Sukses

Canggih, AS Ciptakan Kapal Tak Berawak Pelacak Kapal Selam

Kapal ini sekaligus menjadi langkah pertama mengirimkan kapal-kapal kargo tak berawak antar negara, demikian menurut para pejabat militer.

Liputan6.com, San Diego - Sebuah kapal sepanjang 42 meter dengan kemampuan istimewa baru-baru ini dijajal oleh Angkatan Laut Amerika Serikat di lepas pantai San Diego, California, pada Kamis 28 Juli 2016. Kapal ini sendiri dibangun di negara bagian Oregon.

Yang membuatnya tidak biasa, kapal pemburu dan pemusnah kapal selam ini tidak memerlukan seorang awak pun dalam melaksanakan tugasnya.

Dikutip dari Daily Mail pada Jumat (29/7/2016), para pakar memandang peluncuran kapal jenis Anti-Submarine Warfare (ASW) Continuous Trail Unmanned Vessel (ACTUV) ini akan membawa revolusi kelautan militer maupun pelayaran komersial.

Purwarupa kapal dapat melaju hingga 27 knot perjam dan dilengkapi dengan berbagai sensor serta sistem optikal canggih untuk mendeteksi kapal lain. Biaya pengembangannya mencapai US $120 juta (Rp 1,6 triliun) walaupun nantinya bisa diproduksi dengan harga US $20 juta (Rp 262 miliar) per kapal.

Diberi nama 'Sea Hunter' dalam suatu upacara pada April lalu, kapal ini "memenuhi atau melebihi semua sasaran kinerja untuk kecepatan, kelincahan, kestabilan, percepatan dan perlambatan, konsumsi bahan bakar, dan juga kehandalan mekanis di lingkungan laut lepas," demikian menurut Leidos yang membuat kapal ini.

Kapal ini sekaligus menjadi langkah pertama mengirimkan kapal-kapal kargo tak berawak antar negara, demikian menurut para pejabat militer. (Sumber Reuters)

Sea Hunter dirancang untuk melakukan operasi jangka panjang di lautan tanpa satu orang pun di kapal dan hanya memerlukan kendali sejenak selama penugasan. Uji awalnya masih memerlukan pengemudi, tapi uji berikutnya direncanakan tanpa awak.

Tuntasnya uji kinerja Sea Hunter merupakan penanda pertama dalam program dua tahun yang disponsori bersama oleh DARPA dan Office of Naval Research.

Pengujian yang berlangsung selama beberapa bulan ke depan mencakup pengujian sensor, perangkat otonomi kapal, persyaratan hukum laut tentang tabrakan, dan bukti konsep untuk beberapa misi Angkatan Laut AS.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Cikal Bakal Kapal Kargo Nirawak

Kapal ini sekaligus menjadi langkah pertama mengirimkan kapal-kapal kargo tak berawak antar negara, demikian menurut para pejabat militer yang memamerkan kapal ini di San Diego sebelum dimasukan ke dalam air.

Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA), badan penelitian Pentagon, mengembangkan kapal ini bersama dengan Leidos yang berkedudukan di negara bagian Virginia. DARPA akan mengujinya bersama dengan pihak AL selama 2 tahun mendatang, terutama kemampuan kapal untuk bereaksi sendiri guna menghindari tabrakan di laut.

Dalam tahap pengujian, kapal ini akan dibantu dengan operator manusia demi alasan keamanan. Tapi, setelah terbukti handal, kapal ini akan bermanuver sendiri selama berbulan-bulan di laut lepas.

Scott Littlefield, manajer program, mengatakan nantinya tidak ada 'kendali jauh' atas kapal ini. Perintah yang diberikan kepada Sea Hunter ada pada aras penugasan, yaitu tujuan dan pencapaian yang diinginkan. Setelah itu, perangkat lunak kapal akan berangkat sendiri melaksanakannya.

Pada awalnya, pihak militer membangun kapal bertenaga diesel ini untuk mendeteksi kapal selam listrik yang senyap.

Namun demikian, para pengembang berpendapat bahwa kapal ini memiliki kemampuan lebih daripada itu, misalnya untuk menyapu ranjau. Saat ini tidak ada rencana untuk mempersenjatainya.

Menurut Littlefield, "Ada beberapa manfaat yang masih kami coba pelajari." Salah satunya adalah pengembangan purwarupa ukuran penuh menuju pengembangan kapal-kapal kargo tanpa awak untuk keperluan industri perkapalan komersial.

Negara-negara Eropa dan Asia telah berupaya mengembangkan armada kapal tak berawak untuk mengurangi biaya operasi, namun demikian gagasan itu memicu perdebatan tentang keamanan kapal robotik untuk berlayar sendiri jauh dari daratan.

Di lain pihak, International Transport Workers' Federation, suatu serikat awak kapal sedunia yang beranggotakan lebih dari 1 juta orang, berpendapat bahwa teknologi ini bisa menggantikan kemampuan manusia untuk bereaksi terhadap berbagai bahaya di lautan.

Saksikan video uji coba dan bukti konsep sistem di sini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.