Sukses

Wamendagri Bolivia Dipukuli Pengunjuk Rasa hingga Tewas

Protes yang dilakukan oleh penambang di Boliva gencar dilakukan dalam seminggu terakhir. Mereka meminta perubahan undang-undang.

Liputan6.com, La Paz - Seorang pejabat tinggi Bolivia dipukuli hingga tewas oleh sekelompok penambang yang sedang menggelar unjuk rasa. Sebelumnya, korban diculik.

Rodolfo Illanes, wakil menteri dalam negeri (wamendagri), memutuskan untuk berdialog dengan para pengunjuk rasa pada Kamis, 25 Agustus di Panduro. Kota itu terletak 160 kilometer dari ibu kota, La Paz. Namun, dalam perjalanannya, rombongan itu dicegat oleh sekolompok penambang. Rodolfo Illanes diculik.

"Sekarang ini, seluruh indikasi meruncing bahwa Wamendagri Rodolfo Illanes secara brutal dibunuh oleh sekelompok pengecut," kata menteri pemerintahan Carlos Romero seperti dilansir The Guardian, Juma (26/8/2016). Kini pemerintah mencoba untuk mengambil jasadnya.

Menurut menteri pertahanan, Reymi Ferreira, Illanes dipukuli hingga tewas oleh para penambang.

Wamendagri Bolivia Rodolfo Illanes (Reuters)

"Asisten Illanes berhasil kabur dari para penculik yang menyiksanya. Kini ia dirawat di rumah sakit," kata Ferreira.

"Kejahatan ini jelas akan dihukum berat. Pihak otoritas keamanan telah menginvestigasi kasus ini. Sekitar 100 orang telah ditangkap," ujarnya.

Sementara itu, Moises Flores, direktur stasiun radio tambang, mengatakan, "Kami bisa melihat jasad Wamendagri Illanes. Kolega kami mengatakan ia tewas akibat pukulan."

Protes yang dilakukan oleh penambang di Boliva gencar dilakukan dalam seminggu terakhir. Mereka meminta perubahan undang-undang. Namun, unjuk rasa makin brutal.

Setelah menutup jalan tol pada pekan lalu, dua orang tewas pada Rabu, sementara 17 polisi terluka.

Federasi Nasional Pertambangan Bolivia (Fencomin), yang dulu pernah menjadi sekutu kuat presiden sayap kiri, Evo Morales, melakukan protes yang tak kunjung usai setelah negosiasi undang-undang pertambangan gagal.

Para pengunjuk rasa sebelumnya menuntut konsesi pertambangan yang lebih luas, hak untuk bekerja untuk perusahaan swasta, dan kesempatan membentuk perwakilan serikat pekerja yang lebih besar.

Sebagian besar penambang di Bolivia, salah satu negara termiskin di Amerika Selatan, bekerja di koperasi pemerintah. Mereka menggantungkan hidup pada produksi perak, timah, dan seng. Hanya sedikit perusahaan pertambangan milik asing di sana, tidak seperti di negara tetangga Peru dan Chile.

Gas alam menyumbang untuk kira-kira setengah dari total ekspor Bolivia. Morales, mantan petani cokelat, menasionalisasikan sektor sumber daya Bolivia setelah berkuasa pada tahun 2006. Awalnya tindakan itu menuai pujian karena memberikan manfaat dalam bentuk program-program kesejahteraan dan meningkatkan pembangunan.

Tapi tuduhan kronisme dan otoritarianisme merongrong pemerintahannya dalam beberapa tahun terakhir, dan bahkan serikat yang pernah menjadi pendukung intinya berpaling menyusul harga produk tambang yang jatuh.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.