Sukses

Bab Akhir Dokumen 9/11 Dirilis, Bagaimana Nasib Arab Saudi?

Dokumen itu menyatakan, beberapa orang pembajak mempunyai orang dalam di Arab Saudi, termasuk pejabat pemerintah.

Liputan6.com, Washington D.C. - Setelah terkubur selama 13 tahun, laporan terkait insiden 9/11 dirilis pada Jumat 15 Juli 2016. Kongres akhirnya menguak bab terakhir penyelidikan aksi teror yang memakan banyak korban tersebut.

Dokumen itu menyatakan, beberapa orang pembajak mempunyai orang dalam di Arab Saudi, termasuk pejabat pemerintah. 

Menurut laporan yang dikutip dari Yahoo Finance.com, Minggu (17/7/2016), 5 dari 19 pelaku adalah warga Arab Saudi -- beberapa dari mereka bahkan tidak fasih berbahasa Inggris.

Bob Graham, wakil ketua penyelidikan, percaya bahwa teroris itu mendapatkan bantuan yang besar dari Arab Saudi, sementara mereka mempersiapkan serangan di AS.

Seperti dugaannya, halaman itu menyunting nama individu yang ikut membantu para teroris mendapatkan apartemen dan membuka rekening tabungan.

Sementara itu, pihak Arab Saudi sendiri telah mendesak bab terakhir penyelidikan untuk dirilis, agar negara dengan sistem kekerajaan itu dapat menanggapi setiap dugaan.

Menteri Luar Negeri Saudi, Adel al-Jubier, mengatakan, pemerintahnya menyambut perilisan dokumen 28 halaman itu.

"Akhirnya semua pertanyaan tentang keterlibatan Saudi dalam insiden 9/11 bisa dibuktikan benar atau tidaknya," kata Jubier.

Perilisan dokumen tersebut membuat keluarga korban serangan, merasa usaha mereka berkampanye bertahun-tahun tidak sia-sia.

"Ada lebih banyak hubungan antara Arab Saudi dengan insiden 11 September itu. Ini hanya permulaan, aku sama sekali tidak berpikir bahwa ini adalah akhirnya," kata Terry Strada, ketua nasional 9/11 Families United For Justice Against Terrorism.

Sementara itu, Senator Richard Blumenthal, D-Conn. mengatakan, bahwa terkuaknya kebenaran dalam barang bukti itu dapat menimbulkan kekhawatiran yang serius.

Dokumen penyelidikan tersebut menyebutkan beberapa nama, yang dipercaya harus diinvestigasi lebih lanjut.

Diantaranya, Omar al-Bayoumi, warga Arab yang pernah membantu dua orang pembajak di California, dicurigai sebagai perwira intelijen Arab.

Dalam dokumen baru, FBI mengungkapkan al-Bayoumi memiliki kontak dengan pemerintah Arab Saudi di AS. Selain itu, pria tersebut juga menerima bantuan keuangan dari sebuah perusahaan Arab berafiliasi dengan Departemen Pertahanan Arab Saudi.

Perusahaan itu dikabarkan memiliki keterkaitan dengan Osama bin Laden dan Al Qaeda.

Selanjutnya adalah Asama Bassnan yang tinggal berseberangan dengan dua pembajak California. Menurut laporan, Bassnan bertemu degan kelompok teroris melalui al-Bayoumi.

Bassnan bahkan mengatakan kepada FBI, dia telah melakukan lebih dari yang dilakukan al-Bayoumi untuk para teroris.

"Tidak ada informasi yang mengatakan baik Bayoumi ataupun Bassnan, memberikan bantuan materi secara sadar kepada pembajak. Tidak ada pula bukti yang menunjukkan bahwa mereka adalah perwira intelijen Arab atau memberikan dana serangan 9/11. Hal ini bertentangan dengan spekulasi media," kata kantor Direktur Intelijen Nasional.

Selain itu, laporan intelijen itu juga mencatata, AS berseta pasukan koalisi memiliki buku telepon Abu Zubaydah -- orang penting Al Qaedah yang pertama kali ditangkap atas insiden 9/11.

Dalam buku tersebut, terdapat nomor tidak terdaftar ASPCOL Corp di Aspen, Colorado, yang diduga menghubungi Pangeran Bandar bin Sultan -- duta besar Arab Saudi untuk AS kala itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.