Sukses

PM Inggris David Cameron Memutuskan Lengser pada 13 Juli 2016

Menteri Dalam Negeri Theresa May berpeluang kuat menggantikan David Cameron.

Liputan6.com, London - Pengumuman mengejutkan datang dari Perdana Menteri Inggris David Cameron. Ia yang sebelumnya menyatakan akan mundur pada Oktober mendatang -- menyusul kemenangan kubu Brexit dalam referendum 23 Juni 2016 -- memutuskan untuk mempercepat pelengseran dirinya.

Cameron mengumumkan akan mengundurkan diri secara resmi pada Rabu 13 Juli 2016.

Berbicara di depan kediaman resminya, 10 Downing Street, Cameron mengatakan, ia akan menyerahkan surat pengunduran dirinya pada Rabu mendatang kepada Ratu Elizabeth di Istana Buckingham.

Menteri Dalam Negeri Theresa May berpeluang kuat menggantikan dirinya, baik sebagai perdana menteri maupun pemimpin Partai Konservatif.

Theresa May menjadi calon tunggal kepala pemerintahan Britania Raya, setelah rivalnya Menteri Energi  Andrea Leadsom memutuskan untuk mundur pada Senin 11 Juli 2016.

Cameron mengatakan, keputusan Leadsom untuk mundur adalah tepat. Transisi berkepanjangan, tambah dia, tak perlu ada.

"Jadi, besok (Selasa) saya akan memimpin rapat kabinet terakhir. Pada Rabu saya akan hadir di Dewan Rakyat Britania Raya ( House of Commons) untuk melayani pertanyaan dari anggota dewan kepada perdana menteri," kata dia seperti dikutip dari BBC, Senin (11/7/2016). "Setelah itu saya akan pergi ke Istana untuk menyerahkan pengunduran diri."

Cameron memuji calon penerusnya, Theresa May sebagai sosok yang 'kuat' dan 'kompeten'. "Ia lebih dari mampu untuk menjadi pemimpin yang dibutuhkan Inggris dalam tahun-tahun mendatang," kata pria yang menjabat sebagai PM sejak 2010 itu. "Dia akan mendapatkan dukungan penuh dari saya."

Keputusan Cameron relatif tiba-tiba. Termasuk bagi Theresa May. Dalam hitungan jam setelah menggelar kampanye perebutan kepemimpinan di Partai Konservatif, ia 'mendadak' jadi perdana menteri.

May -- perempuan kedua yang jadi PM Inggris setelah 'Iron Lady' Margaret Thatcher -- diharapkan segera menyusun kabinetnya.

Hasil referendum yang memenangkan kubu Brexit menjadi pertaruhan berat bagi Cameron. Pada 24 Juni 2016, sehari setelah referendum, ia memutuskan mundur.

Cameron, yang condong ke Uni Eropa, harus menelan pil pahit setelah 52 persen rakyat Inggris mendukung perceraian dengan UE, melawan 48 persen yang memilih 'Remain'

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini