Sukses

Top 3: Pohon Apel Bersejarah Mati Perlahan-lahan

Pohon asli apel Bramley yang sudah menyebar ke seluruh Inggris dan Wales, tengah menunggu kematian karena serangan jamur madu.

Liputan6.com, Jakarta - Pohon apel di Nottingham yang berhasil menjadi bagian sejarah pangan di Inggris, mencuri perhatian pembaca Liputan6.com edisi untuk Selasa (19/7/2016) pagi.

Sebab pohon asli apel Bramley yang sudah menyebar ke seluruh Inggris dan Wales, tengah menunggu kematian karena serangan jamur madu. Upaya menyelamatkan ikon sejarah tersebut pun tengah diupayakan oleh segelintir orang.

Motivasi yang mendorong pria pengemudi truk maut Prancis di Hari Bastille juga menjadi incara para pembaca. Masa lalu Mohamed Lahouaiej Bouhlel digali lebih mendalam.

Ulah pengunjung museum mengisi lukisan teka-teki silang bernilai miliaran rupiah juga tak kala menarik. 

Berikut selengkapnya dalam Top 3 Global:

1. Pohon Apel Bersejarah Berusia 200 Tahun Mati Perlahan-lahan

Pohon aslinya pernah tersambar petir hingga roboh pada awal 1900-an, tapi kemudian menumbuhkan kembali akar-akar dan batangnya. (Sumber Robert Rathbone via Daily Mail)

Sebatang pohon berusia sekitar 200 tahun dan telah menjadi bagian sejarah pertanian Inggris sepertinya akan mati perlahan-lahan karena terkena infeksi.

Pohon yang berada dalam halaman tempat tinggal di Nottingham ini menjadi cikal bakal apel Bramley yang terkenal di Inggris. Pohon ini tumbuh dari biji yang ditanam seorang anak perempuan bernama Mary Ann Brailsford antara 1809 dan 1815.

Sayangnya, seperti dikutip dari Daily Mail pada Senin 18 Juli 2016, rumah di Southwell itu sekarang kosong karena penghuninya yang lanjut usia, Nancy Harrison, sudah meninggal. Sebelum meninggal, wanita itu merawat pohon bersejarah yang sekarang diserang infeksi jamur madu tersebut.

Profesor Ted Cocking dari fakultas ilmu biologi Notthingham University mengatakan Harrison sangat mencintai pohon itu.

Selanjutnya...

 

2. Misteri Motif Sopir Truk Maut Prancis

Bekas tembakan terlihat di kaca depan sebuah truk yang menabrak kerumunan orang yang tengah menyaksikan festival di Nice, Prancis, Kamis (14/7). Sopir yang diduga mengemudikan truknya untuk membunuh itu ditembak mati oleh polisi. (REUTERS/Eric Gaillard)

Motif pengemudi truk maut Prancis yang menyebabkan 84 orang meninggal saat perayaan Bastille Day, Mohamed Lahouaiej Bouhlel, hingga kini masih diselidiki.

"Tak ada sesuatu pada masa lalunya yang dapat meramalkan tindakan yang ia lakukan sekarang," ujar Menteri Kehakiman, Jean-Jacques Urvoas, di RTL Radio.

Pria berusia 31 tahun berkewarganegaraan Prancis-Tunisia itu tewas ditembak polisi, setelah ia memacu truk pendingin seberat 19 ton sepanjang dua kilometer di Promenade des Anglais dan menerjang kerumunan warga.

Berdasarkan keterangan Menteri Dalam Negeri, Bernard Cazeneuve, Bouhlel teradikalisasi secara cepat.

Media milik ISIS menyebut bahwa pelaku teror truk maut itu sebagai salah satu militannya, namun kelompok radikal itu berhenti mengklaim telah mengorganisir serangan.

Selanjutnya...

 

3. Geger Lansia Isi Lukisan Teka-Teki Silang di Museum

Ilustrasi teka-teki silang. Seorang wanita berusia 91 tahun berurusan dengan polisi karena mengisi teka-teki silang di museum. Kenapa polisi sampai terlibat? (Sumber Telegraph)

Museum Neues di Nuremberg kelabakan pada Rabu 13 Juli lalu, karena salah satu karya seni yang dipajang dicorat-coret oleh seorang pengunjung. Namun demikian, pihak museum tidak dapat bersikap terlalu keras.

Dikutip dari The Local pada Senin 18 Juli 2016), karya seni "Reading-work-piece" ciptaan Arthur Köpcke berupa sebuah papan teka-teki silang (TTS) yang tidak selesai. Dilaporkan oleh Die Welt, salah satu bagian karya seni itu memuat tulisan "Insert Words", diterjemahkan sebagai "Silahkan sisipkan kata-kata".

Pada Rabu lalu, seorang wanita bernama Hannelore K. berkunjung ke museum tersebut bersama-sama dengan rombongan kaum lanjut usia (lansia). Menurut juru bicara museum, nenek pensiunan dokter gigi itu menjawab sejumlah pertanyaan TTS dengan menggunakan bolpen.

Selanjutnya...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini