Sukses

7 'Ramuan Ajaib' Nenek Moyang yang Secara Ilmiah Terbukti Manjur

Hampir semua budaya memiliki ramuan atau obat rumahan yang resepnya diteruskan turun-temurun secara oral. Ada beberapa yang memang manjur.

Liputan6.com, New York - Selama berabad lamanya selalu ada orang yang mengaku penyakitnya sembuh karena ramuan-ramuan yang sepertinya janggal. Misalnya, kutu rambut pernah dipercaya menjadi penyembuh sakit kuning.

Tentu saja ada beberapa pengobatan yang bisa juga menyembuhkan, walau mungkin tidak secara tuntas.

Dikutip dari Live Science pada Senin (22/8/2016), hampir semua budaya memiliki ramuan atau obat rumahan yang resepnya diteruskan turun-temurun secara oral, demikain menurut Carlyn Beccia Cerniglia yang menulis buku "I Feel Better, with a Frog in my Throat: History's Strangest Cures," (Houghton Mifflin, 2010).

Berikut ini adalah 7 jenis ramuan dan obat rumahan yang ternyata benar-benar mujarab sehingga bahkan menjadi ilham bagi pengobatan modern:

1. Menghilangkan kutu kasur

Hampir semua budaya memiliki ramuan atau obat rumahan yang resepnya diteruskan turun-temurun secara oral. (Sumber Catherine Loudon  (kiri) dan  Megan Szyndler and Catherine Loudon di University of California Irvine (kanan) via Live Science)

Menurut ajaran turun-temurun di Balkan, menyebarkan daun kacang merah di sekitar tempat tidur dapat membantu membasmi kutu kasur dan mencegah penyebaran hewan itu.

Ada dasar ilmiah untuk praktik ini. Menurut penelitian 2013 yang terbit dalam Journal of the Royal Society Interface, 'kait' mikroskopis pada permukaan daun kacang dapat menjebak dan membunuh kutu yang melintasi permukaan daun.

Sekarang, para peneliti sedang mencoba menciptakan versi sintetis permukaan daun itu untuk menghadang kutu kasur agar manusia tidak harus mengandalkan daun. Sebab, ketika mengering, daun itu tidak lagi mujarab.

Foto yang tampil di sini memperlihatkan seekor kutu kasur di atas permukaan daun. Dengan perbesaran, terlihat bagaimana kaki-kaki kutu kasur terjebak oleh 'kait' di atas permukaan daun.

2. 'Susu Kodok'

Hampir semua budaya memiliki ramuan atau obat rumahan yang resepnya diteruskan turun-temurun secara oral. Ada beberapa yang memang manjur. (Sumber Eric Isselee/Shutterstock.com via Live Science)

Menurut hikayat di Rusia, kodok dapat ditaruh di dalam susu supaya cairan itu tidak menjadi masam. Telah banyak data ilmiah yang membuktikan bahwa praktik ini sebenarnya memiliki landasan ilmiah.

Hewan-hewan amfibi menghasilkan sekresi antimikrobial yang menyelimuti kulit mereka, demikian dilaporkan dalam Journal of Proteome Research terbitan 2012. Lapisan cairan inilah yang melindungi kodok dari patogen yang banyak terdapat di tempat-tempat lembab.

Suatu penelitian mengungkapkan bahwa kodok coklat Rusia (Rana temporaria) memiliki 21 zat dengan sifat antibiotik dan menjadi harapan bagi kedokteran, demikian dilaporkan American Chemical Society.

Penelitian 2012 menggali lebih dalam dan menemukan ada 76 zat pada kulit kodok yang dapat memerangi patogen.

Zat-zat sekresi inilah yang menghalau bakteri dan mikroba penyebab masam pada susu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Obat Segala Penyakit

3. Madu

Hampir semua budaya memiliki ramuan atau obat rumahan yang resepnya diteruskan turun-temurun secara oral. Ada beberapa yang memang manjur. (Sumber Billion Photos/Shutterstock.com via Live Science)

Bangsa-bangsa purba di Mesir, China, India, dan Afrika menggunakan madu untuk penyembuhan beragam penyakit, termasuk sariawan, luka bakar, dan amputasi, demikian menurut Michigan State University Alumni Magazine.

Sekarang pun dokter menggunakan madu untuk membantu pemulihan pasien.

Misalnya, jika anak yang batuk diberi madu 30 menit sebelum tidur malam, maka madu tersebut mengurangi serangan batuk dan tingkat keparahannya, demikianlah temuan penelitian dalam jurnal Pediatrics terbitan 2012.

Selain itu, mengolesi madu pada luka dapat membantu penyembuhannya, demikian menurut penelitian 1988 terhadap 59 orang sebagaimana dilaporkan dalam British Journal of Surgery.

4. Bawang Putih

Hampir semua budaya memiliki ramuan atau obat rumahan yang resepnya diteruskan turun-temurun secara oral. Ada beberapa yang memang manjur. (Sumber meaofoto/Shutterstock.com via Live Science)

Ada banyak cerita rakyat yang melibatkan bawang putih. Sejumlah penelitian telah membuktikan khasiatnya.

Sebagai contoh, hikayat di Amerika Serikat memandang bawang putih sebagai pengobatan yang manjur untuk batuk rejan, demikian tertera dalam "Popular Beliefs and Superstitions: A Compendium of American Folklore", (G K Hall & Co., 1981).

Mengunyah sebutir bawang putih mungkin tidak bisa menyembuhkan, tapi ada sejumlah manfaat lain bawang putih.

Bawang putih merupakan senjata antiviral, antijamur, dan antibakteri, demikian menurut Dr. Andrew Weil, kepada Live Science pada 2011.

Ia adalah pendiri dan direktur Arizona Center for Integrative Medicine, bagian dari University of Arizona Health Sciences Center.

Bawang putih yang baru dikeprak mengandung allicin, suatu zat yang dapat membunuh bakteri hanya dengan kontak, kata Weil.

5. Tanaman Anti-nyamuk

Hampir semua budaya memiliki ramuan atau obat rumahan yang resepnya diteruskan turun-temurun secara oral. Ada beberapa yang memang manjur. (Sumber  Radka Palenikova/Shutterstock.com via Live Science)

Salah satu cara gampang untuk mencegah hinggapnya nyamuk adalah dengan melumuri diri dengan remasan daun beautyberry (Callicarpa americana), demikain menurut resep obat rumahan di negara bagian Mississippi.

Memang terdengar merepotkan, tapi hal ini terbukti mujarab, demikian menurut para ilmuwan Departemen Pertanian AS (US Department of Agriculture, USDA).

Tanaman beri ini mengandung 3 zat penghalau nyamuk, yaitu callicarpenal, intermedeol dan spathulenol, demikian menurut temuan para peneliti seperti dilaporkan Science Daily.

Kata Charles Bryson, seorang ahli botani di Agriculture Research Service botanist di Stoneville, Mississippi, mengatakan kepada Science Daily, "Kakek saya memotong sebatang dahan yang berdaun dan meremas daun-daunnya."

"Kemudian, ia dan saudara-saudara lelakinya menyelipkan cabang-cabang pohon itu di tali kekang kuda guna mencegah lalat dan nyamuk mendekat."

"Saya masih kecil, berusia kira-kria 7 atau 8 tahun, ketika ia pertama kalinya menceritakan tentang daun ini kepada saya," imbuh Bryson.

"Selama hampir 40 tahun terakhir ini saya meraih sejumlah dahan, meremasnya, lalu melumurinya ke kulit dan mendapatkan hasil yang sama."

3 dari 3 halaman

Ramuan Pencegah Kanker

6. Bawang Bombay

Hampir semua budaya memiliki ramuan atau obat rumahan yang resepnya diteruskan turun-temurun secara oral. Ada beberapa yang memang manjur. (Sumber MaraZe/Shutterstock.com via Live Science)

Bawang Bombay ditemukan dalam beberapa resep obat rumahan. Secara keliru, bawang ini diduga dapat menyembuhkan kondisi seperti bisul, gatal-gatal, dan kejang-kejang, demikian menurut arsip daring American Folk Medicine.

Pada kenyataannya, bawang Bombay tidak dapat menyembuhkan penyakit-penyakit itu walaupun kaya akan vitamin C, zat-zat sulfurik, flavonoid, dan fitokimia, demikian menurut laporan Live Science pada 2014.

Menurut Mayo Clinic, fitokimia adalah zat-zat alamiah yang ditengarai dapat melindungi terhadap kanker, penyakit jantung, osteoporosis, dan diabetes. Flavonoid memberi warna pada buah dan sayuran, serta dapat mengurangi risiko penyakit Parkinson, kardiovaskular, dan stroke, demikian menurut laporan Live Science.

7. Jahe

Hampir semua budaya memiliki ramuan atau obat rumahan yang resepnya diteruskan turun-temurun secara oral. Ada beberapa yang memang manjur. (Sumber Youths/Dreamstime via Live Science)

Jahe dapat meredakan mual, setidaknya untuk sementara waktu, demikian menurut suatu penelitian. Orang menggunakan jahe untuk penyembuh flu, sakit perut, dan nyeri menstruasi.

Menurut suatu artikel LiveScience yang merujuk kepada sejumlah penelitian pendahuluan, jahe adalah cara yang aman dan efektif untuk menangani mual dan muntah selama kehamilan. Tapi, jahe diduga tidak efektif mengatasi mual perjalanan.

Jahe mungkin bisa mengurangi mual akibat pengobatan kemoterapi, demikian menurut sejumlah penelitian. Dan juga ditengarai membantu para pasien mengatasi mual setelah pembedahan, asalkan pasien mendapatkan jahe sebelum pembedahan.

Jahe juga dapat membantu mengurangi inflamasi usus besar dan jelas-jelas mengurangi risiko seseorang terkena kanker usus besar, demikian menurut penelitian kecil pada 2012 sebagaimana termuat dalam jurnal Cancer Prevention Research.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.