Sukses

4 Ritual Persembahan Berbau 'Darah dan Kematian'

Kebanyakan ritual dilakukan untuk menyenangkan para dewa, tapi ada juga kegunaan lain yang diyakini membantu seseorang atau masyarakat.

Liputan6.com, New York - Sepanjang sejarah, ada banyak ritual yang diikuti oleh perseorangan maupun kelompok yang mungkin saja dipandang aneh atau tidak biasa oleh orang atau kelompok lain.

Dikutip dari Ancient Origins pada Senin (18/7/2016), berikut ini adalah ulasan singkat beberapa ritual yang berakar sejak zaman dahulu kala, namun ada yang masih terus berlanjut hingga masa kini.

Kebanyakan ritual dilakukan untuk menyenangkan para dewa, tapi ada juga kegunaan lain yang diyakini dapat membantu seseorang atau masyarakat tertentu:

1. Aghori dan Dupa

Aghori sedang merenung. Kebanyakan ritual dilakukan untuk menyenangkan para dewa, tapi ada juga kegunaan lain yang diyakini membantu seseorang atau masyarakat. (Sumber Ancient Origins)

Di India, kaum Aghori adalah pria-pria suci asketis Shiwa yang dikenal berurusan dengan ritual sesudah kematian (post-mortem).

Mereka tinggal di kuburan-kuburan dan menaburkan abu kremasi pada tubuh mereka. Mereka juga menggunakan tulang-belulang manusia untuk menjadi perhiasan dan tengkorak manusia untuk menjadi kapala, yakni topi upacara.

Praktik-praktik mereka bertentangan dengan Hinduisme orthodoks, sehingga hampir semua tindakan mereka ditentang oleh penganut Hindu lainnya. Aghori melakukan meditasi dan beribadah di tempat-tempat yang oleh orang lain disebut "rumah berpenunggu."

Walaupun begitu, para guru Aghori memiliki banyak pengikut di pedesaan dan dipercaya memiliki kekuatan penyembuhan yang didapat dari adat yang ketat dan pengucilan diri. Kaum Aghori tampil dalam film "The Other Side of the Door" keluaran 2016.

Suatu ritual aneh lainnya yang dilestarikan sejak jaman purba juga ada di India. Pada hari tertentu dalam suatu tahun, mereka yang percaya pergi ke kuil untuk menghirup sejenis dupa yang disulut oleh para imam. Para pengikut ini kemudian memasuki keadaan seperti kesurupan.

2. Mumifikasi Diri di Jepang

Mumifikasi diri di Jepang. Kebanyakan ritual dilakukan untuk menyenangkan para dewa, tapi ada juga kegunaan lain yang diyakini membantu seseorang atau masyarakat. (Sumber Ancient Origins)

Ritual aneh berikutnya adalah mumifikasi diri. Praktik ini sudah dilarang di Jepang sejak abad 20. Ritual ini dilakukan berkaitan dengan kepercayaan Buddha untuk memisahkan diri dari dunia. Beberapa biarawan menterjemahkan gagasan ini hingga menjadi diet ekstrem sampai meninggal. Dengan pengawetan jasadnya, para biarawan ini membuktikan kesuciannya.

Biasanya ritual dimulai dengan diet biji-bijian dan kacang-kacangan selama 3 tahun. Diet ini ini dilengkapi dengan serangkaian olah raga untuk menghabisi semua lemak tubuh.

Selama 3 tahun berikutnya, diet diganti dengan bonggol pohon, akar-akaran, dan teh beracun yang terbuat dari pohon Urushi. Teh ini menyebabkan sang biarawan muntah-muntah sehingga membuang cairan tubuh dan membunuh belatung yang mungkin berkembang setelah kematian.

Pada akhirnya, sang biarawan mengunci dirinya di dalam makam dalam posisi bunga teratai. Di dalamnya, ia membawa selang pernafasan dan sebuah lonceng yang dibunyikannya untuk memberitahu bahwa dia masih hidup.

Setelah biarawan itu wafat, makamnya di segel. Hingga hari ini ada sekitar 20 mumi biarawan yang telah ditemukan.

3. Santapan Kematian Yanomamo

Ilustrasi kanibalisme Brazil. Kebanyakan ritual dilakukan untuk menyenangkan para dewa, tapi ada juga kegunaan lain yang diyakini membantu seseorang atau masyarakat.(Sumber Ancient Origins)

Suku Yanomamo di Venezuela memiliki upacara menyantap sesamanya yang sudah meninggal. Upacara ini sudah ada jauh sebelum diungkapkan oleh bangsa-bangsa Barat.

Budaya Yanomamo adalah salah satu budaya poligami yang masih tersisa di dunia. Mereka menenggak zat halusinogen ketika merasa sakit. Namun demikian, ritual kematian lah yang oleh orang luar dianggap sebagai aspek yang paling aneh.

Tentu saja ritual ini juga berkaitan dengan kepercayaan. Mereka percaya bahwa warga yang meninggal dibawa pergi oleh pemakan nyawa yang laparnya tidak terpuaskan, lalu menyedot kekuatan kehidupan mereka yang meninggal.

Jika rantai penghisapan ini tidak dihentikan, para pemakan nyawa ini akan terus makan hingga manusia seluruh dunia mati semuanya. Sebagai akibatnya, untuk menghentikan rantai santap-menyantap nyawa ini, suku Yanomamo memakan sesamanya yang meninggal.

Pertama-tama, mereka melakukan kremasi jenazah dan kemudian menggiling tulang-belulang terbesar menggunakan alu dan lesung.Hasil godokan ini digunakan sebagai bahan dasar sup pisang.

4. Festival Thookkam

Ezhamkulam Tookham. Kebanyakan ritual dilakukan untuk menyenangkan para dewa, tapi ada juga kegunaan lain yang diyakini membantu seseorang atau masyarakat. (Sumber V. Harihara Subramanian)

Thookkam adalah suatu festival di India diikuti oleh sejumlah orang yang ditusuk dengan kaitan, lalu digantung di suatu bingkai selama beberapa jam. Walaupun memiliki akar budaya masa lalu, festival ini baru saja dilarang oleh pemerintah India.

Acara ini biasanya dilangsungkan di Kerala Selatan, dalam kuli-kuil pemujaan dewi Kali. Warga menari dan darah yang tercurah dipercaya menenangkan dewi Kali sehingga tidak mengamuk.

Pengikut yang diberi kait digantung di suatu bingkai dan diarak keliling kuli sebanyak 3 kali. Darah yang tercecer dikumpulkan untuk dipersembahkan kepada Dewi Kali guna menenangkannya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.