Sukses

Europol: Uni Eropa Catat Rekor Serangan Teror

Menurut Europol, angka tahun 2015 menunjukkan peningkatan sebesar 5 persen jumlah serangan teroris dibandingkan dengan angka 2014.

Liputan6.com, Den Haag - Sebanyak 211 serangan teror melanda seluruh Eropa pada 2015, demikian yang terungkap menurut data terkini dari Europol, badan penegakan hukum Uni Eropa (UE).

Menurut Europol, angka tahun 2015 menunjukkan peningkatan sebesar 5 persen jumlah serangan teroris dibandingkan dengan angka 2014. Namun demikian, pencatatan terkini itu dipandang sebagai yang tertinggi semenjak dimulainya pemantauan kegiatan teroris dalam negara-negara anggota EU pada 2006.

Dikutip dari International Business Times pada Kamis (21/7/2016) laporan yang bertajuk EU Terrorism Situation and Report (TE-SAT) 2016 itu menunjukkan bahwa Inggris mengalami serangan terbanyak, yaitu 103 kejadian dari keseluruhan 211 serangan. Kejadian terbanyak ada di Irlandia Utara.

Prancis menyusul dengan 73 serangan, Spanyol dengan 25 serangan, Italia dan Yunani masing-masing mengalami 4 serangan, lalu Denmark dengan 2 serangan.

Sebagai akibatnya, ada 148 orang meninggal dunia dan 350 lainnya cedera. Hal ini juga menyebabkan penangkapan 1.077 orang dengan dakwaan terkait terorisme. Dari mereka yang ditangkap, ada 424 orang ditangkap di Prancis.

Data terkini juga mengungkapkan bahwa 94 persen orang yang ditangkap kemudian terbukti bersalah dan dijatuhi hukuman.

Namun demikian, Europol juga mencatat bahwa serangan teroris yang terkait dengan separatisme telah terus menurun dari 167 pada 2012, 84 pada 2013, 67 pada 2014, dan akhirnya 65 pada 2015.

Tapi terorisme separatis pernah menjadi kategori teratas, diikuti dengan terorisme terkait radikalisme agama sebanyak 17 serangan pada 2015.

Angka yang Besar

Rob Wainwright, direktur Europol, mengacu kepada laporan itu dan mengatakan, “Pada 2015, Uni Eropa mengalami korban dalam angka yang besar disebabkan oleh serangan-serangan teror.”

“Dalam konteks ini, Europol memanfaatkan kemampuan uniknya untuk fokus pada dukungan penyidikan operasional guna mencegah serangan teror dan melacak serta mengobrak-abrik para teroris.”

Ia melanjutkan, “Peningkatan kerjasama yang ada memberikan gambaran intelijen strategis yang lebih kaya, sehingga memperkuat laporan 2016 TE-SAT dan kemampuan Europol untuk memberi amaran kepada para pemimpin politik dan legislator, serta berbagi informasi kepada pihak berwenang nasional untuk penentuan tingkat ancaman.”

“Ancaman keseluruhan diperkuat oleh mencoloknya jumlah petarung teroris asing yang kembali ke Negara Anggota UE dan bangkitnya sentimen nasionalis (xenofobia), rasis, dan anti-Semit di seantero UE, yang masing-masing mengarah kepada tindakan ekstrem sayap kanan,” demikian ditambahkan Europol.

Laporan tersebut tak termasuk sejumlah insiden yang terjadi pada 2016. Setidaknya 84 orang meninggal dunia saat Hari Bastille 14 Juli di Nice, Prancis. Baru-baru ini, setidaknya 3 orang penumpang mengalami cedera parah dalam serangan pada sebuah kereta di Bavaria, Jerman, pada Senin lalu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini