Sukses

Ayah Bocah yang Eksekusi Tahanan di Video ISIS: Itu Anakku . . .

Sang ayah mengatakan dia tidak pernah lagi bertemu anaknya sejak 3 tahun yang lalu. Dia terkejut melihat rekaman eksekusi tawanan ISIS itu.

Liputan6.com, Damaskus - Seorang ayah dari bocah laki-laki yang 'dilarikan' sang ibu ke Suriah, terkejut menyaksikan sebuah video ISIS terbaru. Dalam rekaman itu, ia mengklaim salah satu dari bocah ISIS adalah anaknya.  

Menurut laporan yang dikutip dari Daily Mail, Minggu (28/8/2016), pria yang belum bertemu dengan putranya selama 3 tahun terakhir itu mengatakan, anaknya 'dicuci otak' oleh sang ibu, Sally Jones, untuk bergabung dengan kelompok teroris.

Setelah menyaksikan rekaman propaganda ISIS mengeksekusi prajurit Kurdi, ayah yang tidak disebutkan namanya itu kini merasa yakin bahwa putranya berada di antara salah satu bocah 'pion' kelompok teror itu sedang melakukan eksekusi tawanan.

"Salah satu dari mereka, dia anakku," ucap sang ayah. 

"Dia cerdas, layaknya anak lak-laki normal seusianya -- selalu mengejar serangga, bermain di taman. Aku bahkan harus menghadangnya. Masa sulit, kami harus terus bertahan. Sangat mengerikan karena dia telah dicuci otak," kata ayah yang tak mau disebut namanya. 

Dalam rekaman eksekusi ISIS berdurasi 9 menit tersebut dapat dilihat 5 orang bocah laki-laki mengenakan baju militer dan tutup kepala hitam. Pemuda dua dari kanan dikenali sang ayah sebagai Jojo.

Salah seorang dari mereka dipanggil dengan sebutan Abu Abdullah al-Britani. Al-Britani merupakan nama perang atau nom-de-guerre, digunakan oleh teroris dari Inggris.

Jojo berada di antara 5 algojo muda ISIS (Dailymail.com)

Setelah berbicara dalam bahasa Arab, kelima anak tersebut mengangkat pistol mereka, menodongkan ke kepala tawanan, dan menembaknya.

Sally Jones (47), dari Chatham, Kent, sebuah kota di Inggris, merupakan seorang teroris buronan paling diincar oleh PBB, setelah dia kabur ke Suriah dengan anak bungsunya, Jojo (10) pada 2013.

Jones melahirkan Jojo di Kent, Inggris, pada 2004 dan berpisah dengan ayah bocah itu tak lama setelah itu.

"Sally mengirimkan pesan memuakkan kepada dia (ayah Jojo). Dia bahkan mengancam akan membawa Jojo ke wilayah kekuasaan ISIS dan meninggalkannya disana. Sangat mengerikan," kata seorang yang dekat dengan ayah Jojo.

Setelah bercerai Jones menikahi seorang pemuda dari kelompok radikal -- lebih muda 25 tahun darinya. Perempuan 47 tahun itu lalu mengganti nama Jojo menjadi Hamza dan mereka bertiga pindah ke Suriah.

Jones menjadi pengantin ISIS pada 2013 setelah menikahi Junaid Hussain (Dailymail.com)

"Jojo merupakan seorang anak periang, penyayang, peduli, sensitif, dan menyenangkan. Aku sangat marah karena Sally membawa anak tak berdosa yang belum tahu mana benar dan buruk. Anak-anak bisa dengan mudah dimanipulasi. Dia masih polos, aku ingin tahu kenapa ibunya membuat dia berada dalam bahaya, " ujar orang yang tidak disebutkan namanya itu.

Menurut organisasi anti-ekstremis Quilliam Foundation, setidaknya 50 anak kelahiran Inggris kini tinggal di daerah kekuasaan ISIS, walaupun hanya sedikit dari mereka merupakan keturunan kulit putih asli.

Semasa mudanya, ketika berusia 20-an Jones merupakan seorang gitaris dalam grup band wanita, Krunch.

Ketika berusia 30-an dia memiliki kekasih bernama Jonathan. Namun, setelah mereka memiliki anak, menurut laporan tetangga Jonathan bunuh diri.

Jones lalu pindah ke sebuah rumah dua kamar di Chatham, Kent. Tetangganya menyatakan dia menjalani beberapa hubungan tidak sehat dan menjadi pencandu narkoba.

Pada 2013 dia menikahi Junaid Hussain, seorang pembajak dan anggota ISIS berusia 20-an. Setelah pindah ke Suriah, Junaid kemudian tewas dalam serangan drone AS pad 2015.

Di tahun yang sama, setelah kematian suaminya, Jones mem-posting pesan mengerikan di dunia maya. Perempuan itu berpose dalam sebuah foto, memegang senjata AK-47 dan mengenakan pakaian hitam dengan kerundung putih.

Dengan menggunakan nama Umm Hussain al-Britani, dia mengatakan akan membantai umat Kristen dengan menggunakan pisau dan menjunjung Osama Bin Laden.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.