Sukses

3-8-1975: Boeing 707 Tabrak Gunung dan Tewaskan 118 Orang

Kecelakaan tersebut menyebabkan seluruh penumpang sebanyak 188 orang, dan 7 orang awak kabin tewas.

Liputan6.com, Rabat - Pada 3 Agustus 1975, pesawat Boeing 707 mengalami kecelakaan, menabrak Pegunungan Atlas, di Agadir, kota tepi pantai di selatan Maroko, dan menewaskan 188 penumpang dan awak kabinnya.

Maskapai milik Jordanian Airlines yang disewa oleh Royal Air Maroc tersebut, lepas landas dari Bandara LeBourget, Paris, pada pukul 02.20 pagi waktu setempat.

Pesawat tersebut terbang menuju Bandara Agadir, Maroko, mengangkut 188 warga Maroko -- 4 di antaranya adalah orang Eropa, yang akan kembali dari liburan musim panas mereka.

Burung besi tersebut menghilang dari radar udara bandara Agadir, selang dua menit sebelum mendarat di negara itu.

Seperti dikutip dari History.com, Selasa (2/8/2016), pesawat yang dijadwalkan mendarat pukul 04.30 pagi itu, sempat berkomunikasi melalui radio dengan pengawas bandara Agadir, pada 04.28 waktu setempat.

Pilot pesawat menyebutkan bahwa mereka dihadang oleh kabut tebal, tapi tidak mengalami masalah dengan mesin dan penerbangan.

Nahas, ujung sayap kanan dan salah satu mesin pesawat tersangkut pada puncak gunung, di ketinggian 731 meter, mengakibatkan pilot kehilangan kendali, menabrak tebing, meledak dan terbakar di dekat desa kecil, Imzizen.

Kecelakaan pesawat tersebut menyebabkan seluruh penumpang, termasuk 7 orang awak kabin tewas.

Kecelakaan udara yang menewaskan 188 penumpang berserta awak kabin itu, tercatat sebagai salah satu dari empat kecelakaan terparah pada masa itu.

Sebelumnya, pesawat Turkish DC10 yang terbang pada 3 Maret 1974 mengalami kecelakaan di utara Prancis dan menewaskan 345 penumpang dan awak kabin.

Pada 4 April 1874 pesawat militer AS mengalami hal yang sama di Saigon dan menewaskan lebih dari 200 orang. Sementara itu, jet Dutch DC8 mengalami kecelakaan di Sri Lanka pada 4 Desember 1971, membunuh 191 orang.

Boeing 707 pertama kali aktif terbang pada 1958, setelah memenuhi persyaratan terbang Pan-American untuk melintasi Atlantik, dengan kapasitas tempat duduk yang lebih banyak.

Ditopang oleh 4 mesin, 707 mampu melintas di udara sejauh 6 ribu mil, tanpa henti, dengan mengangkut hingga 190 orang.

Berkat pesawat tersebut, Boeing mendapatkan popularitas selangit di dunia penerbangan Internasional dan menjadi perusahaan pesawat terbesar di dunia.

Kecelakaan Boeing 707 di Maroko merupakan insiden kedua yang terjadi pada 1970-an. Pesawat 707 pertama kali mengalami kecelakaan pada 1973, saat mendarat di Bandara Kano Nigeria, menewaskan 176 orang.

Setelah perilisan model baru yang lebih tenang dan besar jet 747 pada Januari 1978, Boeing berhenti memproduksi 707.

Otoritas penerbangan AS lalu menjual sisa 707 kepada Third World. Beberapa dari pesawat itu bahkan dijual murah seharga US$ 1 juta atau setara dengan Rp 13 miliar.

Pada hari yang sama tahun 1492, pelaut Italia, Christopher Columbus, berlayar dari pelabuhan Palos, Spanyol, menakhodai 3 kapal, Santa Maria, Pinta, dan Nina, dalam perjalanan menuju China, India, dan beberapa negara Asia lainnya yang kaya akan emas dan harta.

Sementara itu, pada 3 Agustus 1988, Soviet (Rusia sekarang), membebaskan pilot muda Jerman, Mathias Rust, yang mendaratkan pesawat Cessna di Red Square, Moskow, pada 1987. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini