Sukses

Cegah 'Pemujaan' Neo-Nazi, Austria Akan Sita Rumah Hitler

Pemilik rumah, seorang wanita pensiunan, sudah berulang kali menolak penawaran orang-orang yang ingin membeli rumah Adolf Hitler itu.

Liputan6.com, Wina - Keberadaan rumah yang jadi tempat kelahiran diktator Nazi Adolf Hitler sudah lama bikin Pemerintah Austria mumet berat.

Pemiliknya, seorang wanita pensiunan, sudah berulang kali menolak penawaran orang-orang yang ingin membeli bangunan yang berlokasi di Brunau am Inn itu. Tawaran dari pihak pemerintah pun ditepis.

Belakangan, pemerintah yang selama ini menjadi penyewa, berencana menyita rumah tersebut. Namun, bukan berarti masalah kemudian selesai. Pihak berwenang masih bingung, mau diapakan bangunan itu nantinya.

Pihak Kementerian Dalam Negeri mengusulkan agar rumah tersebut diratakan dengan tanah. Tujuannya, untuk mencegah pendukung neo-Nazi mengkultuskannya.

"Keputusan ini diperlukan karena pemerintah ingin mencegahnya menjadi 'tempat pemujaan' bagi neo-Nazi, beberapa orang terlihat telah berkumpul di sana dan meneriakkan semboyan-semboyan Nazi," kata Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Austria, Wolfgang Sobotka yang Liputan6.com kutip dari BBC, Rabu (13/6/2016).

"Adalah gagasan kami untuk meruntuhkan rumah tersebut," tambahnya.

Di sisi lain, sejumlah pihak berpendapat, sebaiknya bangunan tiga lantai itu dijadikan museum atau bahkan toko serba ada atau supermarket -- untuk mengaburkan makna politiknya.

Surat kabar Die Presse mengutip Wakil Kanselir, Reinhold Mitterlehner, melaporkan bahwa proyek pemugaran rumah itu menjadi museum akan memiliki 'nilai pendidikan'.

Berdasarkan data dari Documentation Centre of Austrian Resistance, jumlah orang yang 'berziarah' ke rumah itu memang bertambah belakangan ini.

Ketua lembaga tersebut, Gerhard Baumgartner mengatakan, penggusuran bangunan tidak akan menyelesaikan masalah, karena kelompok neo-Nazi malah akan membuatnya sebagai 'Alun-alun Hitler' atau 'Taman Hitler'.

"Tempat itu harus dialihfungsikan menjadi tempat lain sehingga tidak ada orang yang ingin berfoto di depan rumah itu. Toko serba ada atau kantor pemadam kebakaran lebih cocok," jelas Baumgartner kepada kantor berita ORF.

Pemerintah Austria telah menyewa rumah itu sejak 1972 dan membayar US$ 5.300 atau sekitar 69 juta per bulannya.

"Pada masa silam, bangunan itu digunakan untuk menampung orang-orang dengan disabilitas, tapi sudah kosong sejak 2011 karena pemiliknya berulang kali menolak rencana pemugaran dan uang pembelian yang ditawarkan negara," kata seorang juru bicara Kementerian Dalam Negeri.

Berdasarkan proposal terbaru, pemilik rumah akan menerima kompensasi sesuai harga yang disepakati jika dia mengizinkan properti itu untuk digusur. Skema penyitaan rumah tersebut telah diajukan ke parlemen.

Jika diterima maka keputusan akhir akan ditentukan oleh sebuah komisi yang terdiri dari 12 anggota dengan latar belakang politik, administrasi, akademis, dan sosial.

Satu-satunya tanda jelas yang menghubungkan rumah tersebut dengan sejarah masa lalu terkait Hitler adalah sebuah plakat batu bertuliskan, "For peace, freedom and democracy. Never again fascism. Millions of dead remind us" -- "Demiperdamaian, kemerdekaan, dan demokrasi. Jangan pernah ada lagi fasisme di muka Bumi ini. Jutaan orang yang telah menjadi korban jiwa akan terus menjadi pengingat bagi kita."

Tak ada nama Hitler yang tercantum.

Adolf Hitler disebut-sebut pernah tinggal di Jalan Salzburger Vorstadt selama beberapa minggu, sebelum keluarganya pindah ke alamat lain di Braunau. Mereka meninggalkan kota itu ketika sang fuhrer berusia tiga tahun.

Rezim Nazi -- dengan niat menghidupkan kembali Reich Ketiga -- memicu pertempuran dengan menjajah Polandia pada 1933, yang ikut memicu Perang Dunia II. Kepemimpinan Adolf Hitler membunuh jutaan orang, termasuk Yahudi dan kaum minoritas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.