Sukses

Identitas dan Fakta yang Terkuak soal Pelaku Penembakan Munich

Identitas pelaku penembakan di Munich yang menewaskan sembilan orang pada Jumat 22 Juli 2016 akhirnya terungkap.

Liputan6.com, Munich - Identitas pelaku penembakan di Munich yang menewaskan sembilan orang pada Jumat 22 Juli 2016 akhirnya terungkap.

Namanya David Ali Sonboly, pemuda 18 tahun yang memiliki dua kewarganegaraan, Jerman dan Iran. Tak jelas apa motif di balik tindakan kejamnya itu. Jasad pelaku ditemukan di tepi jalan, sekitar 1 kilometer dari lokasi kejadian. Ia diduga kuat bunuh diri.

Polisi menemukan pistol Glock 17 kaliber 9 mm dan 300 peluru di dalam tas ranselnya.

Meski belum mengumumkan secara resmi nama pelaku, Kepolisian Bavaria -- atau disebut juga Bayern-- menduga kuat, pelaku membeli pistol yang digunakan dalam penyerangan secara ilegal dari apa yang dikenal sebagai 'dark net' atau jaringan gelap -- area di dunia maya yang hanya bisa dikunjungi menggunakan software atau perangkat lunak khusus.

Pelaku kemudian menggunakan akun Facebook palsu untuk menarik orang datang ke restoran waralaba McDonald's -- dengan menawarkan makanan gratis -- di mana ia memberondongkan pelurunya.

Awalnya polisi menduga, Sonboly meretas akun Facebook orang lain, namun belakangan mereka mengklarifikasi bahwa yang digunakan palsu belaka.

Dari sembilan orang yang tewas dalam penyerangan tersebut, tujuh di antaranya adalah remaja -- dua Turki, dua Jerman, masing-masing satu orang dari Hungaria, Yunani, dan Kosovo.

Sebanyak 35 orang lainnya terluka, namun hanya empat dari mereka yang mengalami luka akibat terjangan peluru.

Pemerintah Negara Bagian Bavaria dalam konferensi pers mengatakan, para korban dalam serangan tersebut bukanlah target khusus. Mereka juga bukan teman sekolah pelaku.

Terkait dugaan penyerangan tersebut sebagai 'balas dendam' korban bullying, pihak pemerintah mengungkapkan, mereka yang tewas tak termasuk tiga pemuda yang diduga mem-bully Sonboly di sekolah.

Direncanakan

Robert Heimberger, kepala kepolisian kriminal Bavaria mengatakan, pelaku telah merencanakan serangan tersebut sejak tahun lalu.

Pada 2015, ia diketahui mengunjungi Kota Winnenden -- yang menjadi lokasi penembakan di sekolah pada 2009 -- dan mengambil sejumlah foto.

"Ia diduga merencanakan penyerangan sejak musim panas tahun lalu," kata  Heimberger seperti dikutip dari CNN, Senin (25/7/2016). "Kemudian ia terobsesi dengan aksi penyerangan."

Sonboly juga dikenal sebagai pemain yang andal, dalam gim 'first-person shooter'.

Heimberger menambahkan, orangtua pelaku masih dalam kondisi shock berat dan belum bisa dimintai keterangan.

Ia juga menambahkan, polisi belum menemukan manifesto penembak massal di Norwegia , Anders Behring Breivik, saat mereka menggeledah kamar pelaku.

Sebelumnya, aparat mencari keterkaitan perbuatan pelaku dengan Breivik -- yang melakukan aksi sadisnya pada hari yang sama dengan penembakan Munich lima tahun lalu: 22 Juli 2011.

Namun, polisi menemukan sejumlah dokumen terkait kekerasan, termasuk buku berjudul Rampage in My Mind -- Why Students Kill.

Sementara itu, juru bicara Kantor Kejaksaan Munich, juga dalam konferensi pers yang sama, mengatakan, pelaku pernah menjalani perawatan sebagai pasien rawat inap di fasilitas kesehatan jiwa pada 2015 --setelah itu ia menjalani rawat jalan.

"Tersangka takut untuk melakukan kontak dengan orang lain, juga mengalami depresi," kata Thomas Steinkraus-Koch.

Sejauh ini belum ditemukan adanya motif politik atau keterkaitan tindakan pelaku dengan organisasi teroris manapun.

Pascakejadian, sejumlah politisi Jerman menyerukan aturan yang lebih ketat terkait penjualan senjata api.

Sementara itu, Kepolisian Munich meminta media untuk menghormati privasi mereka yang terdampak, terutama saat sekolah kembali dimulai pada hari Senin.

Penembakan di Munich kembali membuat Eropa gempar. Sejumlah penyerangan sebelumnya terjadi di wilayah Benua Biru, termasuk penikaman di kereta Jerman oleh seorang pemuda simpatisan ISIS, juga teror truk di Nice, Prancis yang menewaskan 84 orang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.