air kencing, sendiri karena kurangnya pasokan air.

Serangan itu terjadi setelah bomber meledakkan diri di dua pesawat sipil Rusia pada Agustus 2004 -- menuntut balas atas kematian seorang wanita Chechnya. Tiga bulan sebelumnya, para pemberontak membunuh presiden Chechnya pro-Rusia, Akhmad Kadyrov.

Pada tanggal yang sama tahun 1998, terjadi kecelakaan pesawat Swissair yang terbang dari New York ke Jenewa. Sebanyak 229 orang yang ada di dalamnya tewas saat kapal terbang itu jatuh di laut di lepas pantai Nova Scotia, sekitar satu jam setelah lepas landas.

Sementara pada 3 September 1984, topan besar melanda Surigao del Norte, Filipina. Sebanyak 1.300 orang dilaporkan meninggal dunia. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.