Sukses

Kesiapan Pemerintah Italia Merespons Bencana Gempa Dipertanyakan

Menurut para ahli, 70 persen bangunan di Italia tidak dibangun dengan standar anti-gempa.

Liputan6.com, Roma - Proses evakuasi terhadap korban musibah gempa Italia berkekuatan 6,2 Skala Richter (SR) masih terus berlangsung. Badan Nasional Perlindungan Sipil Italia menyebutkan saat ini korban tewas setidaknya mencapai 250 orang, sementara sekitar 365 lainnya mendapat perawatan di rumah sakit.

Tingginya jumlah korban tewas membuat berbagai pihak mempertanyakan kesiapan Pemerintah Italia dalam menghadapi gempa. Ini adalah sesuatu yang tidak berlebihan, mengingat selama kurun 40 tahun terakhir negara itu telah dilanda delapan kali lindu dahsyat.

"Di sebuah negara di mana selama 40 tahun terakhir telah mengalami delapan kali gempa menghancurkan...satu-satunya fakta yang kita pelajari adalah bagaimana menyelamatkan nyawa. Kita jauh tertinggal dalam banyak pelajaran," tulis seorang kolumnis, Sergio Rizzio, seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (26/8/2016).

Sementara para ahli memperkirakan sekitar 70 persen bangunan di negeri yang memiliki tim nasional sepak bola dengan julukan Gli Azzurri itu tidak dibangun dengan standar anti-gempa. Mereka juga menyayangkan tidak adanya upaya untuk menerapkan standar anti-gempa pada sejumlah bangunan tua ketika dipugar.

Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi, berjanji akan membangun kembali "kota-kota yang indah dengan kenangan masa lalu yang mengagumkan yang tidak akan pernah berakhir". Namun pernyataannya ini menuai kritik tentang bagaimana mungkin melakukan pembangunan di sebuah kawasan seismik paling berbahaya di Eropa.

Pasca-bencana, pemerintah dikabarkan akan menyiapkan dana sebesar 1 miliar euro untuk meningkatkan kualitas bangunan di wilayah Amatrice, kawasan yang paling parah terkena dampak gempa.

"Di sini, di tengah-tengah kawasan seismik, tidak pernah ada yang dilakukan. Tidak butuh biaya besar untuk membangun gedung, membuatnya menjadi standar anti-gempa, namun jumlah tersebut kurang dari 20 persen dari yang harus dikeluarkan," ujar Dario Nanni, dari Dewan Arsitek Italia.

Nanni menambahkan, dampak gempa diperburuk dengan meluasnya penggunaan beton dibanding balok kayu. "Itulah yang membuat banyak rumah runtuh," ia menjelaskan.

Setidaknya 470 gempa susulan dilaporkan telah mengguncang kawasan pegunungan di Italia tengah. Salah satunya lindu berkekuatan 5,1 SR.

Sejauh ini Amatrice, disebut sebagai daerah terparah terkena dampak gempa. Dari sekitar 250 orang yang tewas, 184 di antaranya berasal dari kota yang dijuluki sebagai kota bersejarah paling indah di Italia pada 2015 lalu.

"Sudah tidak ada lagi sebuah kota. Hati kami hancur, tapi kami akan bangkit," ujar Wali kota Amatrice, Sergio Pirozzi.

Menurut pemerintah masing-masing, seorang warga Spanyol dan lima warga Rumania dilaporkan masuk dalam daftar korban tewas di Amatrice. Namun semuanya belum terkonfirmasi dengan jelas mengingat proses evakuasi masih dilakukan dan pada saat bencana terjadi, kota itu tengah dibanjiri turis dalam rangka liburan musim panas.

Untuk membantu korban gempa, lebih dari 600 restoran di Italia mengumumkan mereka akan menyumbang 2 euro atau sekitar Rp 30 ribu dari harga setiap menu ke Palang Merah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.